KNKT Kumpulkan Bukti Faktual Tabrakan KA di Cicalengka
Komite Nasional Keselamatan Transportasi mulai mengumpulkan bukti faktual tabrakan kereta api. Investigator langsung turun ke lapangan pada Jumat (5/1/2024) siang.
CICALENGKA, KOMPAS — Komite Nasional Keselamatan Transportasi mulai mengumpulkan bukti faktual tabrakan kereta api antara Kereta Api Turangga relasi Surabaya Gubeng-Bandung dan Kereta Rel Listrik Bandung Raya di Km 181+700 petak jalan antara Stasiun Haurpugur-Stasiun Cicalengka, Jawa Barat, Jumat (5/1/2024). Belum diketahui penyebab tabrakan tersebut.
PT Kereta Api Indonesia menyerahkan sepenuhnya dan menunggu hasil investigasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). Pengamat transportasi memperkirakan tabrakan itu dimungkinkan karena adanya kesalahan prosedur atau komunikasi.
KNKT menurunkan tim investigasi ke lokasi tabrakan kereta Jumat siang. Investigasi rencananya berlangsung selama empat hari, sampai Senin (8/1/2024). Tim investigator untuk keselamatan perkeretaapian memeriksa jalur kereta, gerbong kereta, dokumen, dan keterangan pihak terkait.
Investigator keselamatan perkeretaapian, Gusnaidi, mengatakan, timnya mengumpulkan bukti faktual untuk mengetahui operasionalisasi sarana dan prasarana perkeretaapian saat terjadinya tabrakan antara Kereta Api Turangga dan Kereta Rel Listrik Bandung Raya. ”Kami ambil data lapangan untuk mengetahui seperti apa tabrakan yang terjadi dan operasional di situ. Mulai dari kondisi persinyalan, kondisi rel, dokumen manifes, sampai wawancara,” ucap Gusnaidi.
Bukti faktual itu untuk menentukan penyebab tabrakan. Beberapa kemungkinan faktor penyebab kecelakaan seperti kesalahan manusia dan masalah teknik.
Gusnaidi mengatakan, timnya punya waktu hingga setahun untuk menginvestigasi sampai mengumumkan penyebab tabrakan. Namun, terdapat preliminary report atau laporan awal investigasi yang dikeluarkan dalam waktu satu bulan.
”Nanti ada preliminary report, temuan yang perlu tindak lanjut segera. Jika tidak dilaksanakan, maka akan timbul kecelakaan lain,” ujar Gusnaidi. Menurut dia, perkeretaapian merupakan salah satu pemangku kepentingan yang paling patuh melaksanakan rekomendasi dari kecelakaan atau insiden yang terjadi. Tingkat kepatuhannya mencapai 83 persen.
Pembangunan jalur ganda
Direktur Jenderal Perkeretaapian Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kementerian Perhubungan Risal Wasal menyatakan, untuk meningkatkan aspek keselamatan, DJKA tengah menyelesaikan pembangunan jalur ganda.
Jalur ganda itu berawal dari Kiaracondong ke Cicalengka, termasuk di dalamnya jalur Haurpugur-Cicalengka. Selain pembangunan jalur ganda, juga revitalisasi stasiun dan peningkatan persinyalan dari mekanik ke elektrifikasi.
Ditemui secara terpisah, Vice President Public Relation PT KAI Joni Martinus mengatakan, jumlah perjalanan di lintasan itu cukup banyak. Tercatat setiap hari ada 20-30 perjalanan Kereta Rel Listrik Bandung Raya, sedangkan perjalanan KA jarak jauh hanya ke Surabaya, Purwokerto, dan Yogyakarta.
Adapun jumlah penumpang tergolong besar. Pengguna KRL Bandung Raya pada hari kerja berkisar 15.000-20.000 orang dan pengguna saat akhir pekan mencapai 30.000 penumpang.
Setelah tabrakan tersebut, semua kereta api jalur selatan dialihkan dengan memutar ke jalur utara. Selanjutnya, perjalanan kembali ke jalur selatan. Rute saat ini menjadi Bandung, Cikampek, Cirebon, Purwokerto, Kroya.
Menurut Joni, semua perjalanan sudah diatur sedemikian rupa dalam Grafik Perjalanan Kereta Api (Gapeka). Di dalamnya tergambar kapan waktu kereta berhenti, berangkat, bersilangan atau pertemuan di stasiun, pembatalan perjalanan sampai jenis kereta reguler, kereta luar biasa, dan sebagainya yang melintas.
