Pendar Ekonomi Sirkular di Kampung Bandeng Kalanganyar
Persoalan limbah di balik menjamurnya usaha cabut duri bandeng sudah dapat diatasi dan memiliki nilai tambah ekonomi.
Usaha pengolahan ikan bandeng yang tumbuh mekar di Desa Kalanganyar, Kecamatan Sedati, Sidoarjo, Jawa Timur, menghasilkan limbah cukup signifikan. Hal itu menuntut upaya pengelolaan limbah, perbaikan lingkungan, sekaligus pemberian nilai tambah ekonomi pada produk yang dihasilkan agar masyarakat semakin sejahtera.
Sejak pagi, sejumlah pedagang ikan bandeng terlihat hilir mudik di lingkungan RT 017 RW 004, Desa Kalanganyar. Mereka mengantar ikan-ikan segar kepada para ibu rumah tangga yang tengah berdiam di rumah, pada Minggu (29/10/2023).
Tanpa menunggu lama, para emak-emak menyiapkan alat kerja. Ada yang memakai celemek, ada yang memilih berganti kaus. Pisau, pinset, ember, dan tatakan disiapkan. Selanjutnya, tangan-tangan mereka bekerja dengan cekatan.
Diawali dengan mencuci ikan bandeng segar, selanjutnya bagian perut dibelah dan dikeluarkan seluruh isinya. Setelah bersih, daging ikan disilet menggunakan pisau, lalu dicabuti duri-duri yang menempel di seluruh bagian tubuh dari atas hingga ekor.
Baca juga : Strategi Petani Tambak Pantura Sidoarjo Mengatasi Kemerosotan Ekonomi
Zulfa (40), salah satu ibu rumah tangga, mengatakan sehari bisa mengerjakan jasa cabut duri pada 25-30 ekor ikan bandeng segar dengan upah rata-rata Rp 1.500 per ekor. Jika dikalkulasi, penghasilannya bisa mencapai Rp 45.000 per hari. Hampir setiap hari ada pedagang ikan yang memanfaatkan jasanya.
”Di sini semua ibu-ibu sudah punya pelanggan pedagang ikan. Lumayan buat nambah uang belanja kebutuhan rumah tangga,” ujar Zulfa yang sudah 13 tahun bekerja sebagai pencabut duri ikan di rumah.
Tepat di sebelah rumah Zulfa, Maisaroh (51) juga tak mau kalah. Seraya memomong dua cucu, Mai, panggilannya, menyelesaikan pekerjaan mencabut duri pada 50 ekor ikan bandeng segar. Jumlah ikan yang diolah bisa 70-80 ekor setiap hari pada saat ramai pesanan seperti perayaan tahun baru.
Perempuan yang sudah bekerja selama 15 tahun itu bercerita pernah ada pedagang dari Probolinggo yang membawa satu pikap bandeng segar untuk dicabut duri. Ikan itu kemudian didistribusikan ke rumah-rumah warga untuk dikerjakan secara bersama-sama karena harus segera dipasarkan ke luar kota.
”Pernah juga ada pedagang yang membawa ikan bandeng segar satu pikap dari Lamongan. Kalanganyar ini sudah dikenal sebagai kampung cabut duri sehingga pedagang ikan dari luar kota bisa datang ke sini,” kata Maisaroh.
Baca juga : Mengepulkan Asap Bandeng Asap Sidoarjo
Koordinator Kucari, akronim dari Kampung Cabut Duri Desa Kalanganyar, Ahmad Arif Wibowo mengatakan, di lingkungan RT 017 RW 004 saja terdapat 36 usaha cabut duri dari total 40 kepala keluarga (KK). Usaha itu dikelola oleh para perempuan ibu rumah tangga dengan bekerja di sela kesibukan mengurus keluarga, rumah, dan kehidupan sosial masyarakat.
”Dengan bekerja mencabut duri ikan bandeng, para ibu rumah tangga ini bisa memiliki penghasilan sendiri dan membantu menambah pendapatan keluarganya,” ucap Arif.
Anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Kalanganyar ini menambahkan, selain di RT 017 RW 004, usaha cabut duri juga ditekuni oleh sebagian besar ibu rumah tangga di desanya. Mereka tidak hanya melayani pedagang ikan, tetapi juga para pemancing ikan yang berkunjung di wisata kolam pemancingan.
Adapun wisata pemancingan ikan menjadi salah satu destinasi wisata unggulan di Desa Kalanganyar. Obyek wisata ini terintegrasi dengan wisata kuliner ikan bakar dan aneka makanan olahan bandeng seperti otak-otak, bandeng presto, bandeng asap, sambal bandeng asap, serta kerupuk ikan bandeng.
”Ada banyak pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah di desa ini yang memproduksi aneka makanan hasil olahan berbahan ikan bandeng,” ujar Arif.
