Harga Cabai, Bawang, dan Beras di Jakarta Masih Tinggi
Harga bahan pokok yang masih bertahan tinggi membuat sejumlah warga di Jakarta membatasi jumlah pembelian.
JAKARTA, KOMPAS — Harga cabai, bawang, beras, dan kebutuhan pokok lain di Jakarta pada masa libur Natal dan Tahun Baru masih tinggi. Tingginya harga komoditas membuat daya beli masyarakat menurun.
Di Pasar Induk Kramatjati, Jakarta Timur, Selasa (26/12/2023), harga eceran cabai rawit merah berkisar Rp 75.000-Rp 80.000 per kilogram (kg). Harga tersebut jauh dibandingkan harga normal di hari-hari biasa yang berkisar Rp 40.000-Rp 50.000 per kg.
”Sudah sebulan lebih harga cabai naik. Sampai sekarang belum turun. Harga dari pemasoknya juga masih tinggi,” kata Wahyudin (33), penjual cabe di Pasar Induk Kramatjati.
Kenaikan harga juga terjadi di Pasar Kramatjati, harga cabai rawit merah sekitar Rp 90.000 per kg. Meskipun lebih mahal dibandingkan di pasar induk, harga tersebut cenderung turun. Wiwin (42), pedagang, mengatakan, tiga hari lalu harga cabai rawit merah Rp 100.000 per kg.
”Kemarin-kemarin harganya sampai Rp 150.000 per kg. Ini sudah mulai turun, meskipun masih tinggi. Pas Tahun Baru belum tahu, mungkin nanti bisa naik lagi,” ujarnya.
Wiwin tidak tahu pasti kenapa harga cabai tinggi. Walakin, dari informasi yang ia dengar, para petani mengalami gagal panen akibat kemarau panjang.
Kenaikan harga juga terjadi pada komoditas bawang merah dan bawang putih. Di Pasar Induk Kramatjati, harga bawang merah Rp 40.000 per kg dan bawang putih Rp 33.000-Rp 35.000 per kg. Sebelum Natal, harga bawang merah Rp 35.000 per kg dan bawang putih Rp 25.000 per kg.
Di Pasar Kramatjati, harga bawang merah dan bawang putih sama-sama Rp 40.000 per kg. Sebelumnya, harga bawang merah Rp 35.000 per kg dan harga bawang putih Rp 30.000 per kg. ”Daya beli warga menurun karena harga naik. Bisanya mereka beli sekilo, sekarang jadi seperempat atau setengah kilogram,” kata Agus (50), perempuan pedagang di Pasar Kramatjati.
Harga beras juga masih tinggi. Di Pasar Kramatjati, harga beras pandan wangi Rp 16.000 per kg, IR42 Rp 14.500 per kg, dan Bulog Rp 13.000 per kg. Harga beras naik sejak September lalu dengan kenaikan harga Rp 2.500-3.000 per kg.
”Ini namanya tidak naik lagi, tapi sudah tidak terkendali. Harga beras kalau sudah naik gak pernah turun lagi,” kata Udin (51), pedagang beras di Pasar Kramatjati.
Akibat kenaikan harga beras, pelanggan Udin berkurang. Biasanya ada pengusaha katering yang berlangganan, sekarang tidak ada lagi. Stok beras Udin pun dikurangi dari biasanya 1,5 ton per minggu menjadi hanya setengahnya. ”Perputarannya susah,” ujarnya.
Sementara itu, harga ayam potong di sejumlah pasar tradisional di Jakarta juga mengalami kenaikan. Di Pasar Kebayoran Lama, satu ekor ayam berukuran sedang dijual Rp 48.000 kg. ”Harganya naik Rp 1.000 dari hari kemarin,” ucap Sofyan (35), salah satu pedagang ayam potong.
Ia mengaku tidak tahu persis penyebab harga ayam potong naik saat ini. Namun, penjualan ayam memang meningkat menjelang Tahun Baru 2024. Bahkan, beberapa pembeli sudah memesan untuk kebutuhan akhir pekan ini.
”Permintaannya memang tinggi dan sudah ada beberapa pesanan masuk minta diambil minggu ini. Sejauh ini pasokannya aman,” katanya.
Baca juga : Harga Pangan Terus Meroket
Eceran
Tingginya harga bahan pokok membuat sejumlah warga membatasi jumlah pembelian. Riana (34), warga Kebayoran Lama, misalnya, hanya membeli cabai merah sebanyak seperempat kilogram. Ia mengaku mengurangi membuat menu sambal karena harga cabai masih ”pedas”.
Menurut dia, tak mudah mengatur uang belanja di tengah lonjakan harga bahan pokok. Ia harus pintar-pintar mengatur uang belanja agar tidak membengkak. ”Saya belanja sayur dan lauk yang harganya terjangkau, yang penting cukup untuk sekeluarga,” ujarnya.
Tingginya harga cabai tidak hanya membuat para pembeli kelimpungan. Para pedagang eceran juga harus pintar-pintar mencari celah agar tidak rugi. Cabai yang sudah lama dan tidak laku terjual biasanya dijemur agar tidak membusuk. Setelah kering, cabai tersebut dimasukkan ke dalam plastik dan dijual sebagai cabai kering.
”Harganya Rp 10.000 per plastik. Biasanya yang banyak membeli pedagang makanan kecil,” ucap Nur (25), pedagang cabai dan sayur di Pasar Palmerah, Jakarta Pusat.
Di Pasar Palmerah, harga cabai rawit merah/caplak Rp 95.000 per kg dan cabai rawit keriting Rp 70.000-Rp 75.000 per kg. Adapun harga bawang merah dan bawang putih Rp 45.000 per kg.
Menurut dia, harga cabai dari agen masih bertahan tinggi. Karena itulah, ia juga harus mengurangi stok untuk menjaga modal. Nur yang biasanya membeli cabai hingga 50 kg kini hanya membeli 20 kg setiap kali berbelanja di Pasar Induk Kramatjati.
”Hari ini alhamdulillah sudah habis. Nanti malam belanja lagi. Saya stok sedikit-sedikit saja karena sedang mahal, yang penting barang bisa laku semua,” katanya.
Dia n]menambahkan, saat ini harga sayuran yang juga cukup tinggi adalah tomat dan selada. Harga tomat naik dari Rp 12.500 menjadi Rp 16.000 per kg. Adapun harga selada naik dari Rp 12.000 menjadi Rp 15.000 per kg.
Secara terpisah, Arif Sugianto (44), petani asal Kecamatan Metro Kibang, Lampung Timur, Lampung, mengatakan, hasil panen cabai anjlok akibat kemarau panjang. Petani pun tidak menikmati keuntungan meski harga cabai sedang tinggi.
”Hasil panen anjlok sampai 70 persen. Saya hanya panen sekitar 70 kilogram minggu lalu,” kata Arif saat dihubungi.
Dia menuturkan, kemarau panjang memang membuat tanaman hortikultura, seperti cabai dan sayuran, tidak tumbuh dengan baik. Akibatnya, produksi merosot dan memicu kenaikan harga.
Ispandi (40), petani asal Lampung Barat, menuturkan, tidak banyak petani yang menanam tomat karena harga komoditas itu pernah anjlok. Pada awal 2023, harga tomat di tingkat petani hanya Rp 700 per kg.
Saat itu, banyak petani tomat di Lampung Barat yang memilih membuang tomat di jalanan. Hal itu dilakukan karena ongkos kirim dari Lampung Barat ke Bandar Lampung lebih mahal dibandingkan harga jual tomat di pasaran.
Baca juga : Harga Sembako Tinggi, Pasar Murah Digelar di Jatim