Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca di Sumsel Kembali Diperpanjang
Operasi teknologi modifikasi cuaca di Sumsel kembali diperpanjang untuk membantu mengatasi kebakaran hutan dan lahan.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Untuk membantu mengatasi kebakaran hutan dan lahan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana memperpanjang operasi teknologi modifikasi cuaca di Sumatera Selatan. Pasukan Manggala Agni yang menjadi garda terdepan pemadaman kebakaran lahan menyambut positif perpanjangan operasi itu. Perpanjangan itu setidaknya menambah sumber air pemadaman yang sekarang sudah menipis karena belum turun hujan signifikan secara merata di beberapa lokasi kebakaran.
Melalui surat Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letnan Jenderal Suharyanto bertanggal 2 November 2023, BNPB memperpanjang operasi teknologi modifikasi cuaca (TMC) yang seharusnya berakhir pada 4 November menjadi sampai 10 November 2023. BNPB menginstruksikan perpanjangan operasi TMC dengan pesawat Cessna Caravan C208 dalam Kegiatan Penanganan Siaga Darurat Bencana Asap akibat Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di Sumsel.
Instruksi itu dikeluarkan berdasarkan permintaan Pelaksana Tugas Gubernur Sumsel Agus Fatoni. Hal itu karena kegiatan penanganan karhutla di Sumsel terkendala oleh fenomena El Nino berkepanjangan yang menyebabkan kekeringan parah. Pasukan darat yang terdiri dari Manggala Agni, TNI, Polri, dan Masyarakat Peduli Api kesulitan mendapatkan air untuk proses pemadaman kebakaran. Adapun operasi TMC mulai digunakan di Sumsel sejak 9 Juni 2023 dan terus diperpanjang hingga kini.
Kepala Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan (PPIKHL) Wilayah Sumatera Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Ferdian Krisnanto saat dihubungi dari Palembang, Jumat (3/11/2023), mengatakan, permohonan perpanjangan operasi TMC itu awalnya atas permintaan mereka melalui Menteri LHK Siti Nurbaya Bakar, Kepala Polda Sumsel Inspektur Jenderal A Rachmad Wibowo, dan Kepala BPBD Sumsel M Iqbal Alisyahbana.
Kemudian, permohonan itu diteruskan kepada Agus karena perpanjangan operasi TMC hanya bisa diminta oleh gubernur suatu provinsi. ”Dari Ibu Menteri (LHK) juga merekomendasikan untuk mendorong perpanjangan (TMC). Tetapi, kalau dasar legalnya harus dari Gubernur sebagai Dansatgas (Komandan Satuan Tugas Penanganan Karhutla Sumsel),” ujar Ferdian.
Sejak awal tahun, TMC memang menjadi bagian dari strategi solusi permanen yang digagas untuk penanganan karhutla. Prinsipnya, dengan banyak hujan, kondisi cadangan air pun melimpah untuk proses pemadaman. Hujan juga bisa mengurangi potensi kebakaran, terutama di lahan gambut yang rawan dan menuntaskan kepulan asap minor. (Ferdian Krisnanto)
Ferdian menuturkan, operasi TMC yang digunakan untuk membuat hujan buatan sangat dibutuhkan guna membantu tugas pasukan di lapangan. Dengan luasan dan sebaran lokasi kebakaran lahan yang total mencapai 32.000 hektar per Januari-September, termasuk lokasi terparah di Desa Jungkal, Kecamatan Pampangan, Ogan Komering Ilir (OKI) yang luasnya sekitar 5.000an hektar, hujan menjadi harapan besar para pasukan tersebut.
”Sejak awal tahun, TMC memang menjadi bagian dari strategi solusi permanen yang digagas untuk penanganan karhutla. Prinsipnya, dengan banyak hujan, kondisi cadangan air pun melimpah untuk proses pemadaman. Hujan juga bisa mengurangi potensi kebakaran, terutama di lahan gambut yang rawan dan menuntaskan kepulan asap minor,” katanya.
Hujan minim
Beberapa hari terakhir, hujan sangat minim di sejumlah lokasi kebakaran. Di Desa Jungkal, misalnya, hanya turun hujan gerimis selama 5 menit pada dua hari lalu. Hujan yang sebentar itu justru membuat gumpalan asap semakin membesar dan menyebar luas ke lokasi lain, termasuk ke Palembang dan sekitarnya.
Karena kondisi sangat kering dan tertutup kabut asap, sebagaimana penjelasan tim operasi TMC, hal itu disinyalir membuat awan hujan sulit terbentuk di sejumlah lokasi kebakaran. ”Padahal, setiap hari, pesawat operasi TMC mengarah ke OKI (lokasi yang paling banyak terpantau titik api di Sumsel),” tutur Ferdian.
Maka, menurut Rachmad, yang paling penting adalah menjaga lahan agar tidak terbakar. ”Hujan bisa sedikit membantu penanganan kebakaran sehingga tim operasi TMC terus berusaha mencari potensi awan yang bisa dijadikan sasaran hujan buatan. Yang paling penting sekarang, bagaimana memastikan masyarakat jangan membakar karena asapnya bisa menutup terjadinya penguapan air sehingga awan hujan tidak bisa terbentuk,” tuturnya.
Hal serupa diungkapkan oleh Asisten III Bidang Administrasi dan Umum Sekretaris Daerah Sumsel Kurniawan dan Wakil Menteri Ketenagakerjaan Afriansyah Noor seusai membuka diskusi publik ”Digitalisasi Pemilu: Kesiapan Masyarakat dan Manfaatnya bagi Ekosistem Lingkungan Hidup” yang diselenggarakan Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Palembang di Aula Kantor Wali Kota Palembang, Jumat (3/11/2023).
”Operasi TMC penting sebagai bagian dari upaya penanganan kebakaran lahan. Tetapi, yang paling penting, bagaimana caranya mencegah tidak terjadi kebakaran. Lagi pula, biaya operasi TMC itu tidak murah dan belum tentu berhasil menurunkan hujan yang signifikan,” ungkap Afriansyah.
Berdasarkan pantauan Kompas, hujan sempat terjadi di Palembang dan sekitarnya pada Jumat (3/11/2023) dan beberapa hari sebelumnya. Namun, hujan hanya berupa gerimis selama 5-10 menit. Hanya saja, sebagaimana data laman Ispu.menlhk.go.id per Jumat pukul 19.00, arah angin dari tenggara atau dari sebagian besar lokasi kebakaran lahan di OKI tidak sampai ke Palembang dan sekitarnya karena terhalang angin dari arah barat laut.
Hal itu membuat Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) di Palembang menurun ke angka 81 atau berkualitas sedang. Padahal, menurut data Kamis (2/11/2023) pukul 19.00, ISPU Palembang masih berada di angka 142 atau tidak sehat dan sekaligus menjadi yang terburuk di Tanah Air.
Koordinator Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Sumsel Wandayantolis menyampaikan, untuk prakiraan hujan awal November, secara umum, kejadiannya masih fluktuatif layaknya perilaku pada masa transisi. Hujan akan terjadi secara sporadis, tetapi belum meluas, terutama di bagian timur-tenggara Sumsel.
”Hal itu tentu menyebabkan potensi kemunculan titik api masih ada dan masih dapat mengirim asap ke wilayah barat/utara Sumsel, salah satunya ke arah Palembang,” ungkapnya.