logo Kompas.id
NusantaraDialog hingga ”Berselancar” di...
Iklan

Dialog hingga ”Berselancar” di Dunia Maya demi Gaet Suara

Dialog, memasang alat peraga, hingga ”berselancar” di dunia maya dilakukan para calon legislatif untuk mendulang suara.

Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
· 5 menit baca
Warga berjalan di depan dua spanduk caleg Pemilu 2024 yang dipasang di Jalan Duren Tiga Selatan, Jakarta, Selasa (5/12/2023). Baliho dan spanduk masih dipilih para peserta Pemilu 2024 untuk mengenalkan dirinya kepada masyarakat. Alat peraga kampanye tersebut kerap merusak pemandangan dan estetika kota. Tak jarang beberapa alat peraga kampanye dipasang di tempat-tempat yang dilarang.
KOMPAS/FAKHRI FADLURROHMAN

Warga berjalan di depan dua spanduk caleg Pemilu 2024 yang dipasang di Jalan Duren Tiga Selatan, Jakarta, Selasa (5/12/2023). Baliho dan spanduk masih dipilih para peserta Pemilu 2024 untuk mengenalkan dirinya kepada masyarakat. Alat peraga kampanye tersebut kerap merusak pemandangan dan estetika kota. Tak jarang beberapa alat peraga kampanye dipasang di tempat-tempat yang dilarang.

Beragam bentuk komunikasi para calon anggota legislatif demi mendulang suara, mulai dari dialog, memasang alat peraga, hingga ”berselancar” di dunia maya, untuk menggaet pemilih muda. Namun, pengamat menilai pragmatisme pemilih masih menjadi tantangan.

Alat peraga para calon anggota legislatif (caleg) bertebaran di berbagai sudut Tanah Air, tak terkecuali di Kalimantan Barat. Ada yang berupa baliho, ada pula stiker yang ditempel di sudut-sudut kota.

Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Kunjungi Halaman Pemilu

Desainnya pun beragam. Selain berisi nama dan nomor urut serta logo partai, alat peraga juga berisikan slogan-slogan untuk memikat konstituen.

Tak hanya itu, para caleg juga ”berselancar” di dunia maya demi memikat pemilih muda di era digital saat ini. Para caleg merekam aktivitas mereka untuk memperkenalkan diri kepada publik. Bahkan, ada yang memiliki tim khusus menggarap konten media sosial.

Dalam Pemilu 2024, pemilih muda tidak bisa dipandang sebelah mata. Catatan Kompas, dari total 204,8 juta pemilih dalam Pemilu 2024, sekitar 106,3 juta atau 52 persen berusia 17-40 tahun. Jika dirinci, persentase pemilih berusia 17-30 tahun sebanyak 31,29 persen dari total pemilih dan 31-40 tahun sebanyak 20,7 persen.

Beberapa caleg pun tidak hanya menempuh satu bentuk komunikasi untuk mendulang suara. Dialog tatap muka, memasang alat peraga kampanye, hingga ”berselancar” di dunia maya sama-sama mereka lakukan.

Demikian juga di Kalbar. Berdasarkan data Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Kalbar, dari 3.958.561 jumlah pemilih di Kalbar pada Pemilu 2024, sebanyak 25,37 persen atau sekitar 1 juta adalah pemilih gen Z (kelahiran 1997-2012). Kemudian, 35,49 persen atau 1,4 juta pemilih dari generasi milenial (kelahiran 1981-1996).

Jumlah pemilih di Kalimantan Barat dalam Pemilu 2024.
KPUD PROVINSI KALBAR

Jumlah pemilih di Kalimantan Barat dalam Pemilu 2024.

Kemudian, 26,23 persen atau sekitar 1 juta di antaranya pemilih dari gen X (kelahiran 1965-1980). Selebihnya 1,26 persen atau 49.879 pemilih kategori pre-boomer (kelahiran sebelum 1945) dan 11,65 persen atau 461.116 lagi merupakan pemilih baby boomer (kelahiran 1946-1964).

Beberapa caleg pun tidak hanya menempuh satu bentuk komunikasi untuk mendulang suara. Dialog tatap muka, memasang alat peraga kampanye, hingga ”berselancar” di dunia maya sama-sama mereka lakukan.

Pitalia, calon anggota DPRD Kalbar dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Senin (11/12/2023), menuturkan, semua bentuk kampanye ia tempuh. Dialog juga dipandang penting karena di daerah pemilihannya, yaitu Kabupaten Sekadau dan Kabupaten Sanggau, belum semua terjangkau internet.

Dialog juga diperlukan untuk memberikan pendidikan politik. Dialog dilakukan sembari berkampanye untuk calon presiden dan calon wakil presiden sehingga diharapkan pula memberi dampak secara elektoral pada caleg.

”Di sisi lain, pemasangan baliho juga masih penting sehingga orang bisa mengenal sosok calon anggota legislatif,” ujarnya.

Kampanye di media sosial juga ia tempuh untuk menggaet pemilih-pemilih muda. Hampir semua platform media sosial ia manfaatkan untuk memperkenalkan diri. Media sosial juga bisa menjangkau konstituen lebih luas.

Dialog juga diperlukan untuk memberikan pendidikan politik. Dialog dilakukan sembari berkampanye untuk calon presiden dan calon wakil presiden sehingga diharapkan pula memberi dampak secara elektoral pada caleg.

