Menunggu Inovasi Setelah Lampu di Husein Sastranegara Sebagian Mati
Bandara Husein Sastranegara, Bandung, hanya melayani pesawat baling-baling sejak 29 Oktober 2023. Di tengah rute penerbangan yang berkurang drastis, Bandara Husein Sastranegara tetap beroperasi dan menanti ramai kembali.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·4 menit baca
Bandara Husein Sastranegara di Kota Bandung, Jawa Barat, tidak lagi menerima penerbangan jet komersial per 29 Oktober 2023. Hanya pesawat baling-baling (propeler) yang akan terbang dan mendarat di sana. Butuh kreativitas untuk membuatnya ramai lagi.
Senin (30/10/2023) pagi, hanya pesawat dari Maskapai Wings Air tujuan Yogyakarta-Surabaya yang lepas landas. Setelah pesawat yang membawa 31 penumpang itu pergi, lampu di sebagian ruangan Bandara Husein Sastranegara dimatikan. Hari masih panjang, tapi bandara sudah gelap gulita.
Ruangan pengecekan tiket yang sebelumnya diisi penumpang dimatikan. Sejumlah petugas tampak mondar-mandir di sekitar area bandara, sementara area parkir mobil hanya diisi belasan kendaraan.
Putri Rahmi Adiyani (23), penjual suvenir di area bandara, juga hanya bisa pasrah. Keramaian di bandara sudah pergi, tapi dia belum dapat pembeli.
Putri mengatakan, kondisi ini membuatnya bersiap kehilangan laba. Bandara Husein Sastranegara bisa jadi makin sulit memberinya penghasilan seperti dulu.
Berjualan di sana sejak 2019, awalnya dia bisa mengantongi laba bersih hingga Rp 6 juta per bulan. Itu setara dengan 100 tas dan pernik lainnya.
Akan tetapi, sejak pandemi, semua tidak lagi sama. Bandara lalu sepi seperti mati suri.
”Sejak pandemi cuma bisa dapat setengah dari tahun 2019. Padahal, barang yang kami jual adalah hasil dari lima perajin yang bekerja di rumah. Kalau barang yang dijual sedikit, penghasilan mereka juga berkurang,” ujarnya.
Kini, ujian jelas masih panjang. Pemindahan rute pesawat jet dari Bandara Husein Sastranegara ke Bandara Kertajati ini berlaku sejak Minggu (29/10/2023), jelas pertaruhan. Untuk meraup minat penumpang tujuh rute penerbangan jet di Kertajati, dia buka satu gerai di sana. Satu pegawai dari Bandung dia boyong ke Majalengka.
”Harapannya, di Kertajati sama-sama untung. Modal di Kertajati lebih besar karena pegawai saya harus kos,” katanya.
Biaya tambahan dari Bandung ke Bandara Kertajati ini juga yang membuat Dita (45), pengelola kafe di Bandara Husein Sastranegara, mengurungkan niat membuka cabang baru. Dia memilih tetap bertahan sembari berharap bandara di pusat Kota Bandung ini kembali ramai.
”Nanti mau lihat dulu di peak season (musim puncak). Biasanya di libur panjang, Lebaran, Natal, dan Tahun Baru itu banyak kunjungan. Mudah-mudahan nanti ada banyak penumpang,” ujarnya.
Beroperasi penuh
Executive General Manager PT Angkasa Pura II Bandara Husein Sastranegara R Indra Crisna Seputra menyatakan, masih ada satu penerbangan pesawat baling-baling tujuan Yogyakarta-Surabaya.
Penerbangan dengan maskapai Wings Air ini diberikan slot penerbangan setiap hari dan dipergunakan 3-4 kali setiap minggu. Selain itu, layanan pesawat kargo, carter, hingga VIP dan VVIP masih diberikan.
Menurut Indra, berbagai pelayanan ini membuat bandara tetap beroperasi secara penuh dan memenuhi aspek 3S+1C (safety, security, service, and compliances). Keselamatan hingga fasilitas keamanan juga disiapkan agar sewaktu-waktu bisa dipergunakan dengan dukungan Pangkalan Udara Husein Sastranegara.
”Sampai saat ini kami tidak mengurangi level of service. Semua tetap disiapkan, terutama dari segi keamanan. Lampu-lampu pendaratan kami pastikan ready dan jalur juga selalu siap digunakan,” ujarnya.
Indra juga menunggu maskapai membuka rute penerbangan lainnya. Selama ini, pesawat baling-baling rute Yogyakarta kemudian Surabaya tersebut memiliki potensi penerbangan menjanjikan, terutama saat liburan dan hari besar.
Di tahun 2019, ucap Indra, rute Bandung-Yogyakarta-Surabaya ini mampu melayani delapan penerbangan dalam sehari. Dia berharap rute yang tersisa ini tetap bertahan.
”Di tahun 2019 penerbangan ATR (baling-baling) lagi bagus-bagusnya. Dari Yogyakarta, Semarang, Halim (Jakarta), semua ramai penumpang. Bulan Oktober dan November itu memang dalam kondisi low season bagi penerbangan. Jadi, nanti kami menanti pertengahan Desember yang biasanya high season,” kata Indra.
Potensi penumpang di musim liburan ini juga bisa semakin maksimal jika penerbangan menuju destinasi wisata bisa terus dibuka. Menurut Indra, Bandara Nusawiru adalah salah satu rute yang berpotensi meningkatkan kunjungan. Bandara itu ada di kawasan wisata Pangandaran.
”Yang masuk ke sana (Nusawiru) itu ada pesawat karavan dari Susi Air. Prosesnya sedang kami jajaki,” ujarnya.
Gerbang Jabar
Pemindahan rute penerbangan ke Kertajati ini bukan tanpa alasan. Bandara ini membuka kesempatan lebih banyak bagi akses kunjungan ke Jabar. Kemampuannya lebih mumpuni ketimbang Bandara Husein Sastranegara.
Keterbatasan landasan pacu di Bandara Husein Sastranegara menjadi contoh. Bandara hanya punya landasan sepanjang 2.220 meter dan lebar 45 meter. Akibatnya, tidak semua pesawat jet komersial, terutama berbadan besar, bisa mendarat.
Kondisinya berbeda dibandingkan dengan Kertajati. Bandara ini memiliki panjang landasan pacu hingga 3.000 m. Bandara terbesar kedua di Indonesia ini bahkan diproyeksikan melayani hingga 12 juta penumpang per tahun.
”Landasan pacu yang lebar ini bisa menjadi pendaratan pesawat wide body (badan lebar) dengan penumpang 300 orang, seperti Boeing 777 atau Airbus A380 dengan perjalanan hingga lima jam. Ini biasa dipergunakan untuk penerbangan haji,” ujaranya.
Beroperasinya Bandara Kertajati, kata Indra, diharapkan semakin membuka lebar potensi kunjungan wisatawan ke Jabar. Meski demikian, tidak serta-merta Bandara Husein Sastranegara akan ditinggalkan.
Bandara ini tetap setia beroperasi sambil menanti penambahan rute yang diharapkan bisa menambah jumlah kunjungan ke Jabar melalui langit Kota Bandung. Jika Bandara Husein Sastranegara ramai kembali, potensi wisatawan di provinsi ini semakin melejit tinggi.