Festival Budaya Dongdala Menggerakkan Ekonomi Desa
Selain memperkenalkan budaya setempat, Festival Dongdala di Pringgasela Selatan, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, juga mampu menggerakkan ekonomi warga.
Oleh
SIWI YUNITA CAHYANINGRUM, ISMAIL ZAKARIA
·4 menit baca
LOMBOK TIMUR, KOMPAS — Selain memperkenalkan berbagai potensi budaya, Festival Dongdala di Desa Pringgasela Selatan, Kecamatan Pringgasela, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, turut menggerakkan perekonomian warga. Bukan hanya untuk warga Pringgasela Selatan, melainkan juga masyarakat dari desa kreatif lainnya.
Festival Dongdala mulai digelar sejak 2021 dan kini memasuki tahun ketiga. Festival ini merupakan salah satu program Pemajuan Kebudayaan Desa (PKD) dari Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan (PPK) Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Dongdala berarti pelangi. Festival ini menghadirkan aneka warna budaya masyarakat Pringgasela Selatan yang terdiri atas sejumlah trah atau keluarga besar, yakni Tanaq Gadang, Sumbawa, dan Masbagik. Mereka menghasilkan kerajinan, kesenian, hingga kuliner tradisional.
Sri Hartini (45), Ketua Kelompok Nina Penenun, atau kelompok penenun perempuan di Pringgasela Selatan mengatakan, Festival Dongdala sangat terasa manfaatnya. Terutama tahun ini karena Pringgasela Selatan menjadi tuan rumah Apresiasi Desa Budaya sebagai puncak kegiatan program Pemajuan Kebudayaan Desa di 2023.
”Kami para penenun, misalnya, diminta menyiapkan syal tenun untuk 150 paket suvenir yang dibagikan kepada tamu saat puncak acara,” kata Sri di Pringgasela Selatan, Kamis (21/12/2023).
Tenun itu, kata Sri, tidak hanya dibuat anggota Kelompok Nina Penenun, tetapi juga penenun lain di desa yang berada sekitar 50 kilometer timur Mataram, ibu kota NTB itu.
”Itu belum termasuk tenun yang terjual selama festival. Pada puncak acara Apresiasi Desa Budaya (Rabu malam), kami juga dapat tempat untuk memajang dan menjual tenun tenun,” kata Sri.
Menurut Sri, selain tenun, paket suvenir juga berisi produk lain. Dia mencontohkan, kerupuk kulit produksi Dusun Timba Gerah, Pringgasela Selatan. Selain itu, ada juga produk yang berasal dari desa lain di Lombok Timur.
”Sebenarnya bisa kami buat sendiri. Namun, agar dampaknya semakin luas, jadi kami juga datangkan produk teman-teman dari desa lain,” kata Sri.
Sri mencontohkan, kopi dan kacang-kacangan yang telah dikemas sangat baik dan didatangkan dari Sembalun. Desa di kaki Rinjani itu memang terkenal dengan kopi dan hasil pertanian.
”Sementara besek untuk wadahnya kami pakai buatan perajin dari Desa Loyok, Kecamatan Sikur, Lombok Timur. Jadi, semua kami rangkul biar sama-sama terimbas,” ujar Sri.
Manfaat puncak acara Festival Dongdala, yakni Parade Nyiru Jaja Bejangkongan, juga dirasakan warga Pringgasela Selatan. Dalam parade itu warga membawa tampah berisi beraneka jajan tradisional. Berbagai komoditas pangan lokal yang menjadi bahan baku laris manis dibeli warga.
Acara itu membuat Ida Dahlia (44), pemilik usaha aneka jajanan di Pringgasela Selatan, kebanjiran pesanan. Ida harus menyediakan 10 jajanan, seperti olahan ubi dan singkong serta lupis.
”Khusus acara kemarin, omzet ada kenaikan. Kalau di hari biasa dapat Rp 1 juta, kali ini Rp 1,5 juta,” kata Ida.
Ida mengatakan, berbagai festival yang diadakan, baik di Pringgasela Selatan maupun desa sekitar, selalu berdampak ke usahanya. ”Harapannya festival sering diadakan karena menguntungkan,” katanya.
Akomodasi
Selain bagi UMKM, Festival Dongdala juga berdampak ke sektor akomodasi. Hotel atau homestay, baik di Pringgasela maupun sekitarnya, seperti Masbagik dan Selong, ikut terimbas.
Iqbal Abdul (25), pengelola Aranka Tempasan Lodge di Dusun Tempasan, Desa Pringgasela, mengatakan, banyak peserta Festival Dongdala yang menginap di sana. Hal itu membuat 11 kamarnya terisi.
”Setiap ada seperti Festival Dongdala atau acara lain, rata-rata kamar kami penuh. Termasuk saat Alunan Budaya di Desa Pringgasela beberapa waktu lalu. Biasanya panitia atau pengisi acara menginap di sini sehingga kami berharap kegiatan serupa perlu terus diperbanyak ke depan,” kata Iqbal.
Kepala Dinas Pariwisata NTB Jamaluddin Maladi mengatakan, Festival Dongdala penting terus diselenggarakan karena berhasil mengangkat kearifan lokal Pulau Lombok, khususnya di Pringgasela Selatan. Festival ini bisa mendongkrak ekonomi warga.
Ke depan, Pemprov NTB terus mendukung penyelenggaraan Festival Dongdala atau kegiatan serupa lainnya. Apalagi, saat ini, NTB juga terus mengembangkan diri sebagai salah satu destinasi wisata unggulan seiring hadirnya Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika.