Jerat Utang Diduga Melatarbelakangi Bunuh Diri Keluarga di Malang
Masalah beban utang diduga menjadi pemicu tindakan bunuh diri keluarga di Malang, yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan salah satu anaknya yang masih duduk di bangku SMP.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·4 menit baca
MALANG, KOMPAS — Problem beban utang diduga melatarbelakangi tindakan WE (44), guru di Malang, mengakhiri hidup bersama istri, S (40), dan anak bungsunya, ARE (12). Belum diketahui pasti jumlah utang yang ditanggung WE.
Warga Dusun Borobugis, Desa Saptorenggo, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang, Jawa Timur, itu ditemukan dalam kondisi terkulai berlumur darah akibat luka sayat benda tajam di pergelangan tangan kiri, Selasa (12/12/2023). Korban mengembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Dr Munir.
Saat ditemukan, di dekat WE terbujur jasad istri dan anaknya dalam posisi tertata di atas tempat tidur. Mulut keduanya mengeluarkan busa dan bau menyengat. Di dekatnya terdapat gelas berisi sisa cairan pembasmi nyamuk dan kemasannya.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Malang Ajun Komisaris Gandha Syah Hidayat, Rabu (13/12/2023), menyatakan telah melakukan penyelidikan komprehensif. Selain investigasi (olah TKP), polisi juga telah memeriksa tujuh saksi.
”Kami bisa menyimpulkan sementara, motif yang melatarbelakangi lebih ke arah ekonomi. Beban keuangan. Ada beberapa saksi yang menyampaikan bahwa korban sempat memberitahu ’Sepertinya saya tidak bisa mengembalikan (utang).’ Ada kesaksian seperti itu, sekitar satu pekan sebelum peristiwa,” ujarnya.
Namun, polisi belum bisa memastikan berapa jumlah utang yang ditanggung korban. Hal itu menjadi bagian yang masih didalami. Masalah ekonomi yang menjadi penyebab juga didukung kesaksian anak sulung korban yang masih hidup, AKE (12), yang tiada lain saudara kembar ARE.
AKE teringat pada 10 Desember sang ayah mengaku telepon selularnya rusak. Sampai peristiwa terjadi, 12 Desember, AKE belum pernah melihat telepon milik ayahnya itu.
Gandha menjelaskan jika utang yang ditanggung korban lebih mengarah ke perseorangan, bukan pinjaman daring atau online. Hal ini karena sampai sekarang pihak keluarga terdekat ataupun rekan kerja korban tidak pernah menerima pesan dari penyedia pinjaman daring.
Polisi juga memastikan periode waktu kematian korban. Berdasarkan penyelidikan di lokasi kejadian, S dan ARE meninggal lebih dulu. Itu dibuktikan dari sisa cairan pembasmi nyamuk yang ditemukan di dekat korban, serta posisi kedua korban yang seolah ditata rapih.
Kami bisa menyimpulkan sementara, motif yang melatarbelakangi lebih ke arah ekonomi. Beban keuangan.
Selain itu, ditemukan pesan di cermin meja rias di dalam kamar tempat korban meninggal. Berdasarkan keterangan rekan korban sesama guru, tulisan tersebut mirip dengan tulisan WE di papan tulis saat mengajar. Bentuk tulisannya juga mirip dengan buku agenda milik WE.
”Ini juga didukung tak ada ceceran darah di lokasi. Artinya, dia menulis pesan sebelum terjadi pendarahan (menyayat lengan). Setelah itu yang bersangkutan baru menyayat sendiri pergelangan tangan. Sesuai visum luar dari dokter dia meninggal akibat kehabisan darah lantaran putusnya pembuluh vena dan arteri,” ungkap Gandha.
Terkait kemungkinan adanya pemaksaan yang dilakukan oleh WE terhadap istri dan anak bungsunya agar mengakhiri hidup, menurut Gandha, hal itu masih terus didalami. Namun, berdasarkan fakta penyelidkan di lokasi kejadian dan otopsi, tidak ada bukti terjadi perlawanan atau pemaksaan.
Keluarga harmonis
WE juga diketahui nyaris tidak pernah cekcok dengan sang istri. Hal ini dibenarkan mertua korban yang menyatakan pasangan suami istri itu tak pernah bertengkar.
Sebelumnya, Ketua RT 003 RW 010, Iswahyudi menyampaikan jika keluarga korban hidup harmonis. Keduanya warga yang berasal dari wilayah berbeda di Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang, serta mengontrak rumah di situ sejak tujuh tahun lalu.
Sang suami berprofesi sebagai guru SD, sedangkan sang istri ibu rumah tangga sekaligus berjualan kue secara daring.
”Orangnya juga bersosialisasi dengan warga dan tak pernah menunjukkan ada masalah. Memang kerjaannya guru sehingga berangkat pagi dan terkadang pulang malam,” ucapnya.
Setelah menjalani otopsi, jenazah ketiga korban telah dimakamkan Selasa malam. Menurut rencana, hasil otopsi baru keluar sekitar dua pekan. Hasil otopsi itu nantinya bisa memastikan lebih detail apakah terjadi unsur pemaksaan atau tidak.
Sementara itu, AKE saat ini dalam proses pemulihan pascatraauma atau trauma healing oleh tim dari Unit Perlindungan Perempuan dan Anak Polres Malang bersama psikolog dan dinas pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak setempat. Menurut rencana, AKE akan tinggal bersama neneknya.
”Kondisinya relatif stabil, tentunya masih sedih. Dia tergolong anak yang berprestasi,” katanya.