Empat Korban Taksi Daring Versus KA Pengumpan Whoosh Masih Satu Keluarga
Empat orang yang tewas dan satu korban kritis terdiri dari ibu dan dua anaknya serta seorang cucu. Satu korban tewas lagi adalah sopir taksi daring.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·2 menit baca
CIMAHI, KOMPAS — Lima korban tewas dan satu korban kritis dalam kecelakaan melibatkan taksi daring dan kereta pengumpan kereta cepat Whoosh rute Padalarang-Bandung masih satu keluarga. Satu korban yang kritis masih dalam perawatan intensif di rumah sakit. Korban tewas kelima masih berusia empat tahun bernama Syakila yang meninggal setelah menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Cibabat, Kota Cimahi, Jumat (15/12/2023) pagi.
”Syakila mengembuskan napas terakhir pada Jumat ini sekitar pukul 09.00. Sebelumnya ia menjalani perawatan di ruang ICU karena mengalami cedera berat di kepala akibat insiden tersebut,” kata Kepala Bagian Umum RSUD Cibabat Jana Hermawan.
Jana memaparkan, Syakila menjadi korban kelima yang kehilangan nyawa dalam kecelakaan di Desa Cilame, Kabupaten Bandung Barat, Kamis. Empat korban lainnya adalah Edi (45) selaku sopir taksi daring, Neneng Rosmayanti (49), Rapika (6), dan Putra (2).
Dari data Polres Cimahi, sopir dari arah Desa Cilame memasuki jalur pelintasan sebidang yang tidak dijaga. Sopir tetap melaju meskipun telah diminta tidak melintas oleh seorang warga di lokasi kejadian karena kereta pengumpan telah mendekat.
Kecelakaan taksi daring ditabrak kereta pengumpan terjadi pukul 12.43. Kereta pengumpan dari arah Padalarang menuju Bandung menabrak minibus hingga mobil Daihatsu Sigra bernomor polisi D 1859 AJV itu terseret sejauh 500 meter.
”Tiga korban meninggal di lokasi kejadian. Sementara Neneng dan Syakila meninggal setelah menjalani perawatan di RSUD Cibabat,” kata Jana.
Ia menambahkan, satu korban yang menjalani perawatan di RSUD Cibabat adalah seorang anak berusia 13 tahun bernama Ratih Anggraeni yang mengalami cedera berat di kepala.
”Ratih masih menjalani perawatan di ruang ICU. Pihak keluarga telah membawa jenazah korban ke rumah masing-masing di Kabupaten Bandung Barat dan Kota Cimahi untuk dimakamkan,” ujarnya.
Penelusuran polisi menunjukkan Edi menjemput para penumpangnya di Kampung Simpati RT 003/RW 005 Desa Cilame. Neneng adalah ibu dari Ratih, Putra, dan Rapika serta nenek dari Syakila.
Kami akan berkoordinasi dengan pemda setempat untuk pengamanan lokasi pelintasan sebidang yang tidak dijaga.
Manajer Humas Daerah Operasi 2 Bandung PT Kereta Api Indonesia (Persero) Ayep Hanapi mengakui, lokasi pelintasan sebidang yang dilalui minibus tersebut tidak dijaga petugas. Total ada 199 dari 331 pelintasan kereta yang tidak dijaga di wilayah Daerah Operasi 2 Bandung.
Ia pun mengimbau semua pengguna jalan untuk bersama-sama menaati rambu-rambu yang ada. Warga diharapkan lebih waspada ketika melewati pelintasan sebidang kereta api.
”Penyediaan fasilitas pos dan petugas jaga di pelintasan merupakan tanggung jawab semua pihak yang terkait. Kami akan berkoordinasi dengan pemda setempat untuk pengamanan lokasi pelintasan sebidang yang tidak dijaga,” ucap Ayep.