Kebakaran di Gunung Merbabu Mencapai 848,5 Hektar, Sebagian Lahan Pertanian
Luas area di kawasan Gunung Merbabu yang dilanda kebakaran mencapai 848,5 hektar. Sebagian area yang terbakar itu merupakan lahan pertanian milik warga.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Kebakaran yang terjadi di kawasan Gunung Merbabu, Jawa Tengah, sejak Jumat (27/10/2023) hingga Senin (30/10/2023) telah menghanguskan lahan seluas 848,5 hektar. Selain kawasan konservasi, sebagian area yang terbakar itu merupakan lahan pertanian milik masyarakat.
Demikian disampaikan Pelaksana Tugas Kepala Balai Taman Nasional Gunung Merbabu Nurpana Sulaksono, Selasa (31/10/2023). Namun, dia menyebut data luas area yang terbakar itu masih merupakan data sementara.
”Saat ini, Balai Taman Nasional Gunung Merbabu masih berupaya menghitung luas area terbakar secara lebih akurat dengan menggunakan citra satelit,” katanya.
Nurpana menjelaskan, kebakaran di Gunung Merbabu terjadi di area dengan ketinggian 1.000-1.500 meter di atas permukaan laut (mdpl) hingga sekitar 2.500 mdpl. Di kawasan dengan ketinggian sekitar 2.500 mdpl, api menghanguskan sabana atau padang rumput serta sejumlah vegetasi, seperti pohon edelweis dan cantigi.
Sementara itu, di kawasan dengan ketinggian lebih rendah, api menghanguskan beberapa jenis vegetasi, misalnya pohon pinus, salam, dan puspa. Api yang menyebabkan kebakaran di Gunung Merbabu dilaporkan telah padam pada Senin kemarin.
Nurpana mengatakan, api yang memicu kebakaran itu bermula dari area dengan ketinggian 1.000-1.500 mdpl. Lokasi awal munculnya api itu berdekatan dengan kawasan permukiman warga.
”Meski begitu, sampai sekarang kami belum tahu sumber atau pemantik munculnya api itu berasal dari mana,” ujarnya.
Nurpana menyebut, pada musim kemarau seperti sekarang, vegetasi di area pegunungan berada dalam kondisi kering sehingga lebih mudah terbakar. Cuaca panas beberapa waktu terakhir dan angin yang bertiup kencang juga membuat titik api kecil berpotensi menjadi kebakaran besar.
Oleh karena itu, potensi berulangnya kebakaran di Gunung Merbabu tetap harus diwaspadai. Nurpana mengatakan, posko penanganan kebakaran di Gunung Merbabu tetap disiagakan.
Balai Taman Nasional Gunung Merbabu juga masih menurunkan tim patroli untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran. ”Patroli untuk mengantisipasi bahaya kebakaran ini akan terus kami lakukan hingga musim hujan tiba,” ujar Nurpana.
Sampai sekarang kami belum tahu sumber atau pemantik munculnya api itu berasal dari mana.
Dia menambahkan, setelah musim hujan tiba, Balai Taman Nasional Gunung Merbabu akan melakukan rehabilitasi dengan menanam kembali vegetasi yang rusak akibat kebakaran.
Nurpana juga menyebut, kebakaran di Gunung Merbabu merusak sebagian pipa penyedia air bersih di tiga kabupaten, yaitu Kabupaten Semarang, Boyolali, dan Magelang. Akibatnya, sejumlah warga mengalami krisis air bersih.
Kerusakan jaringan pipa itu, antara lain, berdampak pada warga di enam dusun di Kabupaten Magelang. Enam dusun yang mengalami krisis air bersih itu terdiri dari empat dusun di Desa Kenalan, Kecamatan Pakis, serta satu dusun di Desa Jogoyasan dan satu dusun di Desa Genikan, Kecamatan Ngablak.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang Edi Wasono mengatakan, petugas masih mendata jumlah dusun yang mengalami krisis air bersih akibat kebakaran Gunung Merbabu.
”Dimungkinkan jumlah dusun terdampak akan bertambah karena mayoritas warga di lereng Gunung Merbabu biasanya memang mengandalkan sumber air dari gunung tersebut,” tuturnya.
Dia menambahkan, BPBD Kabupaten Magelang akan mengirimkan bantuan air bersih ke dusun-dusun yang mengalami krisis air bersih karena dampak kebakaran Gunung Merbabu.