Doa dan Usaha agar Tidak Ada yang Gugur Lagi di Jalur Sepur
Kecelakaan KA Turangga 65A dan KA Commuterline Bandung Raya 350 meninggalkan lara bagi keluarga korban. Perbaikan fisik dilakukan, tetapi investigasi dari KNKT juga diandalkan.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN, WISNU WARDHANA DANY, FABIO MARIA LOPES COSTA, MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·5 menit baca
Kecelakaan Kereta Api Turangga 65A dan KA Commuterline Bandung Raya 350 meninggalkan lara bagi keluarga korban yang berpulang. Semangat dari orang terdekat mencoba menguatkan mereka. Kepergian mereka tidak boleh sia-sia, harus menjadi momentum menjamin keselamatan banyak orang yang bergantung pada kereta.
Sebuah mobil van bernomor polisi D 1471 WV berhenti tepat di halaman sebuah rumah di Jalan Jati Raya Nomor 23, Griya Rancaekek, Kelurahan Rancaekek, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Sabtu (6/1/2024) pukul 13.00 WIB. Martono (61), pengemudi mobil itu, turun dan bersama sejumlah rekannya mengangkat satu persatu bahan makanan dan minuman untuk diletakkan di teras rumah.
Hari itu, Martono sengaja meluangkan waktu. Bahan makanan dan minuman itu bakal digunakan untuk acara tahlilan bagi tetangganya, Ponisam, yang berpulang Jumat lalu. Di mata Martono, Ponisam (47) adalah sosok orang baik yang berpulang terlalu cepat.
Ponisam adalah korban meninggal dalam tragedi kecelakaan kereta di Cicalengka, Kabupaten Bandung. Saat itu, KA Turangga tujuan Surabaya Gubeng-Bandung bertabrakan dengan Commuterline Bandung Raya jurusan Padalarang-Cicalengka di Kilometer 181+700, petak jalan antara Stasiun Haurpugur dan Stasiun Cicalengka, Jumat (5/1/2024) pagi.
Ponisam yang saat kejadian bertugas sebagai asisten masinis KA Commuterline tidak sendiri. Julian Dwi Setiono (masinis KA Commuterline), Andriansyah (pramugara KA Turangga), dan Enjang Yudi (petugas keamanan di Stasiun Cimekar) ikut gugur.
Menurut Martono, Ponisam menjadi warga Griya Rancaekek sejak 2009. Selama itu, Ponisam meninggalkan jejak kebaikan untuk orang di sekitarnya. Almarhum dikenal rajin ikut kerja bakti hingga membantu tetangga yang tertimpa musibah.
”Beliau itu orangnya sangat ramah dan memiliki solidaritas tinggi di tengah kesibukannya yang padat. Kami jelas sangat kehilangan,” ungkap Martono, yang juga Ketua RT 008 di Griya Rancaekek.
Acara tahlilan itu juga jadi bukti rasa kehilangan itu. Tanpa diminta keluarga korban, warga berinisiatif mandiri. Suratman, tetangga Ponisam yang juga bekerja sebagai masinis, misalnya, menyediakan rumahnya sebagai tempat berkumpul warga untuk menyiapkan keperluan tahlilan.
Sri Sumarsih (43), istri Ponisam, terharu dengan kebaikan tetangga. Dukungan itu menjadi semangat bagi dia untuk lebih tegar menerima kenyataan bakal melanjutkan hidup tanpa suaminya yang selama ini penuh disiplin dan berdedikasi.
Ke depan, Sri sangat berharap insiden ini tidak terjadi lagi. Dia tidak ingin ada keluarga yang kehilangan orang tercinta akibat kecelakaan saat bekerja.
”Saya berharap rekan-rekan almarhum lebih berhati-hati dalam bertugas dan selalu menjaga kesehatan,” ucap Sri yang terakhir bertemu suaminya empat jam sebelum tabrakan terjadi.
Tumpuan
Kerja bersama untuk keselamatan di masa depan juga dilakukan puluhan petugas perbaikan bantalan jalur terdampak kecelakaan. Mulai bekerja sejak subuh, kerja mereka menghadirkan senyuman bagi pengguna KACommuterline Bandung Raya pada Sabtu siang.
Setelah perbaikan rampung, warga lantas bergegas ke loket di Stasiun Cicalengka. Mereka membeli tiket kereta relasi Cicalengka-Padalarang.