Lidya Natalia Sartono, calon anggota DPRD Kalbar dari Partai Nasdem, menuturkan, kampanye dialog tatap muka, pemasangan baliho, dan sosialisasi di media sosial juga sama-sama ia optimalkan dalam membangun komunikasi politik.

Iklan

”Baliho masih penting dan efektif untuk masuk dalam ‘bursa’ pembicaraan di tengah masyarakat,” ujarnya.

Dialog juga penting sebagai sarana mendalami harapan masyarakat dan menindaklanjutinya. Momen dialog juga untuk memberikan pendidikan politik kepada masyarakat.

Media sosial dioptimalkan karena banyak pemilih milenial. Pemilih muda aktif dengan media sosial. Media sosial menjadi sarana menyelami aspirasi kaum muda. Bahkan, ia memiliki tim khusus untuk membuat ide-ide kreatif di media sosial.

Baca juga: Persona Politik Pemilih Muda

Warga berjalan di depan alat peraga kampanye caleg Pemilu 2024 di Jalan Matraman Raya, Jakarta, Rabu (6/12/2023). Baliho dan spanduk masih dipilih para peserta Pemilu 2024 untuk mengenalkan dirinya kepada masyarakat.
KOMPAS/FAKHRI FADLURROHMAN

Warga berjalan di depan alat peraga kampanye caleg Pemilu 2024 di Jalan Matraman Raya, Jakarta, Rabu (6/12/2023). Baliho dan spanduk masih dipilih para peserta Pemilu 2024 untuk mengenalkan dirinya kepada masyarakat.

Agus Darius, calon anggota DPRD Kalbar dari Partai Demokrat, menuturkan, dialog, memasang baliho, dan menggunakan media sosial sama-sama dipergunakan dalam kampanye. Namun, menurut Agus, kampanye dialogis tatap muka lebih memiliki ruang untuk memberikan pendidikan politik kepada pemilih.

Melalui dialog, masyarakat bisa menyampaikan aspirasi secara langsung. Untuk menghindari politik transaksional, perlu memberikan pendidikan politik secara tuntas. Ketika politik transaksional dijauhi, demokrasi akan lebih baik dan masyarakat bisa menikmati pembangunan yang lebih baik pula.

Baca juga: Kampanye Bijak di Medsos

Agus menuturkan lebih lanjut, dengan dialog tatap muka, caleg bisa memaparkan apa yang dikerjakan ketika terpilih. Masyarakat bisa mengetahui kualitas caleg sehingga pilihannya atas dasar kualitas calon.

Pragmatisme pemilih

Pengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tanjungpura, Pontianak, Jumadi menilai, jika melihat situasi di Kalbar, bentuk kampanye harus kombinasi, baik tatap muka, menggunakan baliho, maupun di media sosial. Namun, meski tahap kampanye sudah dimulai, kampanye secara tatap muka tidak begitu tampak.

”Jika pun ada, barangkali sedikit, karena di tengah pemilih pragmatis hal itu tidak efektif. Kalau kita lihat baliho di mana-mana, itu para caleg pendatang baru,” ujar Jumadi.

Baliho kampanye salah satu calon anggota legislatif yang profilnya dibuat menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI) terpasang di Serpong Utara, Tangerang Selatan, Banten, Kamis (7/12/2023). Teknologi AI dalam alat peraga kampanye marak digunakan untuk mendapat perhatian masyarakat.
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN

Baliho kampanye salah satu calon anggota legislatif yang profilnya dibuat menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI) terpasang di Serpong Utara, Tangerang Selatan, Banten, Kamis (7/12/2023). Teknologi AI dalam alat peraga kampanye marak digunakan untuk mendapat perhatian masyarakat.

Justru yang tampak gencar sekarang adalah kampanye pemilihan calon presiden dan calon wakil presiden. Oleh karena itu, dalam momen tersebut, para caleg juga memanfaatkan media sosial mereka untuk mengenalkan sosok dirinya.

Menurut Jumadi, para caleg masih menghadapi tantangan berupa pragmatisme pemilih. Jumadi menilai, selama ini pemilih di Kalbar cenderung memilih calon berdasarkan aspek sosiologis dan psikologis.

”Konsekuensinya, pemilih menjadi tidak rasional dalam menentukan pilihan dan muncul politik identitas meskipun dampaknya tidak sebesar pilkada. Ini menjadi tantangan bagi para caleg,” ungkapnya.

Pragmatisme pemilih juga berpotensi memicu politik uang. Jumadi menuturkan lebih lanjut, pragmatisme pemilih terkait juga dengan rendahnya tingkat pendidikan dan ekonomi masyarakat.

Oleh sebab itu, perlu kesadaran kolektif tentang pendidikan politik meski tidak mudah dilakukan. Bagaimana mengedukasi dan mengubah wajah sosial ekonomi masyarakat sehingga tidak mudah terjebak dalam politik yang pragmatis.

Daftar calon tetap anggota DPRD Kalbar dalam Pemilu 2024.
KPUD PROVINSI KALBAR

Daftar calon tetap anggota DPRD Kalbar dalam Pemilu 2024.

Berdasarkan data KPU Provinsi Kalbar, dalam Pemilu 2024 terdapat 934 calon anggota legislatif Provinsi Kalbar yang akan bertarung. Para pemilih akan menentukan pilihannya di 17.626 tempat pemungutan suara.

Editor:
RINI KUSTIASIH
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000