Tari, Payung ”Chatra”, Batik, dan Replika Candi Jadi Bukti Kerukunan Warga Borobudur
Para pemuda dari 20 desa di Kecamatan Borobudur berkolaborasi menghasilkan karya seni. Inisiatif kerja sama antardesa ini diharapkan berkembang ke berbagai bidang yang lain.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Gabungan pemuda dari 20 desa di Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, menggelar Borobudur Tridaya Festival, Jumat-Sabtu (22-23/12/2023). Beragam karya seni ditampilkan dalam acara yang berlangsung di Lapangan Srigentan, Desa Wringinputih, Kecamatan Borobudur.
Karya seni yang ditampilkan meliputi tari selama 39 jam menari dan membuat 1.980 payung chatra. Selain itu, juga membuat replika Candi Borobudur berbahan bambu, yang kemudian dibungkus dengan kain batik sepanjang 1.500 meter karya para pemuda. Semua karya ini merupakan hasil dari kolaborasi yang dipersiapkan kelompok pemuda Mahajava Aksata sejak sekitar satu bulan lalu.
Ketua Panitia Borobudur Tridaya Festival sekaligus anggota Mahajava Aksata, Zhawung Dio Syaputra, mengatakan, semua karya yang dibuat dan ditampilkan kali ini telah menorehkan sejarah baru dari kehidupan masyarakat Borobudur.
”Dengan semua apa yang telah lakukan sejak sebulan lalu dan berhasil ditampilkan saat ini, kami berhasil membuktikan bahwa semua warga, terutama pemuda Borobudur, bisa rukun, bersatu, dan bisa bekerja sama membuat karya-karya seni seperti yang ditampilkan hari ini,” ujarnya, Jumat (22/12/2023).
Ia menambahkan, lewat acara ini diharapkan kerja sama antardesa akan bisa terus dikembangkan untuk berbagai kegiatan lain di masa mendatang. Hal itu sekaligus memperbaiki relasi pemuda antardesa di Kecamatan Borobudur yang sebelumnya diwarnai persaingan antarindividu dan antarkelompok. Persaingan ini biasanya muncul karena berebut ladang rezeki dari kunjungan wisatawan ke Candi Borobudur dan destinasi-destinasi yang ada di sekitarnya.
Semua karya yang dibuat akan disimpan dan didokumentasikan. Bagian dalam dari replika candi yang dibuat juga akan terus dimanfaatkan sebagai ruang belajar, tempat untuk memberikan edukasi berbagai macam hal seperti pelatihan membuat karya batik, atau edukasi bahasa asing untuk warga sekitar. Saat ini, warga juga tengah mempersiapkan lokasi untuk penempatan payung, karya batik, serta payung chatra, setelah Borobudur Tridaya Festival selesai digelar.
Karya yang dibuat dan ditampilkan semuanya bersumber dari kearifan lokal masyarakat setempat. Tari yang ditampilkan adalah beragam tarian tradisional, seperti topeng ireng, jathilan, gatholoco, serta pentas tari berbasis cerita seperti Ramayana. Pentas tari selama 39 jam ini berlangsung terhitung sejak Jumat (22/12/2023) mulai pukul 09.00 hingga Sabtu (23/12/2023) tengah malam.
Adapun payung chatra adalah payung dengan bagian ujung berbentuk chatra, bagian paling atas dari bangunan Candi Borobudur, yang hingga saat ini tidak dipasang. Karya payung ini pun dipercantik dengan lukisan karya dari para seniman dari dalam dan luar Borobudur.
Acara berbasis kearifan lokal semacam ini diharapkan dapat menginspirasi pemerintah atau pihak mana pun untuk menggelar acara serupa.
Replika candi dan kain batik juga dibuat bersama-sama oleh warga dari 20 desa. Kebanyakan motif kain yang dibuat di kain batik adalah gambar-gambar tanaman, dan segala sesuatu yang menjadi ciri khas dari masing-masing desa.
Muslih, salah seorang perajin payung chatra dari Dusun Ngaran, Desa Borobudur, sangat senang bisa terlibat dan bekerja sama dengan banyak warga lainnya untuk bersama-sama membuat dan melukis payung chatra. Acara berbasis kearifan lokal semacam ini diharapkan dapat menginspirasi pemerintah atau pihak mana pun untuk menggelar acara serupa.
Camat Borobudur Subiyanto mengapresiasi inisiatif yang dilakukan oleh para pemuda dari 20 desa ini. Ia berharap inisiatif seperti itu terus tumbuh dan membuat kawasan Borobudur semakin semarak dengan aneka ragam acara yang digelar.
Para pemuda ini pun diharapkan dapat membuat wisata di Borobudur semakin lengkap, dengan atraksi yang digelar pada pagi, siang, hingga malam hari.
”Dengan semakin banyak atraksi yang ditampilkan, disuguhkan sepanjang hari, para wisatawan pun akan semakin nyaman, betah dan tidak lagi kebingungan mencari-cari tujuan wisata di malam hari di kawasan Borobudur,” ujar Subiyanto.