”Seharusnya aman karena perjalanan kereta sudah didesain sedemikian rupa memenuhi aspek keamanan dan keselamatan,” ujar Joni.
Menurut Joni, sudah lama tidak ada tabrakan di lintasan itu. Insiden yang terjadi antara lain kereta anjlok, lintasan terendam banjir, dan longsor. ”Sangat jarang ada boxing (tabrakan) seperti ini. Lintasannya tidak ada masalah. Soal penyebab boxing kami serahkan ke investigasi KNKT,” kata Joni.
Pihaknya menanti hasil investigasi KNKT karena secara umum banyak penyebab tabrakan kereta. Misalnya, faktor sarana dan prasarana, kelalaian manusia, dan faktor eksternal seperti sabotase dan vandalisme, ataupun faktor alam.
Joni memastikan aspek keselamatan kereta api sudah berlapis dan sistematis mulai dari stasiun, persinyalan, di atas kereta, hingga terpusat melalui kontrol langsung oleh pusat pengendali. Artinya, keselamatan sudah ada dalam satu skema yang bagus.
Tabrakan
Ketua Forum Transportasi Jalan dan Perkeretaapian Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat Aditya Dwi Laksana secara terpisah menjelaskan, dalam sebuah kecelakaan transportasi umum kereta api, ada lima faktor esensial, yaitu sarana, prasarana, sumber daya manusia, manajemen, dan alam.
Pada kecelakaan yang terjadi pukul 06.03, berarti KA Turangga dari arah timur sudah melintasi Stasiun Cicalengka menuju Stasiun Haurpugur, sementara KA Lokal Bandung Raya sudah melewati Stasiun Haurpugur menuju Stasiun Cicalengka. Dengan demikian, ada satu jalur tunggal yang dilintasi dua rangkaian kereta yang berlawanan arah.
”Kesimpulannya, menurut saya, ada satu prosedur yang tidak dijalankan dengan semestinya,” kata Aditya.
Itu karena, dalam hal jalur tunggal, seharusnya salah satu kereta harus menunggu dulu di Stasiun Cicalengka atau Stasiun Haurpugur. ”Apakah artinya KA Lokal Bandung Raya yang harus menunggu? Pada umumnya iya karena kelas Turangga lebih tinggi. Tapi, tidak selalu karena bisa saja lokal Bandung Raya sudah hampir masuk Cicalengka sehingga yang ditahan adalah KA Turangga,” paparnya.
Menurut Aditya, ada kesalahan dari sumber daya manusia. ”Bukan manajemen karena prosedurnya sudah baku,” ucapnya.
Lalu, kemungkinan kedua, jelas Aditya, sinyal tidak berfungsi dengan sempurna atau malafungsi. Itu membuat sinyal di Stasiun Cicalengka dihijaukan (sinyal kereta boleh berjalan) dan yang di Stasiun Haurpugur juga dihijaukan.
Sementara perjalanan kereta terkait erat dengan petugas pengatur perjalanan KA di setiap stasiun. Petugas ini menjalankan pengaturan perjalanan kereta tetap atas arahan dan instruksi dari Pusat Kendali Operasi di Daerah Operasi 2 Bandung. ”Bisa petugasnya sama-sama memberangkatkan kereta atas arahan dari Pusdalop KA, tapi bisa juga karena informasi atau komunikasinya yang diterima dengan tidak baik,” kata Aditya.
Baca juga: Tragedi Kereta di Cicalengka
Aditya meminta PT KAI tetap introspeksi dan meningkatkan sistem atau manajemen keselamatan sistem perkeretaapaian. Sebab, terbukti kecelakaan masih terjadi dan menimbulkan korban jiwa.
Aditya menambahkan, untuk meningkatkan aspek keselamatan, pembangunan jalur kereta menjadi jalur ganda memiliki beberapa keunggulan. Dari sisi keselamatan, jalur ganda menghilangkan kemungkinan tumburan berlawanan arah, tetapi tidak menghilangkan kemungkinan tumburan dari belakang. ”Safety lebih tinggi,” kata Aditya.
Kedua, jalur ganda meningkatkan kapasitas lintas karena kereta yang dioperasikan bisa lebih banyak karena tidak harus saling menunggu untuk bersilang. Ketiga, mempercepat waktu tempuh dan, keempat, meningkatkan frekuensi perjalanan agar KA tidak perlu saling menunggu.