Pemerintah daerah di NTT diajak melakukan kajian terhadap daerah yang rawan bencana hidrometeorologi. Pengalaman badai Seroja jadi acuan mengantisipasi bencana.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·3 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Menjelang musim hujan 2023/2024 semua kabupaten/kota di Nusa Tenggara Timur didorong melakukan kajian secara detail terkait peta rawan bencana di wilayahnya. Selanjutnya, peta rawan bencana disosialisasikan kepada masyarakat sekaligus dilakukan mitigasi.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Nusa Tenggara Timur (NTT) Ambrosius Kodo, di Kupang, Senin (13/11/2023), mengatakan, sebagian wilayah di NTT sudah turun hujan walau tidak lebat. Akan tetapi, hal itu menandakan hujan dengan intensitas sedang dan lebat segera tiba.
”Pemrov sudah menyurati pemkab/pemkotsegeramelakukan kajian ulang titik-titik rawan bencana di daerah masing-masing. Kajian ini disesuaikan dengan perubahan iklim akhir-akhir ini. Hasil kajiandiumumkan ke masyarakat. Peta kebencanaan itu segera dilakukan mitigasi bencana, seperti jalur evakuasi. Jika sudah dibuatkan, jalur itu diperhatikan saksama agar tidak ada rintangan saat evakuasi,” kata Ambrosius.
Kajian kebencanaan serupa juga dilakukan pemprov, kemudian didistribusikan ke setiap kabupaten/kota. Kajian itu berdasarkan data Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika serta analisis kebencanaan selama ini. Kabupaten/kota yang belum memiliki data ancaman kerawanan bencana itu bisa menggunakan data tersebut.
Instansi teknis terkait bencana hidrometeorologi juga diharapkan untuk sesegera mungkin mengingatkan warga agar memantau keberadaan pohon-pohon di setiap pusat keramaian, permukiman warga, dan jalan-jalan umum. Pohon-pohon yang mengancam keselamatan permukiman warga atau transportasi segera ditebang atau dipangkas. Warga diberi pemahaman agar bersedia menebang sendiri.
Badai Seroja pada 3-4 April 2021 memberi pengalaman berharga bagi warga di NTT. Mereka yang berdiam di sepanjang bantaran sungai, tebing, dan lereng gunung agar waspada. Apabila perlu, segera mengungsi ke tempat yang aman jika curah hujan terus meningkat dan berlangsung 3-4 hari berturut-turut.
Kasus longsor dan luapan sejumlah sungai di Adonara, Lembata, dan Alor saat terjadibadai Seroja yang menewaskan ratusan warga dan menghilangkan puluhan nyawa sampai hari ini mengingatkan semua pihak agar selalu waspada. Antisipasi penyelamatan sejak dini, menurut Ambrosius, menjadi penting, terutama di wilayah rawanan bencana dan bekas bencana Seroja.
Bencana puting beliung yang selalu terjadi di sejumlah titik pun patut diwaspadai. Warga sesegera mungkin menyiapkan rumah yang kokoh agar tidak mudah diterbangkan angin kencang. Atap rumah yang mudah diterbangkan angin agar dipaku kembali.
Ia mengingatkan, kabupaten/kota dengan tingkat kerawanan yang tinggi, dengan ancaman bencana yang serius, agar membangun posko kebencanaan di daerah itu. Posko itu beroperasi 24 jam, dilengkapi nomor kontak yang mudah dihubungi dan diketahui masyarakat luas.
Alat-alat berat disiagakan di setiap ruas jalan utama yang dinilai rawan bencana. Terutama di Jalan Trans-Flores. Selama musim hujan sering terjadi longsor yang menutup ruas jalandi titik tertentu. Wilayah paling rawan adalah di Manggarai Raya. Akan tetapi, juga perlu diwaspadai semua ruas jalan utama di NTT.
Koordinator Divisi Perubahan Iklim dan Kebencanaan Walhi NTT Deddy Febrianto Holo mengatakan, setelah badai Seroja 2020, semua kabupaten/kota telah memiliki peta rawan bencana. Peta itu mestinya ditindaklanjuti dengan mitigasi bencana bagi warga. Mitigasi kebencanaan ini perludijalankan setiap kabupaten/kota.
”Mitigasi bencana itu penting untuk mengurangi risiko dan kerugian apabila terjadi bencana. Mitigasi bencana itu sangat penting. Apakah kabupaten/kota sudah punya mitigasi bencana atau belum,” kata Deddy.
Peta mitigasi bencana yang dimiliki setiap kabupaten/kota disesuaikan dengan karakter daerah masing-masing. Ada daerah yang menjadi langganan kekeringan ekstrem, tetapi ada pula daerah yang lebih sering didominasi bencana hidrometeorologi. Wilayah Manggarai Raya, misalnya, lebih didominasi bencana hidrometeorologi tersebut.
Menurut Ambrosius, pemprov dan pemkab/pemkot memiliki cadangan beras 200 ton di tingkat provinsi dan masing-masing kabupaten/kota 100 ton. Beras ini disiapkan setiap tahun guna mengantisipasi apabila terjadi bencana di daerah itu.
Bencana longsor dan luapan sungai yang menyebabkan sejumlah kerusakan rumah warga dan lahan pertanian di Kabupaten Kupang pada 2022, misalnya, pemprov langsung mendistribusikan beras itu ke Kabupaten Kupang. ”Mari kita belajar dari pengalaman untuk menghadapi musim hujan 2023/2024 ini,” kata Ambrosius.