Penanggulangan penyakit HIV/AIDS di NTT sangat sulit mencapai angka nol pada tahun 2030. Selama ini, Pemerintah Provinsi NTT memiliki anggaran terbatas.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·3 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Program pemerintah menghapus HIV/AIDS tahun 2030, atau tujuh tahun lagi, sulit terealisasi. Kasus HIV/AIDS terus meningkat. Anggaran pemerintah untuk mengurangi angka penderita HIV/AIDS pun terbatas.
Pengelola program Komisi Penanggulangan HIV/AIDS Nusa Tenggara Timur, Adrianus Lamuri, di sela-sela kegiatan tes HIV dan IMS bagi karyawan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur di Kupang, NTT, Kamis (30/11/2023), mengatakan, butuh kepedulian semua pihak untuk menangani HIV/AIDS.
”Saya pesimistis. Pemerintah memastikan, tahun 2030, atau tujuh tahun lagi NTT, bahkan Indonesia, mencapai titik zero HIV/AIDS. Terpantau dari perkembangan kasus di lapangan, dan upaya pencegahan, penanggulangan, dan penanganan di lapangan saat ini. Bicara pencegahan, penanggulangan, dan pengobatan, sangat erat kaitan dengan anggaran. Kalau anggaran tidak ada, bagaimana zero HIV itu bisa terealisasi,” kata Adrianus.
Pemeriksaan HIV dan IMS di kalangan ASN Pemprov NTT di kantor gubernur, Kamis, merupakan bagian dari upaya pengungkapan, pencegahan, dan penanganan HIV secara cepat dan tepat. Dari lebih dari 7.000 ASN di lingkungan Pemprov, yang bersedia memeriksakan kesehatan baru 71 orang. Sebagian besar mungkin belum mendengar informasi itu atau sedang sibuk bertugas.
”Dari 71 ASN itu, jika ada yang positif, akan dihubungi melalui telepon langsung ke orangnya. Tidak melalui Whatsapp. Nanti bisa dibaca orang lain. Sekaligus diberi pemahaman dan bagaimana cara mengatasi. Tetapi yang negatif tidak perlu dihubungi,” kata Adrianus.
Edukasi pencegahan HIV bisa disisipkan dalam mata pelajaran seperti biologi, agama, dan pendidikan kesehatan jasmani. Dalam edukasi itu, siswa bisa diberi pengajaran tentang kesehatan reproduksi dan dampak dari pergaulan bebas di kalangan remaja.
Pemeriksaan akan dilanjutkan pada Jumat (1/12/2023) bagi semua tenaga kerja bongkar muat di Pelabuhan Tenau, Kupang. Kegiatan diawali dengan senam kesegaran bersama. Kegiatan ini berkat dukungan PT Pelindo di Tenau. Selanjutnya, Sabtu (2/12/2023), diadakan pemeriksaan HIV dan infeksi menular seksual (IMS) di salah satu sekolah menengah atas di Kupang. Di semua SMA/SMK/sederajat di Kupang dilakukan pemeriksaan. Pemeriksaan HIV/AIDS dilakukan secara bertahap. Selain pemeriksaan HIV, mereka juga diberi kondom dan media komunikasi, informasi, dan edukasi. Sejumlah lembaga swadaya masyarakat terlibat dalam program pemeriksaan HIV/AIDS.
Adrianus mengajak guru-guru di sekolah menengah untuk memberikan pemahaman tentang HIV/AIDS kepada peserta didik. Edukasi pencegahan HIV bisa disisipkan dalam mata pelajaran seperti biologi, agama, dan pendidikan kesehatan jasmani. Dalam edukasi itu, siswa bisa diberi pengajaran tentang kesehatan reproduksi dan dampak dari pergaulan bebas di kalangan remaja. Sekolah dan orangtua juga wajib mengajarkan bagaimana menggunakan gawai secara tepat dan bermanfaat untuk masa depan siswa.
Sejak Januari hingga November 2023, sebanyak 45.518 warga NTT menjalani tes HIV dari target 157.162 orang. Angka itu semakin jauh dari target. Kasus baru HIV/AIDS yang ditemukan selama periode ini sebanyak 624 orang. Jumlah pengidap HIV/AIDS terbanyak berada di Kota Kupang, yakni 113 orang. Di daerah lain, Sikka, ditemukan 60 orang, Alor sebanyak 54 orang, dan Belu 48 orang. Selama periode tersebut, 34 orang meninggal karena HIV/AIDS.
Ia mengatakan, penanganan HIV/AIDS seharusnya dilakukan berjejaring atau lintas sektor, seperti dinas kesehatan, tenaga kerja dan transmigrasi, pariwisata, koperasi dan UMKM, dan bappedalitbangda. Namun, yang aktif hanya KPAD dengan dukungan tenaga kesehatan dari dinas kesehatan. Diperlukan pula keterlibatan sejumlah LSM secara sukarela dalam melakukan sosialisasi dan pendampingan terhadap ODHIV.
Simon Amnifu (57), peserta tes HIV, mengatakan, saat ini dirinya sedang menderita infeksi saluran kencing. Untuk itulah, dia secara sukarela mau menjalani pemeriksaan HIV. Harapannya, setelah pemeriksaan, jika hasilnya positif, dirinya akan mendapat pengobatan yang tepat.
Sekretaris Dinas Kesehatan NTT Emma Simanjuntak mengatakan, Pemprov tetap peduli terhadap HIV/AIDS. Meski anggaran terbatas, menurut Emma, Pemprov tetap berusaha untuk mencari solusi terbaik. Saat ini, Pemprov juga sedang menangani banyak masalah, seperti penyakit rabies dan ancaman demam berdarah dengue selama musim hujan ini.