Makna Ornamen Natal, Kegembiraan Menyambut Kelahiran Sang Juru Selamat
Sukacita menyambut kelahiran Yesus Kristus bukan saja mengalir lewat doa dan pujian, melainkan juga melalui ornamen Natal. Pernak-pernik ini pun punya makna mendalam.
Sukacita menyambut kelahiran Yesus Kristus bukan saja mengalir lewat doa dan pujian, juga melalui ornamen Natal. Pernak-pernik Natal yang identik dengan warna-warna cerah ini pun punya makna mendalam tentang lahirnya Sang Juru Selamat.
Setiap perayaan Natal, berbagai ornamen selalu muncul. Mulai dari pohon natal, kandang, patung, mistletoe (tanaman semi-parasit), lonceng, serta aneka hiasan, seperti bola lampu, dan bintang.
Di Jakarta, berbagai pernak-pernik itu sudah menghiasi pusat perbelanjaan, gereja, dan hotel berbintang, Selasa (12/12/2023). Tak sedikit pula warga yang membuat hiasan natal dari barang bekas, seperti botol plastik, kardus, dan perlengkapan rumah tangga bekas.
Baca Juga: Sejarah dan Tema Natal yang Penuh Kemuliaan
Bagi Arief Setiawan (34), warga Duri Kosambi, Jakarta Barat, ornamen turut menyemarakkan perayaan Natal dalam keluarganya. Ia pun tak keberatan saat menempuh perjalanan sekitar 40 menit dari rumahnya untuk berburu ornamen ke Pasar Pagi Mangga Dua, Jakarta Utara.
Hal pertama yang ia lakukan sebelum belanja ornamen adalah memilih konsep dekorasi Natal. ”Kalau udah ada konsepnya, kita bisa membuat daftar apa saja yang dibutuhkan. Setelah itu, memburu pernak-pernik dengan harga yang paling terjangkau,” ujar Arief.
Tidak hanya Arief, warga di berbagai belahan dunia juga acap kali mencari ornamen menjelang Natal. Bahkan, kebiasaan menghias pohon natal konon sudah ada sejak tahun 1.400-an.
Pastor Paroki Pantai Indah Kapuk (PIK) Gereja Regina Caelli Romo Widi Alexius Widianto, Pr menilai, ornamen Natal merupakan wujud kegembiraan warga menyambut kelahiran Yesus Kristus. ”Orang kalau melihat bayi lahir, pasti gembira. Kegembiraan itu yang ingin kita ungkapkan,” ujarnya.
Meski demikian, ornamen Natal sebenarnya merupakan pelengkap atau tambahan, bukan sesuatu yang wajib. ”Tanpa itu sebetulnya tidak apa-apa. Tapi, secara lahiriah, kita butuh visualisasi bahwa kita gembira (atas kelahiran Yesus Kristus),” kata Romo Widi, sapaannya.
Dalam perayaan Natal, katanya, yang paling penting adalah ekaristi atau misa. Akan tetapi, ia menilai, simbolisasi melalui ornamen juga tetap diperlukan untuk mengingatkan jemaat akan kelahiran Yesus Kristus. Itu sebabnya ada pohon hingga hiasan Natal lainnya.
Simbolisasi itu, kata Romo Widi, membuat manusia dapat lebih mengenal Allah. ”Allah harus turun ke dunia supaya kita tahu apa maksud Allah datang ke dunia ini dan menuntun kita,” ucapnya.
Baca Juga: Gemerlap Natal yang Temaram
Romo Widi mencontohkan ornamen gua dan kandang yang menyimbolkan kesederhanaan tempat lahir Yesus. Ide ini, katanya, lahir dari Fransiskus Asisi. Saat itu, Asisi ingin mengulang peristiwa kelahiran Yesus yang berada di sekitar orang kecil atau tersisihkan.
Kehadiran Yesus yang membawa terang atau cahaya juga divisualisasikan melalui lilin. Pohon natal, mengutip laman Churchofjesuschrist.org, pun dimaknai sebagai simbol kehadiran Yesus. Pohon cemara yang digunakan disebut sebagai pemberian Allah kepada manusia. Pohon yang tumbuh hijau sepanjang tahun ini mengingatkan akan harapan dan kehidupan baru.
Baca Juga: Liburan Akhir Tahun, Jalur Wisata Paling Rentan Macet
Asal mula pohon natal sendiri berakar di Jerman mulai abad ke-14. Penggunaan pohon natal makin tersebar luas ke Eropa dan Amerika sekitar pertengahan abad ke-19. Adapun di China dan Jepang, pohon natal diperkenalkan oleh para misionaris Barat pada abad ke-19 dan ke-20.
Selain pohon natal, nuansa merah saat perayaan Natal juga berkaitkan dengan tanaman kastuba atau poinsettia. Tanaman yang berasal dari Meksiko itu ikut memeriahkan Natal sejak lebih dari 150 tahun lalu di AS dan Eropa. Daunnya yang berbentuk bintang dimaknai sebagai penyinar atau tumbuhan ”malam kudus”.