Akibat tabrakan KA, mereka ikut kelabakan. Berhentinya pengoperasian kereta membuat mereka harus merogoh kantong lebih dalam untuk bepergian dengan angkutan kota atau ojek daring.
Dedi (53), warga Desa Sindulang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, misalnya, merogoh kocek sampai Rp 50.000 untuk bepergian ke Padalarang. Pekerja serabutan ini naik angkot ke Cileunyi sebelum sampai ke Padalarang.
”Kereta lokal ini membantu saya. Ke mana-mana murah. Apalagi untuk saya yang kerja serabutan,” tutur Dedi.
Tujuan utama investigasi ini tidak mencari kesalahan, tetapi mencegah kecelakaan agar tidak terjadi lagi. Kami masih belum tahu apakah termasuk masalah perawatan jalur atau seperti apa, tapi itu akan dilihat kembali datanya.
Meski semringah, Dedi tetap saja belum bisa menutupi kekhawatirannya saat melihat dua kereta ”adu bagong” di tengah sawah. Namun, dia tanpa pilihan. KA adalah moda transportasi paling bersahabat dengan kantongnya.
Oleh karena itu, ia berharap pemerintah serius menemukan penyebab kecelakaan tersebut. Jangan sampai kabar simpang siur yang beredar di media sosial menambah ketakutan pengguna kereta.
Kabar simpang siur yang dimaksud ialah cuitan tentang masalah persinyalan sebagai penyebab tabrakan. ”Kami masyarakat kecil bergantung pada kereta lokal. Semoga kasus ini tuntas sampai akar masalah. Jangan ada korban lainnya,” ucap Dedi.
Asep (50), warga Kiaracondong yang bekerja di Padalarang, Bandung Barat, juga mengandalkan KA Commuterline Bandung Raya. Dalam sekali perjalanan, dia hanya merogoh kocek Rp 10.000. Tarif ini jauh lebih hemat dibandingkan moda transportasi lain yang bisa berkali-kali lipat.
Waktu tempuh juga lebih kurang satu jam dari Kiaracondong-Padalarang. Jika menggunakan jalur darat, butuh waktu 2-3 jam karena harus menghadapi kemacetan.
”Saya pekerja bangunan, jadi kalau naik angkot bisa habis di ongkos. Sekali berangkat Rp 50.000. Jauh lebih mahal dibandingkan naik kereta lokal yang cuma Rp 10.000,” ujarnya saat ditemui di Stasiun Rancaekek.
Vice President Public Relation PT KAI Joni Martinus memaparkan, KA Commuterline Bandung Raya vital membantu mobilitas warga. Setiap hari ada 20-30 perjalanan dengan potensi penumpang hingga 20.000 orang, bahkan diperkirakan 30.000 penumpang saat akhir pekan.
Karena itu, evakuasi rangkaian gerbong yang bertabrakan dilakukan tanpa henti. Gerbong terakhir berhasil dievakuasi pada pukul 04.13 atau kurang dari 24 jam sejak kejadian berlangsung dan rampung beberapa jam kemudian.
”Harapannya, mobilitas warga terus terlaksana dengan aman dan tanpa kendala,” kata Joni.
Akan tetapi, tidak hanya perbaikan fisik yang dilakukan. Penyelidikan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) juga diandalkan untuk memastikan keamanan di jalur kereta kelak.
Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono menyatakan, penyelidikan untuk mencari penyebab kejadian ini akan menjadi rekomendasi guna meningkatkan aspek keamanan di jalur kereta api. Dia berharap investigasi bisa rampung dalam tiga bulan, tetapi tidak tertutup kemungkinan akan lebih lama jika banyak ditemui masalah yang kompleks.
”Tujuan utama investigasi ini tidak mencari kesalahan, tetapi mencegah kecelakaan agar tidak terjadi lagi. Kami masih belum tahu apakah termasuk masalah perawatan jalur atau seperti apa, tapi itu akan dilihat kembali datanya,” ujar Soerjanto.
Duka kepergian Ponisam dan tiga rekannya yang lain tidak boleh dijadikan kenangan sesaat. Ada doa dari keluarga yang ditinggalkan, agar tidak ada lagi nyawa yang gugur di jalur sepur.