Membangun Kepercayaan Diri Penyandang Disabilitas lewat Pentas Seni
Penyandang disabilitas mampu mengembangkan diri dan hidup mandiri jika diberi ruang berekspresi, termasuk seni.
PALEMBANG, KOMPAS — Pentas seni adalah salah satu ruang berekspresi yang bisa membangun kepercayaan diri, termasuk kepada para penyandang disabilitas. Kalau muncul rasa percaya diri tersebut, penyandang disabilitas sejatinya mampu mengembangkan diri dan hidup lebih mandiri.
Hal itu yang ditunjukkan oleh siswa Yayasan Pendidikan Anak Cacat (YPAC) Palembang, Reka Okta Pratama (15), selaku finalis Pentas Seni Disabilitas bertema ”Disability Creativy” dalam rangka peringatan Hari Disabilitas Internasional yang diselenggarakan Rumah Disabilitas Palembang di Balai Sentra Budi Perkasa Palembang, Sumatera Selatan, Minggu (3/12/2023). Reka yang penyandang down syndrome tampil memukau dengan bakat menarinya.
Baca juga: Pendidikan Inklusif untuk Anak Difabel Belum Optimal
Reka mampu menari dengan dinamis dan sesekali mempertontonkan gerakan yang jenaka. Aksinya sontak membuat para hadirin segar kembali setelah mulai terasa letih dan mengantuk karena rangkaian kegiatan yang panjang mulai dari pembukaan sekitar pukul 09.00 hingga selesai diskusi jelang pukul 12.00.
Reka membuat otot wajah terasa kencang dan perut terkocok-kocok karena tidak bisa berhenti tersenyum dan tertawa melihat tingkah konyolnya. ”Cita-cita saya ingin kerja kantoran. Saya ingin jadi satpam. Saya pemberani, saya tidak ada rasa malu,” ujarnya seusai tampil selama 10 menit.
Dengan didampingi dua gurunya, dia mempersiapkan tarian itu sekitar dua bulan. Dirinya mengkreasikan sendiri semua gerakan yang ada dari hasil nonton video Tiktok yang menjadi kegemarannya sehari-hari. ”Saya suka menari dan menyanyi. Saya sering ikut lomba dan juara,” kata Reka.
Salah satu guru pendamping Reka, Eka Anggraini, mengatakan, anak down syndrome adalah anak yang memiliki IQ di bawah normal atau di bawah 70. Mereka mampu latih tetapi tidak mampu didik. Maksudnya, mereka mudah diarahkan untuk bidang-bidang yang bisa dicontohkan dengan gerakan, seperti menari, menyanyi, dan membuat kerajinan tangan. Sebaliknya, mereka sulit untuk menangkap pendidikan.
Baca juga: Belum Semua Penyandang Disabilitas di Jatim Terjangkau Layanan
Oleh karena itu, Reka memiliki bakat di bidang kesenian. Bahkan, selain itu, Reka pun punya bakat olahraga. Terbukti, setahun lalu, dia bisa menyabet medali perak dari kejuaraan bocce di Semarang, Jawa Tengah. Saat itu, dirinya menjadi wakil Sumatera Selatan menghadapi pesaing dari provinsi lain.
Bakat itu semakin berkembang karena ada dukungan orangtua dan guru yang tepat.
”Orang down syndrome pada dasarnya sangat ceria dan penuh percaya diri sehingga mudah untuk mereka mengembangkan diri di bidang kesenian. Namun, kalau tidak didukung oleh lingkungan sekitar, terutama orangtua, sifat mereka bisa berubah menjadi lebih jutek,” tutur Eka.
Memberikan ruang
Panitia Pengarah Pentas Seni Disabilitas sekaligus Humas Rumah Disabilitas Palembang, Agri Prasetyo, menuturkan, kegiatan itu dilakukan sejak Sabtu (2/12/2023) yang dimulai dari babak kualifikasi. Ada enam peserta yang berhak tampil di babak final pada Minggu.