Hiasan lain terpasang saat Natal adalah wreaths, yaitu karangan bunga dan daun melingkar. Biasanya, hiasan ini dipasang di pintu rumah orang yang merayakan Natal. Dalam jalinan karangan bunga lingkar itu juga ada buah beri berwarna merah seperti kastuba.
Orang kalau melihat bayi lahir, pasti gembira. Kegembiraan itu yang ingin kita ungkapkan.
Ternyata, ada makna tersembunyi di balik letak buah beri musim dingin di depan pintu. Umat Kristiani meyakini, meletakkan buah beri di depan rumah akan mengusir energi negatif selama hari-hari suci. Warna merah dari buah beri juga menjadi pengingat akan darah Yesus yang tertumpah demi umat-Nya.
Baca Juga: Waktu Berburu Ornamen Natal Telah Tiba
Bintang
Pohon Natal tak lengkap tanpa ornamen lampu bintang yang biasanya bertengger di puncak. Lampu bintang juga biasanya dipajang bergelantungan di jalan-jalan. Bintang itu sendiri adalah simbol yang melambangkan tanda-tanda kelahiran Yesus. Bintang juga dimaknai sebagai terang yang menuntun umat kepada Yesus.
Jika dilihat dari sudut pandang religius, bintang ini simbol cahaya terang yang dilihat tiga orang majus (orang bijak). Bintang itu menjadi petunjuk bagi ketiganya untuk menemukan Yesus yang dibaringkan di palungan saat lahir.
Ketiganya membawa persembahan berupa emas, dupa, dan kemenyan sebagai hadiah kelahiran Yesus. Bintang yang selama ini digunakan untuk menghiasi pohon adalah representasi dari Bintang Betlehem.
Ornamen berikutnya adalah bola lampu kaca. Lampu dimaknai sebagai pengingat manusia akan kehadiran Yesus Kristus yang merupakan sumber segala cahaya. Cahaya lampu juga untuk mengingatkan manusia untuk menjadi terang bagi orang lain dan membantu orang lain datang kepada Kristus.
Dalam situs dekorasi Christmashq.com, ornamen bola kaca disebut berasal dari Jerman. Hans Greiner mulai membuat hiasan ini pada 1800-an. Akhir abad ke-19, pernak-pernik ini mulai diproduksi massal berkat ide FW Woolworth hingga ke Amerika. Akhirnya, ia mampu menjual bola kaca lebih dari 25 juta dollar AS per tahun.
Dekorasi lain yang tak pernah absen saat Natal adalah lonceng. Ornamen yang biasanya digantung di pohon Natal ini melambangkan pengumuman kelahiran Kristus. Lonceng dibunyikan untuk mengumumkan datangnya Natal.
Adapun ornamen permen menjadi simbol tongkat yang dibawa oleh para gembala saat mengunjungi bayi Yesus. Ketika memakan permen tongkat setiap perayaan Natal, ingatlah bahwa Yesus Kristus adalah gembala yang baik dan menuntun umat menuju kedamaian.
Baca Juga: Habiskan Desembermu Tanpa Ragu!
Satu lagi pernak-pernik yang sering ditemukan saat Natal adalah kaus kaki. Tradisi kaus kaki ini berasal dari legenda lama. Disebutkan, dahulu kala, ada seorang laki-laki miskin mempunyai tiga anak perempuan.
Pria miskin ini dikisahkan tidak mampu memberi mahar kepada keluarga mempelai pria. Tanpa mahar, sulit bagi anak perempuan bisa menikah. Lalu, seorang uskup kristiani bernama Nicholas mendengar masalah itu dan ingin membantu.
Akan tetapi, pria miskin itu menolak menerima uang. Suatu malam, Nicholas melemparkan tiga bola yang terbuat dari emas murni melalui jendela rumah pria tersebut. Masing-masing mendarat di kaus kaki yang digantung di dekat api.
Keesokan paginya, setiap anak perempuan menemukan bola emas di kaus kakinya. Dengan karunia ini, mereka akhirnya bisa menikah.
Legenda tentang kaus kaki itu dapat mengingatkan manusia akan pentingnya pelayanan. Teladan pelayanan yang terbesar adalah Yesus Kristus. Dalam Alkitab (Kisah Para Rasul 10:38) disebutkan, Dia selalu ”berkeliling sambil berbuat baik”.
Masih banyak ornamen Natal lain, termasuk permen tongkat yang dimulai sekitar tahun 1670 di Jerman. Dirancang untuk membantu anak-anak duduk diam selama kebaktian Natal, permen itu berbentuk seperti huruf ”J”. Ini melambangkan tongkat para gembala yang mengunjungi bayi Yesus.
Sekitar tahun 1900, garis merah dan perasa peppermint ditambahkan pada permen. Umat kristiani percaya bahwa warna garis itu melambangkan darah yang ditumpahkan Yesus di kayu salib dan rasa pepermint melambangkan tanaman hisop yang digunakan untuk penyucian sebagaimana dikisahkan dalam Alkitab.
Ternyata, berbagai ornamen itu tidak hanya menyemarakkan perayaan Natal, tetapi juga mengandung makna mendalam.