Pasar Ekspor Kosmetik Tak Terpengaruh Situasi Geopolitik Global
Produsen lokal didorong tangkap peluang pertumbuhan industri kosmetik dunia yang diprediksi tinggi.
SIDOARJO, KOMPAS — Pertumbuhan industri kosmetik dunia diprediksi cukup tinggi, yakni mencapai 5,35 persen tahun ini atau di atas rata-rata pertumbuhan industri pada umumnya. Oleh karena itu, Kementerian Perdagangan mendorong produsen kosmetik lokal menangkap peluang tersebut dengan melakukan ekspansi pasar, terutama di kawasan Asia Tenggara, Timur Tengah, dan Afrika.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Didi Sumedi mengatakan, prospek industri kosmetik dunia sangat besar. Pangsa pasarnya juga masih terbuka lebar karena tidak terpengaruh oleh situasi geopolitik dunia yang masih memanas.
Pendapatan atau revenue industri kosmetik dunia diperkirakan 108,4 miliar dollar AS tahun 2024 ini. Sementara revenue industri kosmetik Indonesia diperkirakan 1,94 miliar dollar AS, baik dari pasar dalam negeri maupun ekspor.
”Industri kosmetik diprediksi tumbuh cukup tinggi, yakni mencapai 5,35 persen tahun ini atau di atas rata-rata pertumbuhan industri pada umumnya. Ini kesempatan bagi produsen kosmetik untuk menggenjot riset and development agar bisa mengadaptasikan kebutuhan atau permintaan pasar,” ujar Didi Sumedi pada acara pelepasan ekspor perdana ke Malaysia produk kosmetik PT Wahana Kosmetika Indonesia, di Sidoarjo, Jawa Timur, Senin (8/1/2024).
Baca juga: Pertumbuhan Industri Kecantikan Ditopang Impor Bahan Baku
Perusahaan tersebut mengekspor produk kosmetik sebanyak empat kontainer dengan nilai menembus 7 juta RM (ringgit Malaysia) atau sekitar Rp 25 miliar. Ekspor ini menjadi bagian dari kontrak perdagangan ke Malaysia yang ditargetkan menembus 20 juta RM dalam setahun.
Didi meyakini, keberhasilan PT Wahana Kosmetika Indonesia menembus pasar kosmetik Malaysia menjadi modal yang kuat bagi perusahaan untuk menguasai pasar Asia Tenggara (ASEAN). Dia juga berharap perusahaan yang merintis usahanya dari kecil itu terus merambah lebih jauh ke negara-negara di Timur Tengah, Afrika, dan Eropa karena potensi pasarnya sangat besar dan masih terbuka.
”Kemendag mengapresiasi PT Wahana yang berhasil merambah pasar ekspor Malaysia di tengah perekonomian dunia yang masih lesu. Hal ini bisa menjadi modal kuat untuk melakukan ekspansi pasar ke sejumlah negara di Asia Tenggara, seperti Vietnam dan Brunei Darussalam,” kata Didi.
Dia menambahkan, Kemendag mendorong pelaku usaha menangkap peluang pasar ekspor produk kosmetik yang masih terbuka lebar. Sejumlah strategi pengembangan pasar ekspor telah disiapkan, di antaranya peningkatkan misi dagang, partisipasi dalam pameran di luar negeri, dan business matching atau pertemuan business to business antara produsen dengan para importir di luar negeri dengan bantuan perwakilan perdagangan di 33 negara.
”PT Wahana kalau mau ekspor ke mana pun, sepanjang di negara tersebut ada perwakilan, akan kami fasilitasi,” ucap Didi Sumedi.
Baca juga: Memastikan Industri Kosmetik
Selain itu, Kemendag terus berupaya membuka akses pasar ke sejumlah negara di dunia. Saat ini ada 30 perjanjian dagang, baik dalam bentuk PTA (preferential trade agreement) , FTA (free trade agreement), dan CEPA (comprehensive economic partnership agreement).
