Warga Kupang, Nusa Tenggara Timur, kesulitan mendapatkan minyak tanah menjelang Natal dan Tahun Baru.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·4 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Menjelang Natal dan Tahun Baru 2024, warga di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, mulai kesulitan mendapatkan minyak tanah. Hingga kini, sebagian warga memang masih menggunakan minyak tanah untuk keperluan sehari-hari, seperti memasak.
Agen minyak tanah UD Sriwijaya di Kelurahan Oebufu, Kota Kupang, Petrus Koh, Kamis (21/12/2023), mengungkapkan banyaknya keluhan masyarakat Kota Kupang soal kesulitan mendapatkan minyak tanah belakangan ini.
”Perlu pengawasan sampai ke tingkat konsumen. Saya menduga, menjelang Natal dan Tahun Baru, kebutuhan masyarakat memasak meningkat. Sebelumnya hanya memasak harian, sekarang ada pembuatan kue dan masakan tertentu sebagai persiapan Natal. Agar stok tetap ada, sebagian konsumen membeli dalam jumlah lebih,” kata Koh.
Ia mengatakan, distribusi minyak dari Pertamina Kupang rutin dilakukan setiap pekan. Setiap agen mendapatkan sekitar 600 liter minyak tanah per pekan. Di Kelurahan Oebufu terdapat sekitar 10 agen. Total untuk Kelurahan Oebufu6.000 liter. Sementara itu, di Kota Kupang terdapat 51 kelurahan. Jika setiap kelurahan mendapatkan 600 liter, ada306.000 liter minyak tanah yang tersedia untuk masyarakat.
Petrus Koh menyebutkan, masalah kelangkaan minyak tanah terjadi setiap menjelang Natal dan Tahun Baru. Sebagian agen tidak mengizinkan masyarakat membeli langsung dari mereka. Agen hanya melayani pemilik kios dan toko yang menjual minyak tanah. Alasannya, pengisian jauh lebih banyak dan tidak bertele-tele. Lagi pula, tidak terjadi antrean panjang karena letak toko agen berhadapan langsung dengan jalan umum.
Magda (45), seorang pembeli yang membawa dua jeriken berukuran 5 liter, tidak dilayani oleh agen. Dia akan membeli 10 liter minyak tanah. ”Agen itu hanya melayani jeriken lebih dari lima, atau jerikan ukuran 20-50 liter. Kalau hanya satu atau dua jeriken yang isinya lima liter, tidak dilayani,” kata Magda yang kemudian memilih mencari minyak tanah di kios.
Ibu tiga anak ini mengatakan, konsumen tidak mungkin menimbun minyak tanah di rumah. ”Hari ini baru ada minyak tanah di agen. Saya cari tiga pekan terakhir di kios tidak ada sama sekali,” katanya.
Ia mengatakan, minyak tanah hanya digunakan untuk memasak makanan sehari-hari. Magda mengatakan, sebagai ibu rumah tangga, dia harus pintar mengelola uang belanja.
”Kebutuhan hidup setiap rumah tangga tidak hanya minyak tanah. Mereka juga harus mengelola uang sedemikian rupa sehingga semua kebutuhan pokok terpenuhi, seperti beras, lauk, dan sayur,” kata Magda.
Norman (41), pemiliki kios 08 di Kelurahan Liliba, Kota Kupang, mengatakan, setelah satu bulan tidak mendapatkan minyak tanah di agen, baru Kamis pagi ini dia mendapatkan minyak tanah. ”Mungkin setelah pemkot bertemu pihak Pertamina di Kupang sehingga minyak tanah segera didistribusikan,” kata Norman.
Pengamatan di Kupang, sejak dua hari terakhir, minyak tanah didistribusikan ke sejumlah agen. Pemilik kios minyak tanah dan warga pun berbondong-bondong membawa jeriken dalam ukuran berbeda untuk membeli minyak tanah di agen-agen itu.
Oris Talo (34), warga Kelurahan Penfui, Kupang, mengatakan,harga masih normal, yakni Rp 4.000 per liter untuk hari ini. Saat terjadi kelangkaan di sebagian besar kios, kios yang masih menjual akan menaikkan harga menjadi Rp 30.000 per jeriken (5 liter).
Guru sekolah dasar Penfui ini mengaku sulit membeli kompor gas dengan perlengkapannya. Ia merinci, harga kompor gas saja Rp 500.000 per dua tungku. Harga selang dengan regulator Rp 200.000. Tabung gas dengan isinya Rp 850.000, dan isi ulang Rp 265.000 per tabung 12 kg.
”Istri juga takut pakai kompor gas karena sering melihat di televisi kompor gas meledak, lalu terjadi kebakaran. Anak-anak sering usil sehingga kami khawatir. Tetapi kalau minyak tanah tidak ada lagi, terpaksa harus pakai dengan segala risiko,” kata Oris.
Cicilia dari Humas PT Pertamina Regional Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara (Jatimbalinus) mengatakan, setiap hari Pertamina menyalurkan 344 kiloliter (344.000 liter) minyak tanah untuk 22 kabupaten/kota di NTT. Harga eceran tertinggi di agen Rp 4.000 per liter. Agen tidak boleh menjual lebih dari itu.
”Tanggung jawab kami hanya sampai di tingkat agen. Kalau di kios-kios dan konsumen, itu bukan kewenangan kami lagi. Diharapkan harga kerosene tetap normal seperti ditetapkan pemerintah,” katanya.