Nikmatnya Sate Lombok, Seporsi Tak Akan Cukup
Berlibur ke Lombok tak akan lengkap tanpa menikmati satenya. Ada sate bulayak, sate rembiga, dan sate ikan tanjung yang siap menggoyang lidah.
Jika ke Lombok, Nusa Tenggara Barat, jangan lupa berburu sate. Tidak hanya satu, tetapi tiga sate sekaligus. Mulai dari sate bulayak, rembiga, hingga sate ikan tanjung. Rasanya yang menggoyang lidah membuat konsumen tak puas hanya dengan seporsi.
Waktu menunjukkan pukul 12.30 saat Isnawati (26) mulai membakar sate, Minggu (24/12/2023). Ia mengambil lima belas tusuk sate, melumurinya dengan bumbu, lalu menaruhnya berjejer di atas pembakaran.
Saat bumbu-bumbu itu menetes ke arang yang menyala, asap mengepul. Seketika tercium aroma sedap, ”meneror” setiap pelanggan yang datang dengan perut keroncongan.
Isnawati sepertinya paham akan situasi itu. Setelah memastikan sate matang, ia mengangkat dan menata lima belas tusuk sate di piring.
Ia lalu menuangkan satu sendok sayur bumbu ke dekat sate dan menambahkan potongan cabai rawit muda. Terakhir, dan yang wajib, adalah bulayak, yakni hidanganmirip lontong, tetapi dibungkus dengan daun enau atau kelapa muda.
Hidangan itu kemudian disajikannya ke pengunjung yang langsung menyantapnya dengan lahap. Terlihat ada yang menyantap sate dulu, lalu bulayak, atau sebaliknya. Caranya sama, mereka mencocol sate atau bulayak ke bumbu, lalu dimakan.
Baca juga: Kuliner Pilihan Jakarta, dari Soto Betawi hingga Cromboloni
Tidak sedikit juga yang menyeruput bumbu dengan sendok lebih dahulu, lalu memakan sate dan bulayak. Namun, tidak ada cara yang terbaik. Semuanya tergantung selera masing-masing.
”Dagingnya yang empuk terasa lezat dengan bumbunya yang enak. Ada sensasi rasa pedas, manis, asam, serta asin yang menyatu di mulut. Jika masih kurang pedas, tinggal mengunyah potongan cabe. Dijamin makin nendang. Kalau bulayak, sudah pasti lembut saat dikunyah,” kata Abdillah (32), pengunjung asal Mataram.
Sate bulayak memadukan antara bulayak dan sate berbahan daging sapi, ayam, atau usus sapi. Sate bulayak ini adalah salah satu jenis sate yang wajib dicoba saat berlibur ke Lombok.
”Bumbunya dari campuran kemiri, santan, cabai, lengkuas, kencur, ketumbar, dan bawang putih. Lalu, dimasak bersama santan,” kata Ani (32), pedagang sate bulayak di kawasan Sesaot, Lombok Barat.
Sate yang dijual Rp 25.000 per porsi ini dengan mudah ditemui di Narmada, Lombok Barat, bahkan disebut makanan khas wilayah itu. Penjual sate bulayak bisa ditemukan di sekitar Taman Narmada, salah satu obyek wisata di Lombok. Pedagang sate bulayak juga banyak ditemukan di kawasan Sesaot.
Namun, jika berangkat dari Mataram, Ibu Kota NTB, Sesaot lebih jauh, yakni sekitar 26 kilometer. Sementara jarak Mataram ke Taman Narmada sekitar 17 kilometer.
Bedanya, jika di sekitar Taman Narmada, pedagang berada di tepi jalan atau area taman. Sementara di Sesaot, pengunjung bisa menyantap sate di pinggir sungai, tepat di kawasan hutan wisata alam, seperti Aik Nyet. ”Kami buka dari pukul 08.00 sampai pukul 18.00,” kata Ani.
Akan tetapi, jika tidak mau jauh-jauh ke Narmada, sate bulayak juga bisa dijumpai di Kota Mataram. Misalnya di kawasan Taman Udayana, salah satu ruang terbuka hijau di pusat kota. Rasa dan harga tidak jauh berbeda.
Sate rembiga
Selain sate bulayak ada juga sate rembiga dan sate ikan tanjung. Seperti namanya, sate rembiga berada di kawasan Rembiga, Kecamatan Selaparang, Kota Mataram.
Sate ini sudah ada sejak 1980-an dari sebuah kaki lima. Seiring waktu, makanan ini semakin populer dan menjadi kuliner wajib. ”Tak lengkap liburan ke Lombok jika belum menikmati sate rembiga,” demikian ungkapan yang populer.
