Pencarian Korban Banjir Bandang di Humbang Hasundutan Diperluas
Pencarian dan pertolongan korban banjir bandang di Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumut, diperluas di perairan Danau Toba.
Oleh
NIKSON SINAGA
·4 menit baca
DOLOK SANGGUL, KOMPAS — Tim gabungan berhasil menemukan lagi satu korban banjir bandang di Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara, Senin (4/12/2023). Dengan demikian, sudah dua korban ditemukan meninggal dan 10 orang lagi masih hilang.
”Tim SAR (pencarian dan pertolongan) gabungan memperluas area pencarian, baik di darat maupun di perairan Danau Toba. Petugas kesulitan karena batu-batu besar berdiameter hingga 2 meter menimbun permukiman,” kata Kepala Kantor SAR Medan Budiono yang memimpin langsung proses pencarian.
Banjir bandang menerjang Desa Simangulampe, Kecamatan Baktiraja, pada Jumat (1/12/2023) malam. Material berupa batuan besar, lumpur, dan batang pohon dari atas bukit menerjang desa yang berada di tepi Danau Toba itu.
Korban yang ditemukan pada Senin pagi bernama Tiamin Sinambela (78) berjenis kelamin perempuan. Sebelumnya, pada Sabtu lalu ditemukan korban meninggal, yakni Lian Lubis (19).
Budiono menjelaskan, selama masa tanggap darurat, tim gabungan berfokus melakukan pencarian dan pertolongan korban hilang. Tim sudah berhasil membuka akses jalan lingkar luar Danau Toba dari muara di Kabupaten Tapanuli Utara ke Baktiraja. Jalan itu tertimbun batuan besar.
Selain itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Humbang Hasundutan dan BPBD Sumut juga mendirikan posko pengungsian bagi warga. Sebanyak 35 rumah rusak, 12 rumah di antaranya rusak berat karena tertimbun batu besar.
Budiono menyebut, mereka membagi petugas gabungan ke dalam empat tim pencarian. Tim pertama mencari korban hilang di wilayah permukiman yang tertimbun, khususnya di rumah-rumah yang dicurigai tempat korban hilang.
Alat berat ekskavator, pemecah batu, dan truk dikerahkan untuk mengangkat batu-batu yang menimbun rumah. Beberapa rumah yang tertimbun berhasil dibersihkan tetapi tidak ditemukan korban.
Tim kedua berfokus membuka akses jalan dan mencari korban di lokasi permukiman di luar rumah. Tim ini juga menggunakan alat berat. Batu-batu yang lebih kecil dipindahkan secara manual oleh tim SAR gabungan.
”Tim ketiga berfokus mencari korban di perairan Danau Toba di sekitar lokasi kejadian dengan perahu motor,” kata Budiono.
Pencarian di perairan diperluas mengingat korban meninggal ditemukan di perairan, 500 meter dari lokasi banjir bandang. Hal ini membuka kemungkinan korban terseret banjir bandang ke perairan danau. Sementara, tim keempat berjalan kaki menyusuri tepi danau untuk mencari korban secara visual.
Kendala paling besar yang dihadapi tim SAR gabungan adalah batu-batu besar yang menimbun permukiman. Meskipun menggunakan ekskavator dan pemecah batu, pemindahan batu besar sulit dilakukan dan berjalan lambat. Selain itu, hujan deras juga beberapa kali mengguyur wilayah itu sehingga pencarian terhambat.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana Abdul Muhari menyebut, BNPB memberikan dana siap pakai, logistik, bahan kebutuhan pokok, dan peralatan untuk memaksimalkan tindakan tanggap darurat di lokasi bencana banjir bandang Humbang Hasundutan. Sebanyak 200 orang mengungsi akibat banjir bandang itu.
”Kepala BNPB Suharyanto bertolak menuju Humbang Hasundutan pada Senin pagi untuk melakukan percepatan penanganan darurat bencana,” kata Muhari.
Warga Desa Simangulampe, Karel Sinambela (61), berharap percepatan dilakukan untuk mencari 11 korban hilang. ”Kami sangat berharap semua korban bisa segera ditemukan,” kata Karel.
Karel juga meminta agar pemerintah mencari penyebab banjir bandang yang terjadi di desanya. Dalam beberapa waktu terakhir, banjir bandang semakin sering terjadi di kawasan Danau Toba. Banjir bandang di Desa Simangulampe merupakan salah satu yang terbesar.
Pemerhati lingkungan Danau Toba, Wilmar E Simandjorang, mengatakan, kerusakan hutan di daerah tangkapan air Danau Toba membuat bencana hidrometeorologi semakin sering terjadi. Sungai-sungai mengalami banjir bandang atau meluap saat musim hujan, tetapi kekeringan saat musim kemarau.
Saat daerah tangkapan air masih bagus, kata Wilmar, air disimpan di pepohonan di hutan saat musim hujan dan dialirkan perlahan sepanjang tahun. Presiden sudah meminta penyelamatan lingkungan Danau Toba pada Februari 2022. Bersama pencinta lingkungan, dia menanam pohon di Desa Simangulampe yang saat ini dilanda banjir bandang.
”Selama dua tahun setelah dikunjungi Presiden, tidak ada upaya penyelamatan lingkungan Danau Toba yang dilakukan,” kata Wilmar.
Wilmar menyebut, Gubernur Sumatera Utara saat itu, Edy Rahmayadi, dan juga Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar yang mendampingi Presiden saat itu berjanji akan melakukan upaya penyelamatan. Namun, hingga saat ini tidak ada upaya signifikan yang dilakukan.