Gempa di wilayah Sumedang yang memiliki daerah perbukitan ini juga dapat memicu terjadinya longsor. BMKG akan melakukan kajian lebih lanjut guna memetakan sesar aktif ini.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Gempa bumi berkekuatan Magnitudo 4,8 di wilayah Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, yang terjadi pada pengujung 2023, Minggu (31/12/2023) pukul 20.34, dipicu oleh sesar aktif yang belum terpetakan. Gempa di wilayah Sumedang yang memiliki daerah perbukitan ini juga dapat memicu terjadinya longsor.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono menyampaikan, gempa di wilayah Sumedang juga pernah terjadi pada Desember tahun 1972 dengan kekuatan M 4,5 dan skala intensitas MMI V. Saat itu dampak gempa kerak dangkal lebih besar daripada yang terjadi sekarang dengan sejumlah bangunan rusak disertai longsor di Desa Cibunar, Kecamatan Rancakalong.
Informasi geografis menunjukkan bahwa Sumedang merupakan daerah berbukit dan gunung dengan ketinggian 25-1.667 meter di atas permukaan laut. Kemudian 15-25 persen wilayah Sumedang merupakan daerah bergelombang sampai berbukit dengan komposisi mencakup 51,68 persen dari total luas area wilayah.
”Ini menunjukkan wilayah Sumedang yang juga banyak perbukitan sangat rentan terhadap longsor. Oleh karena itu, gempa yang terjadi saat ini perlu diwaspadai masyarakat, khususnya di wilayah yang memiliki kelerengan curam, karena bisa memicu longsor saat hujan,” ujar Daryono dalam konferensi pers secara daring, Senin (1/1/2024) dini hari.
Daryono menjelaskan, kekuatan gempa yang terjadi di Sumedang memang hanya M 4,5 sampai M 5. Namun, kerusakan bangunan tetap bisa terjadi mengingat gempa tersebut berada di kedalaman yang sangat dangkal. Kerusakan bangunan dapat semakin parah karena banyak rumah yang tidak dibangun dengan struktur yang tahan terhadap gempa.
Sebelumnya, BMKG belum bisa memastikan atau memetakan sumber sesar yang memicu gempa di Sumedang pada pengujung tahun 2023. Namun, dipastikan gempa tersebut merupakan gempa dangkal yang dipicu aktivitas sesar aktif. Gempa tersebut juga dinilai bukan dari sesar Cileunyi-Tanjungsari.
Gempa yang terjadi saat ini perlu diwaspadai masyarakat, khususnya di wilayah yang memiliki kelerengan curam, karena bisa memicu longsor saat hujan.
”Dari berbagai kasus kejadian, gempa saat ini tidak tepat terjadi di jalur sesar Cileunyi–Tanjungsari. Akan tetapi, sesar ini berada di sebelah barat tiga titik gempa yang terjadi sekarang sehingga agak sulit untuk menyatakan gempa ini berkaitan atau berasosiasi dengan Sesar Cileunyi-Tanjungsari,” ucapnya.
Terkait dengan potensi gempa tersebut yang terjadi akibat adanya percabangan sesar, Daryono menyebut hal ini masih akan dilakukan penelitian lebih lanjut. BMKG juga akan merekonstruksi apakah gempa kecil yang terdeteksi juga berkaitan dengan Sesar Cileunyi–Tanjungsari.
BMKG mencatat, wilayah Sumedang merupakan kawasan rawan gempa karena lokasinya yang berdekatan dengan beberapa jalur sesar aktif seperti Sesar Lembang dan Sesar Baribis. Kemudian Sumedang juga berdekatan dengan jalur sesar aktif lainnya yang belum teridentifikasi dan terpetakan, baik oleh BMKG maupun peneliti selama ini.
Wilayah Sumedang memiliki jarak sekitar 21 kilometer (km) apabila ditarik garis lurus dari ujung Sesar Lembang. Akan tetapi, wilayah Sumedang lebih dekat ke Sesar Baribis dengan jarak kurang lebih 6 kilometer.
Daryono mengatakan, wilayah Sumedang perlu mengedepankan pentingnya bangunan tahan gempa. Sementara itu, untuk rumah tembok juga perlu dibangun dengan rujukan pedoman bangunan yang sesuai sehingga bisa tetap aman saat terjadi gempa.
Selain itu, masyarakat diimbau untuk terus memantau situs dan berbagai platform resmi dari BMKG untuk mengetahui informasi terkait gempa bumi. Beberapa platform tersebut di antaranya seluruh media sosial resmi BMKG, warning receiver system mobile, dan informasi langsung melalui pesanWhatsapp yang masih dalam tahap uji coba.
Prakiraan cuaca
Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengatakan, secara umum saat ini sejumlah wilayah di Indonesia akan mengalami hujan saat siang, sore, dan malam hari hingga 5 Januari 2024. Kemudian diperkirakan juga akan ada peningkatan curah hujan lebat untuk wilayah Jawa Barat bagian selatan, termasuk di wilayah Sumedang pada 3-4 Januari 2024.
”Berdasarkan prakiraan berbasis dampak, hujan lebat di wilayah Jawa Barat pada tanggal 1 Januari berpotensi terjadi di Sukabumi, Cianjur, Tasikmalaya, Bandung, Bandung Barat, Garut, Bogor, Ciamis, dan Pangandaran. Wilayah ini berpotensi hujan dengan kategori sedang hingga lebat, tetapi posisi dampaknya masih waspada,” tuturnya.
Selain itu, BMKG bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan personel TNI AU juga akan melakukan teknologi modifikasi cuaca (TMC) untuk mengurangi intensitas hujan lebat di wilayah sekitar terjadinya gempa Sumedang.