Tragedi Kereta di Cicalengka, ”Adu Bagong” yang Menguak Luka Lama
Kecelakaan kereta di Cicalengka, Jawa Barat, menewaskan empat awaknya. Penumpang selamat, tetapi sebagian luka-luka. Jalur tunggal sangat rawan kecelakaan. Evakuasi hingga kini masih berlangsung.
Oleh
CORNELIUS HELMY HERLAMBANG, FABIO MARIA LOPES COSTA, MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·4 menit baca
Tragedi kecelakaan yang melibatkan dua kereta api di Cicalengka, Jawa Barat, memicu ironi di awal tahun 2024. Kejadian ”adu bagong” seperti ini masih saja terjadi di zaman yang semakin canggih ini.
Jarum jam baru menujukkan sekitar pukul 06.00. Cahaya matahari belum lama menembus rumah Ny Dede (53), warga Babakan Dka, Kelurahan Cikuya, Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, saat ia dikejutkan guncangan dan suara keras, Jumat (5/1/2024).
Suaranya, kata Dede, seperti tumbukan dua batu besar dan paku yang berjatuhan. Arah suaranya datangnya dari rel kereta api di belakang rumahnya. Jaraknya dari rumah Dede tidak jauh, sekitar 200 meter.
Dede sebenarnya cemas dengan kejadian itu. Namun, karena penasaran, ia nekat mendatangi asal suara.
Faktanya mengejutkan. Dede kaget bukan kepalang. Di hadapannya, dua kereta api bertabrakan. ”Adu bagong” terjadi. Kepala kedua moda transportasi massal itu remuk. Ekornya memanjang tidak beraturan. Ada gerbong yang masuk ke sawah. Ada juga gerbong yang naik ke gerbong lainnya.
”Saya langsung balik lagi ke rumah. Anak-anak saya bawa keluar karena takut ada kejadian susulan. Saya baru pertama kali mendengar dan melihat langsung kecelakaan kereta seperti ini,” kata Dede dalam bahasa Sunda campur bahasa Indonesia.
Insiden ini tidak hanya mengejutkan Dede. Banyak warga negeri ini juga terenyak. Luka lama insiden Bintaro pada 19 Oktober 1987 yang menewaskan 129 orang dan 238 luka berat terbuka lagi. Saat itu, lokomotif BB-303 16 ”ditelan” gerbong KB-3065 601. Sementara lawannya, lokomotif BB-306 16 hampir separuh badannya ikut pula tertelan gerbong pertama yang ditariknya.
Kali ini, di era digital, adu bagong di rel kereta itu terjadi di jalur tunggal sekitar Haurpugur. Dua kereta yang terlibat adalah Turangga PLB 65A dan Kereta Api Commuter Line Bandung 350 di KM 181+700. Trauma membayangi para korbannya.
Elis (49), warga Babakan Dka lainnya, melihat langsung penumpang yang trauma. Wajah mereka layu. Tubuh para penumpang juga lemas. Elis melihat ada salah satu penumpang yang singgah di rumahnya dengan kepala berdarah.
“Ada 20 orang yang singgah sebentar di rumah saya. Hanya ada air dan makanan seadanya untuk mereka. Sekitar satu jam kemudian, mereka ada yang dijemput mobil pribadi dan ambulans,” kata Elis.
Gugur dalam tugas
Vice President Public Relation PT KAI Joni Martinus mengatakan, penyebab kecelakaan sejauh ini masih ditelusuri. Namun, ia memastikan, 287 penumpang dari KA Turangga dan 191 penumpang dari Commuter Line Bandung Raya selamat. Sebagian penumpang terluka dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cicalengka.
Kepala RSUD Cicalengka Ahmad Hanafi mengatakan, hingga Jumat pukul 11.00, pihaknya merawat enam orang yang luka sedang dan 21 orang yang luka ringan. Sebanyak 14 orang lainnya sudah bisa pulang. ”Sebagian luka korban di kepala,” katanya.
Hanya saja, ada empat awak KAI gugur dalam tugas. Tiga tewas sudah teridentifikasi adalah masinis KA Commuter Line Julian Dwi Setiono, asisten masinis KA Commuter Line Ponisan, dan pramugara KA Turangga Andrian. Satu korban tewas lainnya adalah petugas keamanan yang bertugas di Stasiun Cimekar, Gedebage, bernama Enjang Yudi.
Sejauh ini, kami terkendala area yang sempit, animo menonton warga yang tinggi, dan benturan antarkereta yang tinggi.
Kepala Bidang Humas Polda Jawa Barat Komisaris Besar Ibrahim Tompo mengatakan, selain korban tewas, 28 korban juga luka-luka. ”Baik yang meninggal dan luka berada di RSUD Cicalengka,” kata Ibrahim.
Pengamat transportasi dari Masyarakat Transportasi Indonesia, Djoko Setijowarno, mengatakan, jalur single track seperti di lokasi kejadian memang lebih rawan kecelakaan. Oleh karena itu, semua pihak terkait harus berhati-hati saat memberangkatkan KA di lintasan tersebut.
”Harus dipastikan, perjalanan satu KA tidak terganggu perjalanan lainnya hingga ke stasiun berikutnya,” katanya.
Evakuasi
Sementara itu, Kepala SAR Bandung Hery Marantika mengatakan, ada 300 anggota tim SAR gabungan sedang mengupayakan proses evakuasi. Ada dua cara yang akan dilakukan. Pertama, gerbong yang terlibat kecelakaan akan ditarik. Namun, apabila tidak memungkinkan, akan dilakukan cara kedua dengan memotong sebagian gerbong.
Harapannya, kata Hery, cara itu bisa mengevakuasi satu korban di gerbong terguling dan satu korban yang terjepit di satu gerbong lainnya. ”Sejauh ini, kami terkendala area yang sempit, animo menonton warga yang tinggi, dan benturan antarkereta yang tinggi,” katanya.
Direktur Utama PT KAI Didiek Hartantyo berjanji akan bekerja secepatnya untuk mengevakuasi kereta yang terlibat kecelakaan. Dia menyebut, kejadian ini pasti akan memengaruhi perjalanan KA. Semua KA yang melintas di jalur selatan akan memutar di Cikampek. Sementara itu, terkait penyebabnya, Didiek meminta semua pihak menunggu penyelidikan dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).
Kerawanan lalu lintas bisa terjadi di mana saja. Namun, bukan berarti potensinya bisa ditekan seminimal mungkin. Infrastruktur dan sumber daya manusia terbaik menjadi kunci utama menekan air mata berjatuhan.