Humbang Hasundutan Banjir Bandang, 11 Orang Hilang
›
Humbang Hasundutan Banjir...
Iklan
Humbang Hasundutan Banjir Bandang, 11 Orang Hilang
Satu orang meninggal dan 11 hilang akibat banjir bandang di Humbang Hasundutan. Tahun lalu, Presiden Jokowi menanam pohon di desa itu dan meminta penyelamatan hutan gundul. Banjir dan longsor kian sering di Danau Toba.
Oleh
NIKSON SINAGA
·4 menit baca
HUMBANG HASUNDUTAN, KOMPAS — Satu orang meninggal dan 11 orang masih hilang akibat banjir bandang di Desa Simangulampe, Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara. Banjir bandang kian sering di kawasan Danau Toba akibat kerusakan hutan. Tahun lalu, Presiden Joko Widodo menanam pohon di desa itu dan meminta penyelamatan hutan gundul.
Warga Desa Simangulampe, Karel Sinambela (61), menuturkan, dia mendengar gemuruh keras seperti suara pesawat mendarat sesaat sebelum banjir bandang menerjang pada Jumat (1/12/2023) malam. Sesaat kemudian, material berupa batu besar, lumpur, dan batang pohon meluncur dari atas bukit.
”Saya dan warga lain melarikan diri menjauh dari arah material longsor yang menerjang. Kejadiannya sangat cepat. Hanya beberapa menit material banjir bandang sudah menimpa permukiman di desa,” kata Karel.
Korban hilang diduga tertimbun material banjir bandang di dalam rumah yang berada di bawah perbukitan terjal itu. Beberapa rumah, gereja, dan ladang rusak tertimbun material batu besar.
”Ada rumah yang sampai tidak terlihat karena tertimbun batuan besar,” kata Karel.
Karel menyebut, banjir bandang datang dari celah dua perbukitan. Area itu bukan sungai, tetapi tempat mata air yang biasa digunakan warga untuk keperluan sehari-hari. Perbukitan itu juga ditanami warga dengan kemiri dan mangga.
Presiden Jokowi bersama pencinta lingkungan Danau Toba menanam pohon di perbukitan desa itu pada Februari 2022. ”Saya titip agar dijaga kelestariannya. Jangan sampai malah gundul. Yang sebelumnya ada hutannya malah gundul, ini hati-hati,” kata Presiden waktu itu.
Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyebut, luas lahan sangat kritis dan kritis di daerah tangkapan air Danau Toba mencapai 28.911 hektar atau 10,98 persen dari total 263.041,68 hektar (Kompas.id, 3/2/2022).
Menurut Karel, banjir bandang dan longsor makin sering terjadi di daerah itu. Diduga, area hutan di atasnya mengalami kerusakan. Namun, banjir bandang kali ini adalah yang terparah yang pernah terjadi di desa itu.
Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan (SAR) Medan Budiono mengatakan, mereka menggunakan ekskavator untuk membuka akses pencarian di lokasi banjir bandang dan longsor. Sebagian batu harus digeser secara manual oleh tim.
Saat ini, tim SAR gabungan dari Kantor SAR Medan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Humbang Hasundutan, serta aparat kepolisian dan TNI setempat masih terus mencari korban yang diduga tertimbun batu di dalam rumah dan area sekitarnya.
Budiono menyebut, korban pertama telah ditemukan pada Sabtu pukul 11.25. Korban merupakan perempuan, Boru Lubis, ditemukan sudah terbawa ke perairan Danau Toba, sekitar 500 meter dari pusat lokasi banjir bandang.
Adapun 11 orang lainnya yang masih hilang yakni Pintar Simanullang, Juni Silaban, Adriano Silaban, Tiamin Sinambela, Lasroha Simanullang, dan Eva Purba. Korban hilang lainnya adalah Kriston Siregar, Desman Sihombing, Oppung Gomgom, Boru Banjar, dan Boru Simanjuntak.
Kepala BPBD Kabupaten Humbang Hasundutan Benton J Lumbangaol menyatakan belum bisa memberikan keterangan atas bencana yang melanda daerahnya itu.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana Abdul Muhari menyebut, 50 keluarga harus mengungsi ke tempat yang lebih aman setelah rumah mereka rusak dan terdampak banjir bandang.
”Ada 12 rumah rusak berat, termasuk satu rumah ibadah dan satu penginapan. Selain itu, satu sekolah dasar turut terdampak. Lahan pertanian seluas lebih kurang 5 hektar juga rusak akibat banjir bandang,” kata Muhari.
BPBD Kabupaten Humbang Hasundutan bersama tim gabungan, kata Muhari, mengalami kesulitan melakukan tindakan tanggap darurat karena material banjir bandang berupa bebatuan besar yang masih menimbun jalan dan permukiman. Alat berat jenis ekskavator, mobil pemadam kebakaran, dan ambulans berhasil masuk ke lokasi bencana pada Sabtu pagi.
BPBD dan Dinas Sosial Humbang Hasundutan juga telah mendirikan tempat pengungsian sementara di Kantor Kecamatan Baktiraja. Dapur umum juga didirikan untuk memenuhi kebutuhan dasar warga terdampak dan tim yang bertugas dalam penanganan darurat.
Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah I Medan, Putri Diana Tarigan, menyebut, hujan lebat masih berpotensi terjadi di wilayah pergunungan di sekitar Danau Toba yang dapat mengakibatkan bencana hidrometeorologi, khususnya banjir dan longsor. BMKG mengimbau masyarakat yang berada di dekat sungai dan lereng perbukitan meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan bencana.