Masalah lingkungan
Berkembangnya aneka usaha pengolahan ikan bandeng di Desa Kalanganyar tak lepas dari besarnya potensi tambak yang mencapai 2.800 hektar. Dengan asumsi per hektar panen minimal 1 ton ikan bandeng, total produksi bisa mencapai 2.800 ton. Rata-rata petambak bisa panen 2-3 kali dalam setahun.
Seiring dengan bertumbuh suburnya usaha jasa cabut duri, ikan yang diolah tidak hanya berasal dari Kalanganyar, tetapi juga desa-desa lain di Sidoarjo. Bahkan, para pedagang dari luar kota juga berdatangan untuk memanfaatkan jasa yang dikelola oleh ibu-ibu rumah tangga di desa tersebut.
Namun, di balik menjamurnya usaha cabut duri, muncul persoalan lingkungan yang tidak ringan. Salah satunya memicu produksi limbah padat sebanyak 2.300 kilogram (kg) per tahun dan 32.400 liter limbah cair per bulan. Limbah yang terus bertambah dan pembuangan secara sembarangan mengontaminasi air sumur warga, serta menimbulkan polusi bau yang tidak sedap dan mengotori lingkungan.
Dengan bekerja mencabut duri ikan bandeng, para ibu rumah tangga ini bisa memiliki penghasilan sendiri dan membantu menambah pendapatan keluarganya
Untuk membantu mengatasi masalah tersebut, Pertamina Patra Niaga melalui unit operasi Depot Pengisian Pesawat Udara (DPPU) Juanda melakukan pemberdayaan masyarakat di Desa Kalanganyar melalui program Corporate Social Responsibility sejak tahun 2021.
Community Development Officer DPPU Juanda Cyntya Sri Zuwanita mengatakan, kegiatan yang dilakukan antara lain pembentukan dan pelatihan UMKM pengolah limbah ikan pada tahun 2021. Selanjutnya pada 2022 dilakukan penataan kampung cabut duri, inovasi pengolahan limbah cair, penanaman toga dan hidroponik.
”Adapun pada 2023 program yang dijalankan adalah inovasi pengolahan pelet berbahan limbah ikan, inovasi alat portable solar dryer box, pembangunan IPAL (instalasi pengolahan air limbah) komunal, serta penghijauan dan penataan kampung hijau,” kata Cyntya.
Sentuhan program dari Pertamina berdampak signifikan terhadap perbaikan lingkungan dan taraf ekonomi di Desa Kalanganyar, terutama RT 017 RW 004. Jalanan di sepanjang gang RT 017 mulai tertata rapi, rumah-rumah warga terlihat asri dengan aneka tanaman bunga, tanaman obat keluarga, dan sayuran hidroponik yang menghias halaman.
Tidak ada lagi bau amis meskipun banyak ibu beraktivitas mencabut duri. Air cucian bandeng dikumpulkan dan diolah menjadi pupuk organik cair (POC). Pupuk itu mulai dijual meski belum secara komersial karena menunggu proses perizinan.
Selain itu, pupuk cair juga diaplikasikan pada aneka sayuran hidroponik dan tanaman hias warga sehingga mampu menekan biaya perawatan. Sebaliknya, memberikan nilai tambah pada produk sayuran yang dihasilkan karena tumbuh dengan baik.
Sementara limbah padat seperti isi perut ikan diolah menjadi pakan ikan dalam bentuk pelet. Proses pengolahan limbah cair dan limbah padat ini melibatkan perguruan tinggi di Jatim dan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Sidoarjo.
Desa Kalanganyar kini juga mulai menjadi destinasi wisata edukasi dengan materi pembelajaran tentang keterampilan cabut duri. Pengunjung berasal dari masyarakat umum serta institusi pendidikan seperti pelajar dan mahasiswa.
Saat bersamaan, diversifikasi usaha makanan olahan berbahan bandeng juga dikembangkan melalui produksi kerupuk berbahan baku tulang ikan dan sisik ikan. Kerupuk ini diolah oleh pelaku UMKM Desa Kalanganyar dan mulai dipasarkan secara komersial.
Kehadiran produk kerupuk berbahan tulang ikan dan sisik ikan tersebut juga memperkaya produk olahan bandeng yang telah dikembangkan sebelumnya, seperti bandeng presto, bandeng asap, otak-otak bandeng, dan sambal bandeng asap. Produk-produk olahan bandeng itu kini telah merambah toko oleh-oleh di Sidoarjo, Surabaya, dan sejumlah kota besar di Jatim.
Pertamina Patra Niaga melalui unit operasi DPPU Juanda terus berkomitmen mendampingi dan memberdayakan masyarakat Desa Kalanganyar melalui program-program yang bertujuan meningkatkan perbaikan lingkungan dan nilai tambah secara ekonomi. Melalui ekonomi sirkular, kampung bandeng Desa Kalanganyar diyakini bakal semakin moncer sehingga masyarakatnya bertambah sejahtera.
Baca juga : Ekonomi Sirkular Bukan Hanya Daur Ulang