500 Pedagang Ramaikan Festival Pasar Terapung Lok Baintan di Sungai Martapura
Lima ratus pedagang mengikuti Festival Pasar Terapung Lok Baintan 2023 di Kabupaten Banjar, Kalsel. Tujuannya, melestarikan tradisi pasar terapung, meningkatkan kunjungan wisata, dan mempromosikan ekonomi kreatif lokal.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·4 menit baca
MARTAPURA, KOMPAS — Puncak Festival Pasar Terapung Lok Baintan 2023 dilangsungkan pada Minggu (19/11/2023). Acara itu menjadi gaung pelestarian dan promosi pariwisata di pasar terapung yang telah hidup selama ratusan tahun.
Festival Pasar Terapung Lok Baintan 2023 berlangsung di Sungai Martapura, Desa Lok Baintan, Kecamatan Sungai Tabuk, Banjar, Kalimantan Selatan. Tahun ini, festival berlangsung dua hari, 18-19 November 2023. Puncak acara digelar pada Minggu ini.
”Festival tahun ini diikuti 500 pedagang dan stan pasar terapung ekonomi kreatif. Tujuannya untuk melestarikan Pasar Terapung Lok Baintan sekaligus sebagai sarana promosi ekonomi kreatif Kabupaten Banjar,” kata Rija Rusadi, Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kebudayaan, Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata Kabupaten Banjar sekaligus ketua panitia pelaksana festival.
Festival diisi dengan sejumlah kegiatan, antara lain balap jukung atau perahu, lomba jukung hias, pasar terapung ekonomi kreatif, dan lomba video.
Melalui festival tahunan ini, menurut Rija, targetnya adalah mempromosikan destinasi wisata dan daya tarik yang ada di Kabupaten Banjar untuk meningkatkan arus kunjungan wisatawan Nusantara ataupun wisatawan mancanegara. ”Kami juga ingin membentuk opini Kabupaten Banjar sebagai tempat yang aman dan potensial untuk berinvestasi dan berwirausaha,” ujarnya.
Bupati Banjar Saidi Mansyur mengatakan, pemerintah daerah mengharapkan Festival Pasar Terapung Lok Baintan bisa meningkatkan kunjungan wisatawan lokal ataupun mancanegara, sekaligus meningkatkan para pelaku ekonomi lokal. Festival ini menjadi kesempatan untuk mempromosikan produk-produk ekonomi kreatif dalam skala nasional maupun internasional.
”Sebagaimana harapan masyarakat Kabupaten Banjar, destinasi wisata di sini bisa dikenal lebih luas. Diharapkan melalui kegiatan festival seperti ini dan pemberitaan media, orang-orang di luar sana yang belum tahu pasar terapung akhirnya tahu dan mau datang ke sini,” katanya.
Menurut Saidi, daerahnya memiliki berbagam destinasi wisata, mulai dari wisata religi berupa ajang Haul Guru Sekumpul, Makam Guru Sekumpul, dan Makam Datu Kelampayan. Wisata belanja ada di Pasar Cahaya Bumi Selamat Martapura yang merupakan tempat berburu batu permata. Ada lagi wisata alam Waduk Riam Kanan dan Taman Hutan Raya Sultan Adam. Adapun pasar terapung merupakan wisata budaya unggulan daerah itu. Destinasi wisata ini harus dijaga, dirawat, dan dikelola dengan baik agar tetap menjadi pilihan wisatawan.
”Mudah-mudahan pasar terapung ke depan bisa semakin baik sehingga dicintai banyak orang, tidak hanya dicintai masyarakat Kabupaten Banjar, tetapi juga oleh masyarakat di luar Kabupaten Banjar,” katanya.
Perbaikan festival
Saidi mengatakan, pihaknya terbuka dengan masukan dan evaluasi dari berbagai pihak untuk perbaikan pelaksanaan festival dari tahun ke tahun. Salah satu masukan yang mulai diimplementasikan tahun ini adalah pemilihan lokasi kegiatan festival. Jika sebelumnya dipusatkan di areal dermaga bawah jembatan Desa Sungai Pinang Lama, mulai tahun ini dipusatkan di areal Dermaga Pasar Terapung Lok Baintan, Desa Lok Baintan.
”Kami tetap menampung aspirasi lain dari pemerintah desa ataupun dari para pedagang. Nanti itu akan ditindaklanjuti Pemkab Banjar. Mudah-mudahan selain wisata pasar terapung, potensi budaya lain yang lebih besar di Lok Baintan juga bisa terangkat,” katanya.
Arbainah alias Acil Ibai, pedagang pasar terapung Lok Baintan, berterima kasih kepada pemda karena pemda telah mendengarkan aspirasi mereka sehingga festival tahun ini bisa dilaksanakan di Lok Baintan, tempat mereka berjualan sehari-hari.
”Terima kasih telah mengadakan festival pasar terapung di kampung kami. Harapan ulun (saya), semoga kegiatan festival di Lok Baintan berkelanjutan sehingga budaya Pasar Terapung Lok Baintan lebih terangkat lagi,” katanya.
Menurut Pambakal atau Kepala Desa Lok Baintan Bawaihi, Pasar Terapung Lok Baintan sehari-hari bertempat di Lok Baintan. Pasar ini menjadi tempat warga menjual hasil bumi atau hasil kebun dan juga bahan kebutuhan pokok.
”Ada tujuh desa yang menyangga Pasar Terapung Lok Baintan. Jadi, selama hasil bumi kami masih ada, saya yakin pasar terapung ini akan terjaga turun-temurun,” katanya.
Bawaihi berharap lokasi kegiatan festival pada tahun-tahun berikutnya tetap di Lok Baintan agar tidak jauh dari para pedagang dan masyarakat setempat. Untuk itu, beberapa fasilitas perlu dilengkapi, terutama dermaga yang lebih layak dan permanen.
”Masyarakat kami juga ingin merasakan langsung euforia festival pasar terapung. Mudah-mudahan banyak masyarakat luar yang tertarik dan mau datang melihat festival di sini,” ujarnya.
Tradisi pasar terapung di Lok Baintan sudah berlangsung ratusan tahun. Pasar ini bertahan sampai sekarang karena masyarakat di sini masih mengandalkan sungai untuk membawa dan menjual hasil kebun.
Budayawan Banjar, Mukhlis Maman alias Julak Larau, mengatakan, pasar terapung yang ada di Lok Baintan adalah pasar terapung alami satu-satunya saat ini. Pasar terapung ini tidak direkayasa sebagaimana pasar terapung di kawasan siring Kota Banjarmasin.
”Tradisi pasar terapung di Lok Baintan sudah berlangsung ratusan tahun. Pasar ini bertahan sampai sekarang karena masyarakat di sini masih mengandalkan sungai untuk membawa dan menjual hasil kebun,” katanya.
Menurut Mukhlis, keberadaan pasar terapung di Lok Baintan harus dijaga dan dilestarikan. Penyelenggaraan festival bisa menjadi salah satu cara untuk memotivasi warga setempat agar tetap menjaga warisan tradisi nenek moyang mereka.
”Kalau pasar terapung di sini hilang akan sulit direkayasa sehingga pembinaan dari pemerintah lewat festival perlu terus dilakukan. Kita semua tentu berharap agar pasar terapung ini tetap lestari sampai anak cucu nanti,” katanya.