Hari Ini Kita Cerita tentang 2023 (4)
Cerita Aulia dan Nurhayati tentang 2023 menunjukkan, betapa ”support system” begitu penting. Namun, kekuatan mental dalam diri tetap jadi modal utama hadapi persoalan.
Cerita Aulia
Tahun 2023 tidak terlalu bersahabat bagi Aulia Rochmatul Isnaeni (22). Meskipun tak seberat tahun-tahun sebelumnya, ia merasakan banyak kepahitan, mulai dari kegagalan usaha, orangtua sakit, hingga kehilangan neneknya.
Aulia beberapa kali merintis usaha kecil-kecilan di rumahnya di Dukuh Kembang Wadas Gumantung, Kecamatan Tonjong, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Mulanya ia berjualan pentol kuah dan goreng, beralih ke es kul-kul, terakhir berjualan pulsa dan top up game.
Menurut Aulia, saat pertama kali buka, usaha tersebut menunjukkan prospek yang bagus. Banyak anak-anak yang berbelanja ke tempatnya.
Penghasilan dari usaha ini cukup bisa membantu ekonomi keluarga sehingga ia tidak bergantung pada penghasilan suami yang bekerja serabutan.
Akan tetapi, setelah ramai, beberapa tetangga pun membuka usaha serupa. Aulia akhirnya kalah saing dari berbagai sisi. ”Akhirnya, aku yang memilih mundur,” kata anak tunggal dari keluarga petani ini. Sekarang, Aulia memilih menjadi pekerja lepas untuk menambah pendapatan keluarga.
Sejalan dengan usaha yang kandas, bapak Aulia yang berusia 42 tahun juga sakit-sakitan. Kejadian ini membuat keluarganya tak sehangat dulu. Padahal, orangtua adalah sumber energi hidupnya selama ini di samping sang suami yang baru ia nikahi delapan bulan lalu.
Belum sembuh dari batuk yang sering kambuh, sang ayah sejak Mei lalu juga mengalami radang gusi. Penyakit ini perlahan merenggut senyum dari wajahnya. Bapak yang biasanya kuat, tegar, dan pantang menyerah, seperti kehilangan semangat hidup akan menahan sakit yang luar biasa.
Kondisi yang dialami bapak berdampak pula kepada ibu. Menurut Aulia, ibunya perlahan-lahan kurus seperti tidak terurus. Kondisi di rumah tak lagi sehangat dulu. ”Bapak dan ibu tetap berupaya tersenyum, tetapi seperti terpaksa supaya terlihat baik-baik saja,” katanya.
Tidak hanya itu, 11 Desember lalu, Aulia juga kehilangan nenek dari keluarga ibu. Perempuan yang wafat di usia 90 tahun itu adalah sosok pencerita dan pendengar cerita Aulia selama ini. Sang nenek yang lahir di zaman penjajahan suka bercerita tentang sejarah.
”Saya merasa sangat kehilangan. Susah terima kenyataan saat ditinggal beliau meskipun nenek sudah sepuh dan sakit-sakitan,” ujar perempuan tamatan SMA tahun 2021 ini.
Baca juga: Hari Ini Kita Cerita tentang 2023 (3)
Atas kejadian-kejadian pahit itu, suami berusaha selalu ada untuk mendengarkan ceritanya meskipun Aulia termasuk orang yang terbiasa memendam masalah. Suami mencegahnya agar tidak berpikir negatif. Kemudian, keberadaan kedua orangtuanya—meskipun tidak seperti dulu—juga menguatkan hidupnya.
Selain curhat kepada suami, Aulia juga mengekspresikan apa yang ia rasakan melalui puisi. Ada yang ia publikasikan di media sosial dan laman web, seperti WattPad, ada pula yang disimpan dalam draf. ”Menulis puisi sangat-sangat membantu saya,” ujarnya.
