Korban Longsor di Subang Bertambah, Fasilitas Air Bersih Terdampak
Bencana hidrometeorologi melanda dua kabupaten di Jawa Barat. Terjadi longsor di Subang dan banjir di Karawang.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Korban tewas akibat bencana longsor di Kampung Cipondok, Desa Pasanggrahan, Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang, Jawa Barat, bertambah satu orang pada Senin (8/1/2024). Total sebanyak dua korban tewas dalam peristiwa ini.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Subang Udin Jazudin saat dihubungi mengatakan, identitas korban tewas yang kedua bernama Dana (42). Tim BPBD Subang bersama jajaran tim SAR dan pihak terkait menemukan Dana yang tertimbun longsor pada pukul 10.15.
Adapun korban pertama yang tewas adalah bernama Oom. Jenazah perempuan berusia 52 tahun ini telah diserahkan kepada pihak keluarganya.
Longsor terjadi di Kampung Cipondok, Desa Pasanggrahan, Kecamatan Kasomalang, Minggu (7/1/2024) pukul 17.30. Tanah longsor dipicu hujan dengan intensitas tinggi di area tersebut.
”Sebanyak 12 orang yang mengalami luka-luka dalam peristiwa. Mereka telah kembali ke rumahnya masing-masing setelah mendapatkan pengobatan,” kata Udin.
BPBD Subang menyiagakan seluruh elemen masyarakat untuk memitigasi longsor. Sebab, terdapat banyak kecamatan di wilayah selatan dan barat Subang yang rawan longsor.
Adapun bencana longsor di Kampung Cipondok berdampak terhadap sejumlah fasilitas milik warga dan fasilitas umum. Fasilitas yang tertimbun material longsor meliputi tiga warung, tiga petak kolam ikan, sawah seluas 1 hektar dan pipa air bersih milik Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Subang.
”Material tanah yang longsor menimbun salah satu pipa air milik PDAM setempat. Kondisi ini menyebabkan layanan air bersih bagi sekitar 10.000 pelanggan terganggu,” tuturnya.
Prakirawan Stasiun Klimatologi Jawa Barat, Asri Rachmawati, mengatakan, diperkirakan hujan masih terjadi di wilayah yang terdampak, yakni Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang. Hujan terjadi dengan intensitas sedang hingga lebat disertai kecepatan angin dari 5 hingga 30 kilometer per jam.
”Pemicu terjadi longsor bukan hanya hujan lebat. Akan tetapi, hujan ringan selama berhari-hari juga bisa mengakibatkan longsor di daerah dengan topografi perbukitan,” ujarnya.
Waspada potensi hujan sedang hingga lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang.
Asri memaparkan, diperkirakan hujan dengan intensitas sedang hingga lebat akan turun pada 9 hingga 11 Januari 2024 di Kasomalang. Mayoritas hujan terjadi pada siang hari.
”Waspada potensi hujan sedang hingga lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang. Hujan dapat terjadi pada skala lokal dan durasi singkat pada rentang waktu siang hingga malam hari pada tanggal 09-11 Januari,” papar Asri.
Banjir Karawang
Di Kabupaten Karawang, banjir masih merendam empat kecamatan. Akibatnya, sebanyak 2.298 jiwa dari 778 kepala keluarga terdampak akibat rumah mereka terendam banjir yang disebabkan oleh meluapnya air dari aliran Sungai Cibeet. Ketinggian air mulai dari 30 cm hingga 130 cm.
Berdasarkan data Pusat Pengendalian dan Operasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), selain merendam permukiman warga, banjir juga merendam 7 fasilitas ibadah dan 3 fasilitas pendidikan.
BNPB pun telah menyalurkan bantuan uang senilai Rp 250 juta dan sejumlah logistik, seperti perahu katamaran, tenda pengungsi, dan sembako untuk penanganan banjir di Karawang. Pemberian bantuan oleh Deputi Bidang Penanganan Darurat BNPB Mayor Jenderal Fajar Setyawan kepada Bupati Karawang Aep Syapuloh pada Minggu (7/1/2024).
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Karawang Fery mengatakan, banjir yang terjadi di Kabupaten Karawang diawali hujan dengan intensitas tinggi yang terjadi sejak 1 Januari 2024. Kondisi cuaca ini menyebabkan meluapnya air di aliran Sungai Cibeet, Citarum, dan Cidawolong hingga merendam permukiman warga di 5 desa dari 4 kecamatan di Karawang.
”Potensi banjir bisa terus terjadi. Hal ini disebabkan sejumlah faktor, mulai dari faktor cuaca hingga faktor topografi di wilayah Karawang, khususnya daerah aliran sungai yang lebih rendah dan cenderung melengkung,” tuturnya.