Kalimantan Selatan mulai siaga bencana hidrometeorologi memasuki musim hujan. Daerah rawan bencana dipetakan dan warga diminta waspada.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·4 menit baca
BANJARMASIN, KOMPAS — Setelah melewati masa siaga darurat bencana kebakaran hutan dan lahan serta kekeringan selama enam bulan, Kalimantan Selatan mulai siaga bencana hidrometeorologi memasuki musim hujan. Daerah rawan bencana dipetakan dan masyarakat diminta waspada.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalimantan Selatan Raden Suria Fadliansyah mengatakan, status siaga darurat bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla) serta kekeringan di Kalsel telah berakhir pada 15 November 2023. Berdasarkan hasil evaluasi, status kebencanaan tersebut tidak diperpanjang lagi.
”Wilayah Kalsel sudah dalam masa transisi ke musim hujan. Jadi, siaga karhutla telah berakhir. Sekarang ini kami mulai siaga bencana batingsor (banjir, puting beliung, dan tanah longsor),” kata Suria di Banjarmasin, Kamis (23/11/2023).
Sebelumnya, Gubernur Kalsel Sahbirin Noor lewat Keputusan Gubernur Kalsel Nomor 188.44/0395/KUM/2023 menetapkan status keadaan darurat bencana karhutla dan kekeringan di Kalsel terhitung sejak 22 Mei sampai dengan 15 November 2023. Status ini dapat diperpanjang ataupun diperpendek sesuai kebutuhan di lapangan.
Menurut Suria, gubernur telah memberikan arahan terkini kepada BPBD Kalsel untuk segera mengantisipasi bencana banjir, puting beliung, dan tanah longsor pada musim hujan. BPBD diminta menyiapkan segala perlengkapan untuk menanggulangi bencana tersebut, di antaranya perahu karet dan mobil dapur umum.
”Yang harus betul-betul diantisipasi adalah bencana banjir. Kita semua tentu tidak ingin banjir besar seperti tahun 2021 terjadi lagi,” katanya.
Banjir besar di Kalsel pada awal tahun 2021 disinyalir tidak hanya dipicu hujan ekstrem, tetapi juga akibat rusaknya daerah tangkapan air. Di wilayah hulu, degradasi hutan menjadi kawasan pertambangan dan perkebunan monokultur sudah berlangsung lama. Sementara di bagian hilir terjadi alih fungsi lahan menjadi permukiman (Kompas, 25/1/2021).
Banjir kala itu merendam 11 dari 13 kabupaten/kota di Kalsel dengan ketinggian hingga lebih dari 1 meter. Hanya Kabupaten Tanah Bumbu dan Kotabaru yang tidak terdampak. Banjir tahun 2021 itu disebut-sebut merupakan bencana besar di Kalsel yang belum pernah dialami dalam kurun waktu lebih dari 50 tahun.
Posko Tanggap Darurat Banjir Kalsel pada waktu itu mencatat 712.129 jiwa terdampak banjir, 113.420 di antaranya mengungsi. Sebanyak 24 orang tewas dan 3 orang hilang. Banjir merendam 122.166 rumah, 609 tempat ibadah, dan 628 sekolah. Beberapa infrastruktur jalan dan jembatan juga rusak. Kerugian material akibat banjir diperkirakan ratusan miliar hingga triliunan rupiah.
Suria mengatakan, pihaknya bersama BPBD kabupaten/kota sudah mulai bergerak dan memetakan daerah-daerah rawan banjir di Kalsel. Beberapa daerah yang masuk kategori rawan banjir adalah Kabupaten Banjar, Hulu Sungai Tengah, Barito Kuala, dan Hulu Sungai Utara.
”Pada daerah rawan tersebut, kami minta kondisi sungainya selalu dipantau. Kondisi selokan juga harus diperhatikan. Jika ada yang mampet harus segera dibersihkan agar tidak memicu genangan,” katanya.
Koordinasi intens
Suria juga menyatakan selalu berkoordinasi secara intens dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) untuk memonitor potensi bencana di lapangan. ”Jika ada peringatan hujan lebat dari BMKG, rekan kami di pusat pengendalian operasi (pusdalops) akan terus memantau,” ujarnya.
Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kalsel Bambang Dedi Mulyadi menambahkan, dalam waktu dekat akan dilaksanakan apel kesiapsiagaan bencana banjir, puting beliung, dan tanah longsor. Apel kesiapsiagaan melibatkan berbagai pemangku kepentingan di Kalsel.
”Rencananya, apel kesiapsiagaan akan digelar pada Senin pekan depan,” katanya.
Sebelumnya, Kepala Stasiun Klimatologi Kelas I Kalsel Goeroeh Tjiptanto telah menyampaikan, awal musim hujan di Kalsel secara umum terjadi pada pertengahan November 2023 meskipun ada sebagian wilayah Kalsel yang mengalaminya pada awal November dan akhir November. ”Puncak musim hujan 2023/2024 di Kalsel diprakirakan pada Januari 2024,” katanya.
Menurut Goeroeh, durasi musim hujan 2023/2024 di Kalsel secara umum terjadi selama 22 hingga 24 dasarian, atau rata-rata 23 dasarian (230 hari). Dibandingkan dengan normal durasi musim hujan, durasi ini diperkirakan lebih pendek. Namun, hampir 60 persen dari luas wilayah Kalsel akan mengalami musim hujan lebih panjang satu hingga tiga dasarian.
Dalam prospek cuaca mingguan wilayah Kalsel, 22-28 November 2023, yang dikeluarkan Stasiun Meteorologi Kelas II Syamsudin Noor disebutkan kondisi cuaca Kalsel dalam satu minggu ke depan secara umum berawan, terdapat potensi hujan dengan intensitas ringan hingga sedang. Masyarakat diminta waspada terhadap potensi hujan sedang yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang.