Kuliner Khas Magelang, dari Sop Senerek sampai Mangut Beong
Magelang memiliki kekayaan kuliner legendaris yang beragam. Dari sop senerek, kupat tahu, nasi lesah, sampai mangut beong, aneka makanan itu tak boleh dilewatkan jika Anda datang ke kota berjuluk "Tuin van Java" itu.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·5 menit baca
Lomba lari Borobudur Marathon 2023 Powered by Bank Jateng bakal digelar di kawasan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Minggu (19/11/2023). Sekitar 10.000 peserta ditargetkan mengikuti acara tersebut. Selain berlari, para peserta bisa sekaligus berekreasi, termasuk menikmati kuliner legendaris di kota yang pada era kolonial dijuluki ”Tuin van Java” alias tamannya Pulau Jawa itu.
Saat pagi hari, salah satu kuliner khas Magelang yang cocok disantap sebagai menu sarapan adalah sop senerek. Konon, nama "senerek" berasal dari kata snert atau kacang polong. Pada masa kolonial, kacang polong kerap digunakan orang-orang Belanda sebagai bahan sop.
Namun, masyarakat lokal yang kesulitan mendapat kacang polong lalu menggantinya dengan kacang merah untuk membuat sop senerek. Selain itu, sop ini juga menggunakan aneka bahan lain, seperti bayam, wortel, seledri, daging sapi, serta irisan bawang goreng.
Sop senerek menawarkan kesegaran sayuran dan kuah kaldu daging sapi. Sop ini juga bisa dinikmati dengan menu pendamping, misalnya daging dan jeroan sapi yang dimasak bacem, otak sapi goreng, tahu, tempe, dan perkedel.
Dikenal sebagai menu khas Magelang, sop senerek relatif mudah ditemui, baik di warung pedagang kaki lima, rumah makan, hingga restoran. Terdapat dua rumah makan sop senerek yang cukup legendaris di Magelang, yaitu rumah makan sop senerek Bu Atmo dan rumah makan sop senerek Pak Parto. Keduanya sudah berdiri sejak puluhan tahun silam.
Karena banyak orang memilih sop senerek sebagai menu sarapan, sejumlah rumah makan yang menyajikan menu tersebut sengaja buka sejak pagi. Rumah makan sop senerek Pak Parto, misalnya, buka sejak pukul 06.00 hingga pukul 16.00.
Yunda, generasi keempat pengelola rumah makan sop senerek Pak Parto, mengatakan, setiap hari, rumah makan itu bisa menjual hingga 100 porsi sop senerek. Dia menuturkan, pengunjung di rumah makan tersebut biasanya ramai sejak pagi hingga siang. "Banyak juga yang memilih sop senerek sebagai menu makan siang," ujarnya.
Pada siang hari, hidangan khas Magelang yang juga bisa dinikmati adalah kupat tahu. Hidangan itu terdiri dari tahu yang digoreng, kupat atau ketupat, ditambah taoge dan kubis yang diiris memanjang dan digoreng sebelum dicampur dengan bahan lainnya. Bahan-bahan ini kemudian disiram dengan bumbu kacang dan kecap.
Sejumlah warung kupat tahu menawarkan ulekan cabai sebagai sambal yang disajikan terpisah. Namun, di kebanyakan warung, pengunjung akan ditanya seberapa pedas kupat tahu yang mereka inginkan.
Setelah itu, pegawai atau pemilik warung biasanya langsung mengulek cabai di atas piring, memasukkan irisan kupat, tahu, taoge, dan kubis, lalu mengguyurkan bumbu kacang di atasnya. Pelanggan pun disarankan mengaduk kupat tahu hingga ke dasar piring sebelum menyantapnya agar tidak merasa kepedasan di penghujung suapan.
Sejumlah warung kupat tahu juga memiliki cita rasa berbeda karena racikan bumbu kacang masing-masing berbeda. Ada warung yang memakai banyak kacang, sementara yang lain tidak. Selain itu, sejumlah warung kupat tahu memakai kecap buatan sendiri sehingga cita rasa bumbunya pun berbeda.
Salah satu warung kupat tahu legendaris di Magelang adalah rumah makan Kupat Tahu Pojok yang berdiri sejak tahun 1942. Lokasi rumah makan ini sebenarnya berada di Jalan Tentara Pelajar, Kota Magelang. Namun, sejak beberapa waktu lalu, rumah makan tersebut pindah sementara ke Jalan Sutopo, tak jauh dari lokasi lama.
