Sesar Belum Terpetakan, Gempa Sumedang Merusak Puluhan Rumah
Gempa bumi hingga tiga kali di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, pada Minggu (31/12/2023) telah merusak puluhan rumah. Tiga warga juga dilaporkan menderita luka ringan.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
SUMEDANG, KOMPAS — Gempa bumi hingga tiga kali di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, pada Minggu (31/12/2023) telah merusak puluhan rumah. Tiga warga juga dilaporkan menderita luka ringan. Adapun sesar penyebab gempa belum terpetakan hingga saat ini.
Gempa pertama terjadi pada pukul 14.35 lebih 34 detik dengan kekuatan 4,1 M. Guncangan itu berlangsung di 1 kilometer (km) timur laut Sumedang dengan kedalaman 7 km. Gempa juga dirasakan di Kabupaten Garut, Kota Bandung, serta Kabupaten Subang.
Gempa selanjutnya berlangsung pada pukul 15.38 lebih 10 detik dengan kekuatan 3,4 M. Lokasinya 3 km dari timur laut Sumedang dengan kedalaman gempa 6 km. Terakhir, gempa terjadi pukul 20.34 lebih 24 detik di 2 km timur laut Sumedang.
Namun, kekuatan gempa yang ketiga ini mencapai 4,8 M dengan kedalaman 5 km. Guncangan juga terasa di Garut, Subang, serta Kota Bandung. Gempa ini memicu kerusakan sejumlah bagian bangunan di Sumedang, mulai dari rumah warga hingga rumah sakit.
Penjabat Bupati Sumedang Herman Suryatman dalam konferensi pers daring, Senin (1/1/2024), mengatakan, dari laporan sementara, gempa telah merusak puluhan rumah di permukiman warga di wilayah Babakan Hurip, Tegalsari, dan Cipameumpeuk.
”Ada beberapa rumah yang retak. Di Babakan Hurip, 53 rumah rusak laporan sementara. Kami masih menunggu laporan lanjutan. Tidak ada korban jiwa. (Tapi) Ada korban tiga orang luka ringan dan itu sudah ditangani,” ujar Herman.
Tidak hanya permukiman, Rumah Sakit Umum Pakuwon dan RSUD Sumedang juga terdampak gempa. Laporan sementara, lanjutnya, 248 pasien rawat inap dan 83 pasien unit instalasi gawat darurat di RSUD Sumedang terpaksa dievakuasi dari rumah sakit.
Sebab, terdapat bagian bangunan yang retak-retak. ”Sudah terbangun lima tenda di depan rumah sakit. Pasien sudah aman. Ada dua pasien yang kondisinya berat. Ini mendapatkan layanan intensif dari petugas. Sampai saat ini sudah aman dan terkendali,” ucapnya.
Meski demikian, pihaknya masih mewaspadai adanya gempa susulan. Selain menyiapkan tenda di tempat yang lebih aman, petugas juga mengedukasi warga terkait risiko dampak gempa. Sejauh ini, katanya, warga mengungsi di sisi jalan dan lapangan.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Dwikorita Karnawati mengatakan, masih ada potensi gempa susulan di Sumedang. Terlebih lagi, wilayah di sekitar lokasi gempa merupakan perbukitan. Kondisi ini rawan memicu longsor saat ada guncangan.
”Gempa bumi yang terjadi merupakan gempa dangkal yang dipicu aktivitas sesar aktif,” ucapnya. Akan tetapi, pihaknya belum bisa memastikan sesar itu. Pihaknya menduga, sesar itu belum terpetakan. Gempa itu juga dinilai bukan dari Sesar Cileunyi–Tanjungsari.
”Gempa ini disebabkan patahan yang mana? Ada beberapa patahan, tapi cukup jauh dari pusat gempa. Jangan-jangan ada patahan baru yang belum dideteksi. Ini bisa dideteksi dari tingkat guncangan,” ujar Dwikorita. Pihaknya pun telah menerjunkan tim lapangan.
Daryono, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, mengatakan, gempa di Sumedang bukan kali ini saja. Pada 19 Desember 1972, misalnya, gempa terjadi di daerah itu dengan kekuatan 4,5 M. Dampaknya berupa kerusakan sejumlah rumah dan tanah longsor.
”Magnitudo gempa yang terjadi maksimal 5 M. Tapi, karena kedalamannya sangat dangkal, ini persoalan. Apalagi, banyak rumah yang dibangun tidak antigempa. Ke depan, wilayah Sumedang perlu mengutamakan rumah tahan gempa,” kata Daryono.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengingatkan, Sumedang berpotensi dilanda hujan deras pada Rabu (3/1/2024). Kondisi ini dapat membahayakan warga yang terdampak gempa. Sebab, hingga kini mereka masih tinggal di tenda. Hujan juga memicu longsor.
Dwikorita menuturkan, petugas masih fokus untuk memastikan warga terdampak gempa lebih aman. Ia mengimbau warga lebih waspada. ”Ini adalah kehidupan kita. Kita tidak bisa menghindari gempa. Mari terus belajar dan beradaptasi demi keselamatan kita,” ucapnya.