TNI dan Polri mengadakan pendidikan integratif kemitraan bersama di Akmil Magelang untuk meningkatkan sinergi dan soliditas kedua lembaga negara. Program berlangsung selama empat bulan diikuti lebih dari 1.200 taruna.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — TNI dan Polri menyelenggarakan pendidikan integratif kemitraan bersama sebagai perekat ikatan emosional antartaruna. Itu menjadi bekal dasar meningkatkan sinergi TNI-Polri di masa mendatang.
”Dengan menanamkan semangat untuk terus bersinergi, para taruna ini diharapkan dapat menjadi teladan untuk mempererat ke-Bhinneka-an di masyarakat,” ujar Kepala Polri Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo, dalam sambutannya wisuda Prajurit Bhayangkara Taruna (Prabhatar), program pendidikan integratif Akademi TNI dan Akademi Kepolisian (Akpol) 2023 di Akademi Militer (Akmil) Magelang, Selasa (28/11/2023).
Mempertimbangkan posisi TNI-Polri yang menjadi garda terdepan untuk menjaga keutuhan dan kedaulatan NKRI, upaya-upaya untuk meningkatkan sinergi dan soliditas dua lembaga negara ini memang harus terus dilakukan.
Seturut pula dengan arahan Presiden Joko Widodo, hubungan, komunikasi dan interaksi antara TNI dan Polri juga terus diperkokoh, diperkuat, untuk membantu menyelesaikan berbagai masalah.
Dengan menanamkan semangat untuk terus bersinergi, para taruna ini diharapkan dapat menjadi teladan untuk mempererat ke-Bhinneka-an di masyarakat.
Program Pendidikan Integratif Kemitraan itu berlangsung selama empat bulan. Jumlah taruna yang diwisuda, dan dinyatakan lulus dari Program Pendidikan Integratif Kemitraan TNI-Polri, terdata mencapai 1.234 taruna dari Indonesia, dan empat taruna dari Timor Leste.
Jumlah taruna dari Akademi Kepolisian terdata mencapai 300 orang, sedangkan 934 taruna lainnya berasal dari Akademi TNI. Sebanyak 934 taruna dari Akademi TNI tersebut terdiri dari 537 taruna Angkatan Darat, 241 taruna dari Angkatan Laut, dan 156 taruna dari Angkatan Udara.
Dengan berstatus sebagai taruna tingkat 1, masing-masing taruna yang baru diwisuda ini akan melanjutkan jenjang pendidikan selanjutnya di akademi sesuai matra. Taruna dari Timor Leste akan lanjutkan pendidikan di negaranya.
Listyo mengingatkan, tugas yang akan dihadapi para taruna di masa mendatang tidaklah mudah. Ketidakpastian kondisi global akibat disrupsi teknologi dan kondisi geopolitik terus terjadi. Ini akhirnya berdampak pada stabilitas keamanan dalam negeri.
Para taruna berupaya menjadi sumber daya manusia yang unggul dengan terus belajar, meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan peningkatan kemampuan itu pula para taruna diharapkan memanfaatkan bonus demografi Indonesia tahun 2030-2035.
Taruna juga diharapkan terus membiasakan diri untuk berbuat baik. ”Dengan terus berbuat baik, para taruna nantinya diharapkan dapat menjadi pemimpin yang memiliki karakter berkepribadian luhur,” ujarnya.
Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto mengatakan, masa empat bulan dalam program pendidikan integratif kemitraan ini menjadi masa yang sangat berharga, di mana para taruna dapat berlatih, meningkatkan kemampuan, sekaligus berbagi suka duka bersama. Interaksi antartaruna ini diharapkan juga dapat menumbuhkan ikatan persaudaraan di antara dua lembaga negara ini.
Dengan relasi yang terjalin ini, Agus menuturkan, para taruna diharapkan mewaspadai upaya-upaya memecah belah soliditas TNI-Polri. ”Kita, termasuk para taruna, harus mewaspadai segala upaya yang bisa memecah belah soliditas TNI-Polri, terutama dalam aktivitas kehidupan di masyarakat,” ujarnya.
Agus menuturkan, TNI dan Polri harus terus bekerja sama, memperjuangkan netralitas dan tetap mengedepankan fungsi pertahanan dan keamanan.
Dia pun mengingatkan, pendidikan empat bulan yang telah ditempuh bukanlah akhir perjuangan. Para taruna harus memaknainya sebagai awal pengabdian kepada negara dan meningkatkan kemampuan untuk menghadapi tantangan yang lebih berat di masa mendatang.