Dari berbagai persoalan tersebut, Aulia belajar bahwa akan ada hikmah dan berkah dalam setiap ujian dan cobaan. Hasilnya, tergantung bagaimana cara menghadapinya. Aulia selama ini memilih untuk menghadapi persoalan itu sesuai alurnya.
”Secara tiba-tiba, kakak ipar berubah sikap. Kami diusir secara halus. Anak kakak ipar dan keluarganya menempati rumah itu tanpa bicara dulu kepada kami,” kata Nurhayati,
Adapun untuk 2024, kata Aulia, tidak ada yang tahu akan jadi bagaimana. Namun, tahun baru menyimpan banyak harapan. ”Tahun 2024 adalah tahun saya harus bisa menata hidup dan emosi untuk lebih baik lagi. Menjadi lebih kuat dibandingkan tahun ini,” ujarnya.
Cerita Nurhayati
Sementara itu, bagi Nurhayati (25), tahun 2023 adalah tahun yang berat, terutama sejak ibu mertuanya atau ibu angkat suaminya berpulang. Sejak saat itu, ia, suami, dan anaknya diusir dari rumah secara halus oleh kakak ipar atau anak kandung ibu mertua. Padahal, selama ini ibu mertua dan kakak ipar berlaku baik kepada mereka.
”Secara tiba-tiba, kakak ipar berubah sikap. Kami diusir secara halus. Anak kakak ipar dan keluarganya menempati rumah itu tanpa bicara dulu kepada kami,” kata Nurhayati, warga Kecamatan Cimaung, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Selain diusir, kakak ipar juga tidak menunaikan wasiat ibunya agar harta warisan juga dibagi kepada adik angkatnya, suami Nurhayati.
Kejadian mendadak itu membuat Nurhayati dan keluarga kecilnya harus pindah-pindah kontrakan selama tiga bulan. Situasi itu juga menyulitkan karena ekonomi mereka belum stabil seusai uang tabungan habis untuk membeli tanah. Akhirnya, tanah tersebut kembali dijual.
Hasil penjualan tanah Rp 50 juta kemudian digunakan untuk membangun rumah 5 meter x 7 meter di tanah pemberian ibu Nurhayati. Biarlah sederhana, yang penting bisa jadi tempat berteduh keluarga kecilnya.
Pasangan yang bekerja di pabrik sepatu ini juga mencari berbagai pinjaman agar rumah mereka bisa selesai hingga siap huni.
Menurut Nurhayati, perjuangan membangun rumah itu sangat berat. Selain terpaksa hidup pas-pasan, apa yang mereka lakukan juga dicemooh dan diremehkan. ”Suamimu cuma anak angkat, mana mungkin bisa punya rumah. Namun, kami tidak mengacuhkan,” ujarnya.
Akhirnya, sekitar 5 bulan lalu, rumah Nurhayati yang sederhana bisa ditempati. Keluarga ini bisa menepis semua cemoohan. Para tetangga yang mulanya sangsi, kembali mendekat. Nurhayati mengaku tak merasa dendam.
Dijelaskan Nurhayati, sama-sama berusaha dan saling menguatkan antara ia dan suaminya menjadi kunci dalam melewati persoalan ini. ”Suami dan anak jadi sumber kekuatan,” ujarnya. Selain itu, dukungan dari orangtua, saudara, dan keluarga besarnya sangat membantu.
Baca juga: Hari Ini Kita Cerita tentang 2023 (1)
Perempuan yang berasal dari keluarga petani ini melanjutkan, dari persoalan ini, ia bisa memetik pelajaran agar jangan bergantung kepada orang lain, melainkan diri dan keluarga sendiri. Bergantung kepada orang lain bisa berujung kecewa.
Sebagai contoh, banyak orang di sekitar mereka menjauh saat keluarga ini berada dalam kondisi terjepit.
”Tahun 2024 semoga kehidupan kami lebih baik. Kejadian tahun 2023 jadi pelajaran. Kita harus berusaha mencapai keinginan, mimpi harus dikejar, tetapi jangan bergantung kepada orang lain,” katanya.