logo Kompas.id
NusantaraBerburu Lumpia Seabad dan Tahu...
Iklan

Berburu Lumpia Seabad dan Tahu Gimbal di Semarang

Lunpia Gang Lombok dan Tahu Gimbal Pak Edi menghadirkan rasa yang melintasi zaman. Liburan Natal dan Tahun Baru momentum mencicipi kedua kuliner Semarang ini.

Oleh
REBIYYAH SALASAH
· 4 menit baca
Tampilan lumpia legendaris Semarang, Lunpia Gang Lombok No 11, di Gang Lombok, kawasan Pecinan, Semarang, Kamis (14/12/2023).
KOMPAS/REBIYYAH SALASAH

Tampilan lumpia legendaris Semarang, Lunpia Gang Lombok No 11, di Gang Lombok, kawasan Pecinan, Semarang, Kamis (14/12/2023).

Ketika mendengar kata Semarang, makanan apa yang langsung terpikir olehmu? Ya, jawabannya sering kali adalah lunpia atau lumpia dan tahu gimbal. Kedua kuliner ini punya keistimewaan yang membuatnya patut dicoba, yakni rasa yang bertahan melintasi zaman.

Lunpia Gang Lombok No 11, pelopor penjual lumpia di Semarang, bahkan sudah berusia lebih dari satu abad. Warung tersebut didirikan oleh pasangan Tjoa Thay Joe dari China dan Mbok Wasih pada pertengahan abad ke-19. Lokasinya bersebelahan dengan Kelenteng Tay Kak Sie, di Gang Lombok, Kawasan Pecinan, Semarang.

Usaha kuliner lengkap dengan resepnya lantas diwariskan turun-temurun dan bertahan sampai sekarang. Kini, warung dikelola oleh generasi keempat, Untung Usodo, yang kerap dibantu anaknya, Vincent Setiawan Usodo.

Sebagai salah satu warung lumpia tertua di Semarang, Lunpia Gang Lombok masih menebarkan pesona. Pesona itu membawa Suparta datang bersama empat temannya, Kamis (14/12/2023), di tengah kunjungan dua hari ke Semarang.

Warga Jakarta itu mengatakan, Lunpia Gang Lombok terkenal enak sehingga ia dan teman-temannya ingin mencicipi langsung ke warung.

Pembeli mencicipi bersama lumpia legendaris Semarang, Lunpia Gang Lombok No 11, di Gang Lombok, kawasan Pecinan, Semarang, Kamis (14/12/2023).
KOMPAS/REBIYYAH SALASAH

Pembeli mencicipi bersama lumpia legendaris Semarang, Lunpia Gang Lombok No 11, di Gang Lombok, kawasan Pecinan, Semarang, Kamis (14/12/2023).

”Ternyata memang enak, tidak ada bau aneh dari rebungnya. Mantap!” kata Suparta sambil menyantap lumpia panas. Sambil mengunyah, ia lalu pulang membungkus beberapa potong lumpia panas.

Lumpia merupakan camilan dengan lembaran tipis tepung gandum atau kulit lumpia yang membungkus isian. Bahan utama isian lumpia adalah rebung atau tunas bambu muda. Bahan lain berupa telur, udang, dan sejenis ikan laut yang penjual lumpia sebut sebagai pidie.

Menurut Vincent Setiawan Usodo, rebung harus dibersihkan berkali-kali agar tak mengeluarkan bau amis atau pesing. Lunpia Gang Lombok yang dikelola Vincent punya kekhasan lain berupa saus kental manis yang terbuat dari pati singkong.

Saus ini dapat menjadi pilihan menikmati lumpia bersama cabai rawit, tunas bawang merah atau lokio, dan acar mentimun.

Baca juga: Liburan Akhir Tahun di Padang, Lidah Wajib ”Digoyang” Ragam Gulai

Lumpia ini konon merupakan hasil perpaduan sejenis makanan Fukian dengan sejenis makanan serupa dari pribumi Semarang. Bumbu kedua jenis makanan ini berbaur dan disesuaikan dengan lidah serta selera orang Semarang.

Suasana di warung lumpia legendaris Semarang, Lunpia Gang Lombok No 11, di Gang Lombok, kawasan Pecinan, Semarang, Kamis (14/12/2023).
KOMPAS/REBIYYAH SALASAH

Suasana di warung lumpia legendaris Semarang, Lunpia Gang Lombok No 11, di Gang Lombok, kawasan Pecinan, Semarang, Kamis (14/12/2023).

Di warung Lunpia Gang Lombok berukuran sekitar 5 x 5 meter itu, pengunjung bisa melihat langsung proses pembuatan lumpia. Terdapat dapur untuk menggoreng isian lumpia kedua kalinya setelah digoreng setengah matang di rumah pemilik.

Sambil melihat lumpia digoreng, pengunjung bisa langsung memesan dan memakan lumpia kendati tak banyak kursi untuk pelanggan di tempat itu.

Ada dua jenis lumpia yang dijual, yakni lumpia basah dan lumpia goreng. Lumpia basah dapat bertahan hingga 12 jam di luar kulkas dan bisa bertahan hingga satu minggu apabila disimpan di dalam kulkas. Adapun lumpia goreng bisa bertahan selama 24 jam.

Agar wisata kuliner tahu gimbal semakin seru, Anda bisa membuat semacam misi berjudul ”Mencari Edi/Edy ”.