Sri Kuntariati (63), pengelola rumah makan Kupat Tahu Pojok, menuturkan, kupat tahu menjadi menu yang disukai dan dirindukan oleh banyak orang, baik wisatawan dari luar kota maupun warga lokal Magelang.
Bahkan, sejumlah wisatawan asing juga pernah datang ke rumah makan itu untuk menjajal kupat tahu. Namun, kebanyakan tamu Eropa meminta kupat tahu yang dihidangkan untuk mereka diracik tidak pedas.
"Tamu-tamu hotel dari Eropa dan Malaysia sudah pernah datang kemari (Kupat Tahu Pojok). Mereka mengatakan, kupat tahu adalah hidangan yang unik dan enak," tutur Sri.
Sebelum pandemi, Kupat Tahu Pojok mampu menjual 200 porsi kupat tahu per hari. Semasa pandemi, permintaan anjlok hingga menjadi 75 porsi per hari. Sri menyebut, saat ini, rata-rata penjualan berkisar 100 porsi per hari.
Mangut beong
Untuk Anda yang menjelajahi kawasan Borobudur, menu khas di wilayah ini yang wajib dicoba adalah mangut beong. Mangut adalah masakan bersantan yang biasanya memakai aneka rempah dan bumbu. Masakan ini biasanya menggunakan ikan air tawar sebagai bahan utama.
Sesuai namanya, mangut beong menggunakan ikan beong (Mystus nemurus) dalam sajiannya. Ikan beong merupakan ikan air tawar yang biasa ditemui di Kali Progo yang membelah kawasan Borobudur. Namun, saat stok ikan itu menipis, para pelaku usaha mangut beong biasanya "mengimpor" ikan itu dari Kabupaten Wonogiri, Jateng.
Mangut beong biasanya memiliki cita rasa super pedas. Cita rasa pedas itulah yang antara lain ditawarkan Rumah Makan Sehati Selera Pedas, salah satu rumah makan mangut beong yang terkenal di kawasan Borobudur.
Namun, untuk pengunjung yang tidak suka pedas atau anak-anak, rumah makan tersebut juga menawarkan menu mangut beong gurih yang sama sekali tidak pedas.
Istiqomah (50), generasi kedua pengelola Rumah Makan Sehati Selera Pedas, mengatakan, mangut beong selalu menjadi kuliner favorit bagi para wisatawan yang datang ke kawasan Borobudur. Harga per porsi mangut beong di rumah makan itu berkisar Rp 40.000 hingga Rp 80.000, tergantung ukuran potongan ikan yang dipilih pembeli.
Meski masih menjadi primadona, Istiqomah menyebut, setelah pandemi Covid-19, penjualan mangut beong di rumah makan itu belum kembali normal. Saat ini, bahan baku ikan beong yang diolah di rumah makan itu hanya sekitar 50 kilogram per hari.
"Padahal, ikan Beong yang kami habiskan sebelum pandemi berkisar 80 kg hingga 1 kuintal per hari," tutur dia.
Ikan beong merupakan ikan air tawar yang biasa ditemui di Kali Progo yang membelah kawasan Borobudur
Kuliner khas lain di Magelang yang layak dicoba adalah nasi lesah. Hidangan ini mirip dengan soto, tapi berkuah santan. Seporsi nasi lesah terdiri dari nasi dengan suwiran ayam, bihun, tauge, potongan tahu, serta kuah santan. Jika soto biasanya disajikan dalam mangkuk, nasi lesah biasa dihidangkan dalam piring.
Seperti soto pada umumnya, nasi lesah biasanya dinikmati bersama menu pendamping, seperti aneka jenis gorengan. Di Warung D’Lesah di Jalan Kalingga, Kota Magelang, menu pendamping ini baru akan disiapkan saat pelanggan meminta sehingga bisa tersaji hangat saat akan disantap.
Kebanyakan warung nasi lesah baru buka menjelang malam karena hidangan ini banyak menjadi pilihan saat santap malam. Namun, sebagian warung buka sejak pagi sehingga tak ada salahnya menyantap nasi lesah untuk sarapan.
Penasaran dengan berbagai makanan khas tersebut? Datanglah ke Magelang dan rasakan langsung sensasi mencicip aneka kuliner legendaris itu.