Abrasi di Pasir Jambak, Kota Padang, menyebabkan puluhan pohon tumbang dan beberapa rumah warga terancam.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
PADANG, KOMPAS — Abrasi melanda kawasan obyek wisata dan permukiman warga di pesisir Kampung Pasir Jambak, Kota Padang, Sumatera Barat, beberapa bulan terakhir. Dampak abrasi menyebabkan puluhan pohon tumbang dan sejumlah rumah penduduk terancam.
Tando Ani (67), warga Pasir Jambak, Selasa (31/10/2023), mengatakan, abrasi menyebabkan empat pohon kelapa di depan rumahnya tumbang dua hari lalu. Kondisi ini kian mengancam karena jarak rumahnya ke pantai yang tergerus abrasi tinggal 15 meter.
”Kalau ini dibiarkan, bisa habis (rumah kami). Ada rumah saya dan rumah dua anak saya berdekatan,” kata Ani ketika dijumpai di rumahnya dekat kawasan obyek wisata Pantai Indah Cemara Laut.
Menurut Ani, abrasi parah setidaknya terjadi sekitar dua bulan lalu. Angin kencang dan ombak besar mengikis pantai. Pantai yang hilang sejak musim angin selatan ini sekitar 10 meter arah ke daratan.
”Abrasi terjadi karena tidak ada batu krib (pemecah ombak). Di sana (arah ke selatan) tidak kena abrasi karena sudah ada batu krib. Kami berharap pemerintah membangun batu krib supaya tidak habis rumah kami,” kata Ani.
Pantauan di kawasan Pantai Indah Cemara Laut, Selasa siang, abrasi menyebabkan pantai terkikis setinggi 1-2 meter. Diukur dengan aplikasi Google Earth, panjang pantai yang mengalami abrasi sekitar 700 meter dari batu pemecah ombak terakhir ke arah utara. Lokasi yang sudah memiliki batu pemecah ombak tidak terdampak abrasi.
Selain pohon kelapa, abrasi menyebabkan puluhan pohon cemara laut juga bertumbangan. Belasan pohon cemara laut lainnya tinggal menunggu tumbang karena pasir di akarnya sudah terkikis.
Data BPBD Kota Padang menyebutkan, jumlah pohon yang tumbang di wilayah RT 002 RW 007, Kelurahan Pasie Nan Tigo, Kecamatan Koto Tangah, ini sebanyak 30 batang, yaitu 5 pohon kelapa dan 25 pohon cemara laut. Lima rumah warga dan 100 pondok wisata juga terancam.
Kalau ini dibiarkan, bisa habis.
Salni (29), warga sekaligus pedagang di obyek wisata Pantai Indah Cemara Laut, mengatakan, abrasi dipicu oleh angin selatan yang mulai berembus sejak empat bulan lalu. Adapun abrasi yang menyebabkan pohon-pohon tumbang sekitar sebulan terakhir.
”Abrasi terjadi hampir setiap tahun, tetapi biasanya tak separah ini. Pohon-pohon bertumbangan. Dulu ada empat baris pohon cemara laut (memanjang utara-selatan), sekarang tinggal dua baris,” kata Salni.
Tidak hanya pohon, abrasi juga mengancam rumah keluarga Salni dan pondok-pondok wisatanya. Jarak rumah Salni dan rumah orangtuanya dari pantai yang terkikis ombak sekitar 8 meter dan 15 meter. Padahal, menurut dia, ketika kanak-kanak, jarak rumah orangtuanya ke pantai lebih dari 100 meter.
”Di sebelah sana (selatan) sudah ada batu krib. Kami berharap pembangunannya dilanjutkan ke sini. Kami sudah sampaikan kepada pemerintah melalui lurah. Kalau ada batu krib, rumah warga jadi aman,” ujarnya.
Secara terpisah, Pelaksana Tugas Kepala Pelaksana BPBD sekaligus Sekretaris Daerah Kota Padang Andree Algamar mengatakan, petugas sudah turun ke lokasi mendata dampak abrasi. Kepada kelurahan melalui camat juga disampaikan agar warga berhati-hati.
Untuk penanganan jangka panjang, Andree mengatakan, Pemkot Padang sudah menyurati Pemerintah Provinsi Sumbar dan BNPB untuk melaporkan kejadian ini. Pemkot pernah mengusulkan pembangunan batu pemecah ombak di Pasir Jambak kepada BNPB.
”Biayanya (pembangunan batu pemecah ombak) cukup besar, pembangunannya dari pemerintah pusat. Usulan itu sudah pernah kami sampaikan (ke BNPB), nanti kami ulang kembali (menyampaikannya),” ujar Andree.