Pesanan Kapal Perang PT PAL Meningkat di Tahun Politik
Pesanan kapal perang produksi PT PAL meningkat. Transformasi industri maritim 4.0 diterapkan.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — PT PAL Indonesia optimistis kinerjanya meningkat pada 2024. Badan usaha milik negara yang bergerak di sektor maritim ini memproyeksikan pendapatan usahanya mampu mencapai Rp 4 triliun. Sejumlah rencana bisnis disusun, potensi pasar domestik dan internasional pun dibidik.
Senior Executive Vice President Transformation Management PT PAL Indonesia Satriyo Bintoro mengatakan, pendapatan usaha perseroan terus meningkat. Sampai akhir 2023, pihaknya menargetkan pendapatan usaha Rp 3 triliun lebih. Sampai saat ini, sudah terealisasi lebih dari Rp 2 triliun.
”Memang kadang-kadang progres itu di akhir tahun karena menunggu delivery kapalnya,” ujar Satriyo, dalam diskusi tentang Transformasi Industri Maritim 4.0 di Surabaya, Senin (13/11/2023).
Satriyo menargetkan pendapatan usahanya menjadi Rp 4 triliun di tahun 2024. Dia optimistis kinerja perusahaan meningkat meskipun tahun depan merupakan tahun politik. Optimisme itu tidak lepas dari banyaknya pesanan kapal yang diterima dari luar negeri ataupun dalam negeri.
Hingga saat ini, total ada enam pesanan kapal perang dan kapal nonperang yang akan dikerjakan oleh PT PAL Indonesia. Dari enam kapal yang dipesan, dua unit merupakan kapal jenis landing platform dock (LPD) dengan panjang 123 meter untuk angkatan laut Filipina.
Selain itu, satu unit kapal perang pesanan Uni Emirat Arab (UEA) Navy Platform. Untuk pesanan dari dalam negeri berupa dua unit Kapal Frigate Merah Putih dengan panjang masing-masing 143 meter dan satu unit kapal listrik pesanan Indonesia Power.
Untuk memenuhi pesanan tersebut, PT PAL meningkatkan kapasitas produksi hingga dua kali lipat. Perusahaan juga mengembangkan kapasitas produksinya di luar Surabaya untuk mendorong peningkatan kinerja.
Peningkatan kapasitas
Kemampuan produksi PT PAL Indonesia saat ini baru dua unit kapal setiap tahun. Oleh karena itulah, perusahaan menargetkan peningkatan kapasitas produksi menjadi empat unit kapal per tahun. Peningkatan kapasitas produksi itu juga untuk menjawab tantangan dunia industri maritim yang terus berkembang.
Selain meningkatkan kapasitas produksinya, PT PAL juga membangun sistem transformasi industri 4.0 berbasis digital. Sistem ini mampu mengintegrasikan berbagai lini seperti manajemen, engineering, hingga rantai pasok bahan baku. Satriyo mengakui, salah satu tantangan yang dihadapi adalah bahan baku produksi kapal yang masih mengandalkan bahan impor.
Sejak awal, selain sebagai produsen kapal komersial, PAL Indonesia juga didesain menjadi produsen kapal perang. Namun, baru tahun 2022, PAL Indonesia menjadi bagian dari Defend ID atau holding industri pertahanan Indonesia.
Ia menambahkan, industri pertahanan maritim merupakan industri dengan investasi tinggi karena memerlukan dukungan teknologi yang canggih. Selain itu, mampu menciptakan lapangan kerja sehingga berkontribusi terhadap perekonomian Indonesia hingga 2045.
”Sumbangsih sektor industri maritim terhadap perekonomian Indonesia pada 2015 masih sekitar 6,4 persen. Diharapkan meningkat menjadi 9 persen pada 2030 dan menjadi 12,5 persen pada 2045 saat memasuki Indonesia Emas,” ungkap Satriyo.
Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak mengatakan, daerahnya tidak memiliki banyak sumber daya alam (SDA) yang bisa dijual seperti tambang. Namun, Jatim memiliki kekuatan pada sumber daya manusia (human capital) yang bisa mendongkrak kinerja ekonomi.
”Makanya, PT PAL Indonesia ini kita dorong investasinya sehingga bisa menjadi daya tarik bagi banyak galangan dan industri kecil-kecil lainnya. Kami juga mendorong PAL meningkatkan penggunaan komponen lokalnya dan membeli barang usaha mikro, kecil, dan menengah. Kita harus belanja kurang lebih 40 persen untuk produk dalam negeri,” papar Emil.