Adapun yang sedang dilakukan dengan Uni Eropa ialah negosiasi dengan Kanada untuk membuka akses dagang di Amerika Utara. Indonesia juga sudah punya perjanjian dengan Chile untuk membuka akses dagang di Amerika Latin dan Amerika Selatan.
Menurut Didi, program Kemendag tahun ini dan tahun depan ialah mengembangkan wilayah ekspor dari pasar ekspor tradisional, seperti Amerika Serikat, Korea, Jepang, dan negara-negara Uni Eropa, menjadi lebih luas lagi ke pasar ekspor nontradisional, seperti Timur Tengah, Afrika, Rusia, dan negara-negara di kawasan Asia Selatan.
Pasar ekspor tradisional dinilai mulai jenuh sehingga perlu penyegaran dengan merambah pasar ekspor baru. Karena itulah, Kemendag akan mendukung industri kosmetik yang akan mengembangkan sayap dengan menggarap pasar-pasar global potensial.
Berdasarkan data Januari-November 2023, perdagangan luar negeri surplus 33,6 miliar dollar Amerika Serikat. Lebih dari 48 bulan neraca perdagangan ekspor Indonesia mengalami surplus. Ini menunjukkan resiliensi ekonomi yang cukup tinggi. Hal ini terkait langsung dengan pertumbuhan ekonomi dalam negeri yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ekonomi global.
Pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2023 diperkirakan hanya 3 persen dan tahun ini lebih rendah lagi, yakni 2,9 persen. Tahun 2022, perekonomian dunia masih tumbuh 5 persen. Kondisi perekonomian Indonesia yang tumbuh 5 persen pada tahun 2023 dinilai jauh lebih baik dibandingkan dengan ekonomi global.
Ada sejumlah faktor yang memengaruhi kinerja ekspor Indonesia. Salah satunya, pertumbuhan ekonomi dunia yang menurun sehingga permintaan pasar global juga turun. Selain itu, harga komoditas di dunia cenderung turun sehingga berdampak pada penurunan pendapatan ekspor. Komoditas yang mengalami penurunan harga antara lain CPO (crude palm oil) dan batubara.
Penyebab lain, tekanan dollar AS terhadap rupiah. Pada Januari 2023, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS masih berada di kisaran Rp 14.000. Namun, pada Oktober-November 2023 fluktuasi nilai rupiah terhadap dollar AS sudah berada di kisaran Rp 15.000 hingga Rp 18.000.
Dampak tekanan dollar AS terhadap rupiah komoditas ekspor yang sebelumnya dijual 1 dollar per produk harus diturunkan menjadi 0,9 atau 0,8 dollar per item. Kinerja ekspor Indonesia terkerek oleh volume ekspor sepanjang Januari-Oktober 2023 yang justru naik 7 persen.
Hal itu menandakan ekspor nasional punya daya saing tinggi di saat permintaan dunia sedang turun. Hal ini bisa dijadikan modal bagi pelaku usaha agar tetap percaya diri menghadapi situasi global yang tidak baik-baik saja.
Sementara itu, Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali mengatakan, pemda selalu mendukung penuh pelaku usaha di wilayahnya. Dukungan diberikan dalam bentuk kemudahan perizinan agar pelaku usaha bisa mengembangkan usahanya secara optimal.
Bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) juga didorong agar naik kelas. Oleh karena itu, akses permodalan, pelatihan keterampilan, pendampingan pemasaran, sampai fasilitasi UMKM Sidoarjo go to export terus diberikan. Kebijakan itu selaras dengan pemerintah pusat saat ini yang terus mendorong para pelaku UMKM tidak hanya menguasai pasar lokal, tetapi juga pasar global.
”Ada dua pesan Presiden yang menjadi atensi bersama, yang pertama P3DN atau Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri dan UMKM go to export,” ujar Muhdlor.
