Kecelakaan Laut Meningkat akibat Gelombang Tinggi di Kepri
Musim gelombang tinggi mengakibatkan sejumlah kecelakaan laut di Kepri. Nelayan dan pengguna transportasi laut diminta lebih waspada.
Oleh
PANDU WIYOGA
·2 menit baca
BATAM, KOMPAS — Sejumlah kecelakaan laut terjadi di Kepulauan Riau akibat gelombang tinggi yang mulai melanda. Di Kabupaten Natuna, kapal pesiar asal Australia terombang-ambing di perairan selama dua hari akibat mesin rusak. Sementara itu, sejumlah nelayan asal Kabupaten Karimun diempas ombak hingga akhirnya hanyut sampai ke Malaysia.
Peristiwa yang menimpa kapal pesiar asal Australia itu diketahui pada Selasa (31/10/2023). Komandan Kapal Negara (KN) Tanjung Datu 301 Kolonel Rudi Endratmoko mengatakan, panggilan darurat dari kapal bernama Sailing Catalpa itu diterima pada Selasa pagi. Kapal pesiar jenis yacht itu diawaki satu warga negara Rusia dan dua warga negara Inggris.
”Hasil pemeriksaan oleh tim reaksi cepat (visit board search and seizure/VBSS) menunjukkan kapal itu mengalami kebocoran oli. Kapal dan awaknya telah diperiksa secara menyeluruh dan tidak ditemukan hal yang mencurigakan,” kata Rudi lewat pernyataan tertulis.
Menurut Rudi, kapal berukuran panjang 13,42 meter itu sedang dalam perjalanan dari Bali menuju Selangor, Malaysia. Awak kapal itu hampir kehabisan makanan karena terombang-ambing di Laut Natuna selama dua hari.
”Saat ini, kapal Sailing Catalpa tengah ditarik KN Tanjung Datu menuju Jakarta untuk melakukan perbaikan,” ujar Rudi.
Peristiwa kecelakaan kapal pesiar di Kepri kerap terjadi. Pada Juli 2023, yacht Eagle Wings berbendera Malaysia mengalami bocor lambung di perairan Kabupaten Kepulauan Anambas. Pada Februari 2022, yacht Gintana berbendera Kanada mengalami rusak mesin di Kabupaten Lingga.
Satu hari sebelum penyelamatan kapal Sailing Catalpa, Badan SAR Nasional (Basarnas) juga melakukan penjemputan lima nelayan asal Kabupaten Karimun yang hanyut ke perairan Malaysia. Operasi itu dilakukan bekerja sama dengan penjaga pantai Agensi Penguatkuasaan Maritim Malaysia (APMM).
Menurut Kepala SAR Tanjung Pinang Slamet Riyadi, kapal lima nelayan itu karam karena diempas gelombang tinggi pada 7 Oktober 2023. Mereka kemudian hanyut ke perairan Malaysia dan akhirnya diselamatkan oleh APMM.
”Penjemputan dilakukan menggunakan KN Purworejo. Lima nelayan tersebut kondisinya sehat dan telah dipulangkan ke Karimun,” kata Slamet.
Konsul Jenderal RI di Johor Bahru, Malaysia, Sigit Suryantoro menuturkan, lima nelayan itu sempat ditampung di tempat singgah sementara di KJRI selama tiga minggu. Para nelayan dapat dipulangkan berkat kerja sama yang baik antara KJRI, APMM, dan Basarnas.
Dalam kesempatan yang sama, Slamet menambahkan, nelayan dan pengguna transportasi laut di Kepri diharapkan waspada terhadap cuaca buruk. Hal ini karena musim gelombang tinggi mulai melanda Kepri sejak awal Oktober 2023 dan diperkirakan berlangsung hingga Maret 2024.
Awak kapal itu hampir kehabisan makanan karena terombang-ambing di Laut Natuna selama dua hari.