Iklan

Ukuran lumpia tidak terlalu besar, juga tidak terlalu kecil. Satu lumpia seharga Rp 20.000. Vincent mengatakan, pada hari biasa, sebanyak 300-400 lumpia terjual. Mulai Jumat hingga Minggu, waktu buka lebih panjang sampai pukul 17.00 dan lebih banyak pengunjung yang datang. Penjualan bisa mencapai 700 lumpia sehari.

Jika membeli lima sampai sepuluh lumpia, makanan tersebut dikemas dengan besek. Untuk satu hingga empat lumpia, dibungkus dengan plastik mika. Saat hendak menggoreng lumpia, Vincent menyarankan agar apinya tidak terlalu tinggi.

Baca juga: Kuliner Bandar Lampung, Sambal Seruit dan Bakso Sony yang Legendaris

Edi atau Edy

Jika lumpia dinikmati sebagai camilan, tahu gimbal layak dicoba untuk makanan utama. Tahu gimbal, konon, juga telah ada sejak puluhan tahun lalu, atau bahkan sejak zaman penjajahan Belanda.

Tahu gimbal terdiri atas dua unsur, yakni tahu goreng yang dipotong dadu dan gimbal atau udang bertepung dan berukuran cukup lebar. Makanan ini dilengkapi lontong, irisan kol, telur, dan taburan bawang goreng. Tidak lupa, ada siraman saus kacang petis dan tambahan kerupuk udang.

Agar wisata kuliner tahu gimbal semakin seru, Anda bisa membuat semacam misi berjudul ”Mencari Edi/Edy”. Di Semarang, ada fenomena deretan lapak tahu gimbal yang berunsur Edi/Edy.

Deretan lapak kuliner khas Semarang, tahu gimbal, dengan nama Pak Edy”, ”Haji Edy”, ”Pak Edi Asli”, dan lainnya, di depan kawasan Taman Indonesia Kaya Semarang, tepatnya di Jalan Pandanaran, Mugassari, Kota Semarang, Kamis (14/12/2023).
REBIYYAH SALASAH

Deretan lapak kuliner khas Semarang, tahu gimbal, dengan nama Pak Edy”, ”Haji Edy”, ”Pak Edi Asli”, dan lainnya, di depan kawasan Taman Indonesia Kaya Semarang, tepatnya di Jalan Pandanaran, Mugassari, Kota Semarang, Kamis (14/12/2023).

Di depan kawasan Taman Indonesia Kaya Semarang, tepatnya di Jalan Pandanaran, Mugassari, Kota Semarang, ada delapan lapak tahu gimbal dengan nama ”Pak Edy”, ”Haji Edy”, “Pak ”Edi Asli”, dan lainnya yang berdiri berjejer.

Selain nama yang nyaris sama, lapak-lapak ini juga sama-sama menampilkan spanduk berwarna kuning ataupun hijau dengan gerobak dan tempat duduk yang mirip pula.

Demi membuktikan keaslian masing-masing, para penjual ini memiliki beragam cara. Ada penjual yang memajang sertifikat pemilik merek, ada yang memasang wajah penjual, dan ada pula yang memajang foto cuplikan liputan televisi.

Di tengah pencarian Edi/Edy yang asli, seorang pedagang berceletuk, ”Semuanya asli, sama-sama tahu gimbal. Pakai nama Edi biar semakin seru. Seru, kan?”

Kompas mencicipi tahu gimbal di lapak Tahu Gimbal Pak Edi (Asli) yang terletak di tengah deretan tersebut. Pemiliknya, Yuli (40), merupakan anak kedua dari pemilik lapak Tahu Gimbal Pak Edi Tidak Buka Cabang yang berada di deretan nomor satu, tepat di samping SMKN 7 Semarang. Di spanduk tercantum gambar sertifikat pemilik merek.

Yuli mengklaim, ayahnya yang bernama Marlan adalah pelopor Tahu Gimbal Edi. Nama Edi merujuk pada kakek Yuli. Bersama Edy Kamsani, pemilik Tahu Gimbal Haji Edy Sejak 1972, keduanya telah berjualan puluhan tahun lalu.

Lihat juga: Berburu Oleh-oleh Legendaris di Semarang

Seporsi tahu gimbal dari lapak Tahu Gimbal Pak Edi (Asli) yang terletak di tengah deretan penjual tahu gimbal di Jalan Pandanaran, Mugassari, Kota Semarang, Kamis (14/12/2023).
KOMPAS/REBIYYAH SALASAH

Seporsi tahu gimbal dari lapak Tahu Gimbal Pak Edi (Asli) yang terletak di tengah deretan penjual tahu gimbal di Jalan Pandanaran, Mugassari, Kota Semarang, Kamis (14/12/2023).

Tahu gimbal buatan Yuli bercita rasa rempah yang kuat. Ia mengikuti resep sang ayah yang bertahan puluhan tahun.

Mereka memakai banyak bumbu, mulai dari lengkuas, salam, serai, daun jeruk, kencur, daun pandan, dan bawang putih yang ditumbuk ditumis kering serta gula merah. Semuanya dicampur air, petis, dan bumbu kacang.

Dengan porsi mengenyangkan, tahu gimbal Yuli dipatok dengan harga Rp 20.000. Lapaknya, bersama deretan lapak lain, buka pukul 13.00 sampai pukul 23.00.

Liburan Natal dan Tahun Baru ini, siap mencoba lumpia seabad dan mencari Edi/Edy yang asli di Semarang?

Baca juga: Slamet Riyanto, Juragan Soto dan Tahu Gimbal

Editor:
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000