Bupati Sidoarjo mengaku bangga, saat ini produk UMKM di wilayahnya sudah banyak yang merambah pasar ekspor. Tahun lalu, terdapat 300 produk UMKM Sidoarjo yang berhasil menembus pasar luar negeri yang difasilitasi oleh Surabaya Export Center Kemendag. Kebanggaan itu kembali dihadirkan PT Wahana Kosmetika Indonesia. Perusahaan kosmetik yang berawal dari industri rumahan itu kini berhasil mengekspor produknya ke Malaysia.
”Tahun lalu dari Surabaya Ekspor Center menargetkan 1.000 produk UMKM dari delapan provinsi di Indonesia yang akan di ekspor, ternyata jumlahnya melebih target, terdapat 1.500 produk UMKM yang di ekspor. Dari jumlah tersebut, sebanyak 300 produk UMKM di antaranya berasal dari Sidoarjo,” katanya.
Program desa devisa menjadi salah satu upaya untuk memaksimalkan ekspor komoditas unggulan Jatim.
Founder PT Wahana Kosmetika Indonesia, Yuniati Sastrakusuma, mengatakan, perusahaannya berawal dari industri berskala rumahan. Ia merintis usaha tersebut pada 2002 atau 22 tahun lalu dengan jumlah karyawan hanya 38 orang.
”Hari ini betapa luar biasanya. Saya bersyukur perusahaan ini sudah berdiri sejak 22 tahun silam dan saya sendiri sudah tidak bisa lagi mengenali satu per satu karyawan saya karena sudah tersebar di seluruh Indonesia,” ujar Yuniati.
Desa Devisa
Sementara itu, Pemerintah Provinsi Jawa Timur juga terus menggenjot kinerja ekspornya melalui pengembangan desa devisa di 38 kabupaten dan kota di wilayahnya. Sampai akhir Desember 2023 lalu, jumlah yang terealisasi mencapai 149 desa devisa di Jatim.
”Jumlah tersebut merupakan 25 persen dari total seluruh desa devisa di Indonesia sebanyak 613 desa. Selain desa devisa, juga ada desa pendulum devisa sebanyak 8 desa,” kata Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Senin, di Surabaya.
Seiring banyaknya desa devisa tersebut, Khofifah optimistis kinerja ekspor, terutama di sektor UMKM Jatim, akan terus meningkat di tahun 2024. Untuk itu, pihaknya terus mengembangkan program desa devisa bekerja sama dengan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) dan desa pendulum devisa yang bekerja sama dengan Bank Jatim.
”Alhamdulillah desa devisa kita terbanyak nasional. Program desa devisa menjadi salah satu upaya untuk memaksimalkan ekspor komoditas unggulan Jatim,” ucap mantan Menteri Sosial tersebut.
Komoditas unggulan ekspor desa devisa Jatim, antara lain, ialah tenun gedog Tuban, jahe gajah dan gula aren Pacitan, batik aroma terapi Bangkalan, kopi Bondowoso, dan daun kelor Sumenep. Ada pula kendang jimbe Blitar, udang vaname Situbondo, dan rumput laut Sidoarjo.
Pelaku usaha yang tergabung dalam program desa devisa dan desa pendulum devisa mendapatkan pembinaan intensif. Terutama dalam hal peningkatan kualitas produk, manajemen keuangan, dan pemasaran serta fasilitasi pembiayaan ekspor.
”Semua ini terbentuk atas sinergitas dan kolaborasi yang baik antara Pemprov Jatim, pemkab dan pemkot, LPEI, Bank Jatim, serta pelaku usaha. Dengan jumlah desa devisa yang dimiliki Jatim ini, saya optimistis akan menjadi pendongkrak kinerja ekspor kita,” kata Khofifah.
Jawa Timur mencatatkan nilai ekspor nonmigas sebesar 2,02 miliar dollar AS pada periode November 2023, meningkat sebesar 1,36 persen (month-to-month) dibandingkan dengan Oktober 2023. Jatim merupakan penyumbang nilai ekspor sebesar 8,6 persen dari total nilai ekspor nasional.
Baca juga: Pertumbuhan Industri Kecantikan Ditopang Impor Bahan Baku