Kesenian yang dipentaskan antara lain di bidang tari, bermain musik, mengaji Al Quran, dan pantomim. Semua peserta berasal dari Sekolah Luar Biasa (SLB) Karya Ibu, YPAC, Pembina, Pelita Hati, Bina Potensi, dan Bina Autis Mandiri. ”Mereka memiliki disabilitas yang beragam, ada tunarungu, tunagrahita, dan autis,” ujarnya.
Baca juga: Hak Suara Penyandang Disabilitas
Pentas seni itu menjadi kegiatan tahunan ketiga sejak 2020. Sebelumnya, mereka menyelenggarakan Disabilitas Expo pada 2021, Pekan Raya Disabilitas pada 2022.
”Rumah Disabilitas adalah organisasi pemuda yang peduli disabilitas. Kami coba sering mengadakan kegiatan seperti pentas seni ini dengan tujuan memberikan kepercayaan diri kepada teman-teman disabilitas, memotivasi mereka agar berani menampilkan kreasi dan kontribusi mereka,” kata Agri.
Hingga kini, isu disabilitas menjadi masalah kompleks yang belum terselesaikan. Secara umum, masih sulit dan kadang rumit untuk menjangkau penyandang disabilitas. Itu karena pengaruh atau stigma lingkungan yang membuat orangtua masih menyembunyikan anaknya yang disabilitas. Situasi semakin sulit selama pandemi Covid-19, tak sedikit anak-anak disabilitas yang tidak melanjutkan sekolahnya.
”Melalui kegiatan ini, kami juga ingin menyosialisasikan keluarga dan masyarakat agar memberikan peluang disabilitas untuk mengembangkan potensi yang mereka miliki. Berikan penyandang disabilitas ruang berekspresi seperti kita. Hentikan tekanan berupa perundungan (bullying) yang biasa terjadi justru di lingkungan terdekat penyandang disabilitas, terutama masyarakat di sekitar tempat tinggal mereka,” tutur Agri.
Belum terungkap
Kepala Dinas Sosial Sumsel Mirwansyah menyampaikan, dari hasil Survei Nasional 2022, ada sekitar 220.000 penyandang disabilitas di Sumsel. Namun, yang terlaporkan baru 5.421 orang.
”Kesenjangan itu terjadi karena sebagian besar masyarakat masih menyembunyikan keluarganya yang disabilitas, terlebih disabilitas mental. Ada stigma di masyarakat bahwa disabilitas adalah kutukan,” ujarnya.
Kesenjangan itu terjadi karena sebagian besar masyarakat masih menyembunyikan keluarganya yang disabilitas, terlebih disabilitas mental. Ada stigma di masyarakat bahwa disabilitas adalah kutukan.
Maka dari itu, Mirwansyah mengatakan, pihaknya dengan sejumlah pihak terkait, termasuk Rumah Disabilitas Palembang, mengajak masyarakat untuk lebih peduli dengan penyandang disabilitas. Berikan ruang sosialisasi kepada penyandang disabilitas.
”Orang disabilitas sama seperti kita, mereka butuh sosialisasi. Kalau mereka dibiarkan menyendiri terus, bagaimana nasib mereka, pasti berat,” katanya.
Kalau diberikan lebih banyak kesempatan bersosialisasi, penyandang disabilitas diyakini akan lebih berani menunjukkan potensi atau bakat yang mereka miliki. Kalau diasah dengan baik, bakat mereka tidak menutup kemungkinan lebih besar dibandingkan orang non-disabilitas.
Baca juga: Urgensi Partisipasi Kelompok Disabilitas dalam Pembentukan Perda
”Banyak difabel yang justru lebih pintar daripada kita. Banyak contohnya, seperti anak publik figur. Selain itu, pemerintah telah memberikan banyak ruang bagi penyandang disabilitas berkarier. Terbukti, sekarang ada staf ahli kepresidenan yang berstatus penyandang disabilitas,” tuturnya.