Di Rembiga, warung-warung penjual sate mudah ditemukan di pinggir jalan utama. Dari atas kendaraan, pengunjung sudah bisa melihat para karyawan membakar sate. Jika kesulitan mencari, cukup ketik sate rembiga di pencarian Google Maps. Sederet rekomendasi akan muncul.
Jika sate bulayak lebih variatif, sate rembiga berbahan daging sapi. Namun, menurut Sinnaseh (53), pemilik kedai Sate Rembiga Hj Sinnaseh, potongan daging untuk satenya dari bagian terbaik sapi, seperti paha.
Warung yang buka pukul 09.00-22.00 ini termasuk yang ramai. Menurut Sinnaseh, setiap hari ia mengolah hingga 200 kilogram daging sapi menjadi sate. Dari 100 kg daging, ia bisa membuat 10.000 tusuk. Satu porsi yang berisi 10 tusuk dijual Rp 25.000.
Selain empuk, sate rembiga yang bisa dinikmati dengan nasi putih atau lontong ini juga punya bumbu lezat. Bahannya terdiri dari cabai merah keriting dan rawit, bawang putih, kemiri, ketumbar, terasi, garam, santan, serta gula merah.
Meski bahannya cukup banyak, rasa manis dan pedas yang dominan pada tiap gigitan. Manis diawal lalu pedas di akhir. Kombinasi dua rasa itu akan tetap menempel di mulut, bahkan beberapa menit setelah sate masuk ke perut.
Tidak ada bumbu tambahan lagi pada sate rembiga. Ini berbeda dengan sate bulayak yang punya bumbu buat cocolan atau sate madura dengan bumbu kacang.
Sate rembiga bisa dinikmati dengan berbagai menu tambahan. Termasuk pelecingkangkung dan sayur beberok (lalapan khas Lombok) yang juga tak kalah pedas.
Sensasinya membuat banyak orang ketagihan. Selain makan lebih dari satu porsi, pengunjung juga kerap datang lagi saat kembali berlibur di Lombok. Termasuk membungkusnya untuk jadi oleh-oleh.
”Satenya enak banget. Bumbunya meresep banget karena infonya dagingnnya dimarinasi (direndam bumbu) dulu. Rencana mau bawa pulang untuk oleh-oleh,” kata Nanda (33), wisatawan asal Malang, Jawa Timur, yang membeli sate rembiga hingga delapan porsi.
Sate tanjung
Seperti sate rembiga, sate tanjung juga diambil dari nama wilayah di Lombok Utara, yakni Tanjung. Berbeda dengan sate rembiga dan sate bulayak, sate ini berbahan dasar ikan.
Selain di Tanjung, sate ini juga mudah ditemui di sekitar Pemenang. Terutama di jalur menuju Bangsal atau pelabuhan penyeberangan ke kawasan Tiga Gili (Trawangan, Air, dan Meno). Para penjual biasanya membuka lapak di kiri dan kanan jalan dari pukul 08.00 hingga 17.00.
Jenis ikan yang digunakan di antaranya ikan pasok atau bara kuda, cakalang, languan, dan marlin. “Ikannya masih segar. Beli pagi di pasar kemudian langsung kami olah,” kata Erna (26), pedagang sate ikan di kawasan Pemenang, Lombok Utara.
Cara penyajiannya, daging ikan dipotong sepanjang 4 sentimeter lalu ditusuk dengan kayu bambu. Sebelum dibakar, sate dilumuri bumbu. Bumbunya berbahan cabai, lengkuas, kunyit, kemiri, santan, dan daging ikan yang dihaluskan jadi satu.
Saat dimakan, tekstur ikan ini sangat lembut dan sedikit basah. Tetapi bumbu-bumbunya meresap. Ada sedikit rasa pedas dari cabai, tetapi lebih dominan rasa manis yang berasal dari santan dan ikan segarnya.
Menurut Erna, harga sate per porsi mulai Rp 20.000 untuk 16 tusuk, Rp 25.000 untuk 20 tusuk, dan Rp 30.000 untuk 25 tusuk. Selain enak dimakan langsung saat masih panas, sate ikan tanjung juga bisa dinikmati dengan lontong yang dijual Rp 1.000 per biji.
“Saya biasa beli kalau mau pulang ke Mataram. Kalau tidak beli di Tanjung, beli di Pemenang ini. Kadang beli Rp 50.000, bahkan sampai Rp 100.000. Tidak ada alasan, ini emang enak,” kata Atik (48), warga Mataram.
Berlibur ke Lombok tentu tidak akan lengkap jika belum menikmati kulinernya. Termasuk sate-satenya. Nikmatnya bikin nambah seporsi dan seporsi lagi.
Baca juga: Liburan Akhir Tahun dan Kuliner Wajib di Kota Malang