Jiwa Nasionalisme Bentengi Pemuda dari Ancaman Perpecahan
Peringatan Sumpah Pemuda ke-95 di Palembang coba bangkitkan semangat nasionalisme anak muda. Semangat itu membentengi para pemuda di tengah efek negatif perkembangan era modern yang mudah memecah belah masyarakat.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·3 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Memperingati Sumpah Pemuda ke-95, Komando Daerah Militer II/Sriwijaya coba menggelorakan kembali jiwa nasionalisme anak muda di Sumatera Selatan. Jiwa nasionalisme jadi benteng bagi para pemuda menangkal ancaman perpecahan.
”Generasi Z sekarang sangat pintar, cerdas, dan cepat menguasai IT (teknologi informasi). Kepintaran ini harus diwadahi dengan kegiatan patriotisme dan nasionalisme karena mereka akan memimpin negara ini sebagai bonus demografi ke depan,” ujar Kepala Staf Kodam II/Sriwijaya Brigadir Jenderal Ruslan Effendy usai peringatan Sumpah Pemuda di Taman Makam Pahlawan Ksatria Ksetra Siguntang Palembang, Sabtu (28/10/2023). Ia ingatkan agar dari sekarang betul-betul ditanamkan semangat persatuan dan kesatuan, serta cinta NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia).
Peringatan Sumpah Pemuda di Palembang kali ini dipusatkan di Taman Makam Pahlawan Palembang. Kegiatan diawali dengan upacara yang diisi pembacaan isi Sumpah Pemuda yang pertama kali dibacakan di Jakarta, 28 Oktober 1928.
Pembacaan isi Sumpah Pemuda kali ini dilakukan 12 pemuda/pemudi Sumsel yang berpakaian adat mewakili sejumlah daerah di Sumatera, antara lain pakaian adat Sumatera Selatan, Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Lampung.
Upacara diikuti pejabat Kodam II/Sriwijaya, Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan, pengajar, dan mahasiswa dari sejumlah universitas atau sekolah tinggi serta pelajar di Palembang. Jumlahnya lebih kurang 1.500 orang. Seusai upacara, mereka berziarah dan menabur bunga ke makam para pahlawan.
Kegiatan dilanjutkan pawai kebangsaan bersama komunitas sepeda motor Vespa yang berjumlah lebih kurang 150 unit dan gabungan mobil Jeep Willys serta Land Rover yang berjumlah sekitar 60 unit. Kendaraan itu mulai bergerak dari Taman Makam Pahlawan Palembang, menyusur Jalan Jenderal Sudirman, memutar di Bundaran Air Mancur Masjid Agung Palembang, dan berakhir di Kompleks Jasmani Kodam II/Sriwijaya.
Kegiatan diakhiri dengan donor darah dan bakti sosial kepada masyarakat di Jasdam. ”Semua ini bertujuan untuk menanamkan jiwa patriotisme agar tumbuh semangat gotong royong dan cinta Indonesia, terutama kepada pemuda sesuai semangat Sumpah Pemuda pada 1928,” tegas Ruslan.
Dukungan kampus
Wakil Rektor III Universitas Muhammadiyah Palembang Mukhtarudin Muchsiri mengatakan, itu untuk pertama kalinya kampus bekerja sama dengan Kodam II/Sriwijaya sebagai inisiator memperingati Sumpah Pemuda. Pihaknya menilai, itu sangat penting untuk menggelorakan jiwa patriotisme kepada para pemuda yang akan menjadi calon pemimpin masa depan untuk membangun daerah dan negara ke depan.
Apalagi hidup di era modern yang tanpa sekat memiliki risiko tinggi untuk mencerai-berai atau memecah belah masyarakat. ”Generasi Z sangat unggul di bidang IT. Di samping efek positif, itu juga punya risiko negatif yang lebih mudah membuat para pemuda hidup tercerai-berai atau terpecah belah. Semangat Sumpah Pemuda bisa merekatkan kembali para pemuda di tengah risiko negatif perkembangan IT,” kata Mukhtarudin.
Semangat Sumpah Pemuda bisa merekatkan kembali para pemuda di tengah risiko negatif perkembangan IT. ( Mukhtarudin)
Menurut mahasiswa baru Jurusan Bahasa Inggris, Universitas Bina Darma, Palembang, Evi Ramayani, yang terpilih sebagai salah satu rombongan pembaca isi Sumpah Pemuda dengan berpakaian adat Sumatera Selatan, peringatan kali ini menjadi pengalaman baru untuk hidupnya. Sebelumnya, dia belum pernah mengikuti peringatan Sumpah Pemuda dan datang ke Taman Makam Pahlawan Palembang.
Dari rangkaian kegiatan itu, Evi mendapatkan banyak pelajaran mulai dari makna Sumpah Pemuda dan arti perjuangan para pahlawan. Maka dari itu, sebagai generasi muda, dia tidak mau menyia-nyiakan warisan kemerdekaan untuk ikut membangun daerah dan negara menjadi lebih baik.
”Di tengah era global dengan persaingan sangat ketat, pemuda Indonesia harus bisa beradaptasi dengan kehidupan yang lebih modern agar tidak tertinggal dengan negara-negara lain. Yang utama, kita harus bisa menguasai teknologi dengan baik,” ungkap Evi.