Meski hujan mulai turun di wilayah Kalteng dan karhutla mereda, masyarakat diminta tidak lengah. El Nino masih bertahan.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Sebagian wilayah Kalimantan Tengah masuki awal musim hujan. Titik panas dan api yang semula menjalar di mana-mana akhirnya terbasuh hujan.
Di Kota Palangkaraya, ibu kota Kalimantan Tengah, dan sejumlah wilayah lain di provinsi itu hujan sudah turun. Kualitas udara yang sebulan belakangan memburuk akhirnya membaik.
Rabu (25/10/2023) pagi, kualitas udara berdasarkan Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) berkategori sedang. Tingkat particulate matter (PM) 2,5 hanya 18. PM 2,5 adalah material bakaran yang berada di udara. Jumlah itu jauh lebih kecil dibandingkan seminggu lalu yang mencapai 118 atau kategori sangat tidak sehat.
Hari sebelumnya, Selasa (24/10/2023) sore hingga petang, hujan deras disertai angin dan petir melanda Kota Palangkaraya. Permukaan lahan yang sempat membara akhirnya basah.
Prakirawan cuaca dari Stasiun Meteorologi Kota Palangkaraya, Muhamad Ihsan Sidiq, menjelaskan, beberapa wilayah di Kalimantan Tengah sudah memasuki musim hujan, seperti di wilayah Kabupaten Katingan, wilayah Kotawaringin Timur bagian utara, Lamandau, Seruyan, dan Kabupaten Kotawaringin Barat bagian utara. ”Wilayah-wilayah tersebut sudah memasuki musim hujan sejak dasarian II bulan Oktober,” katanya.
Saat ini, kata Ihsan, wilayah yang diguyur hujan pada dasarian III bulan Oktober adalah wilayah Kabupaten Murung Raya, sebagian wilayah Barito Utara dan Sukamara. Sementara Kota Palangkaraya, dan kabupaten lainnya di Kalimantan Tengah akan memasuki musim hujan pada awal November.
Meski sudah memasuki musim hujan, fenomena alam El Nino masih berada di tingkat moderat. Tingkatan ini bahkan jauh lebih tinggi dibandingkan 2019 di mana saat itu kebakaran hebat juga terjadi di seluruh wilayah Kalteng.
”Indeks anomali permukaan laut pada periode II Oktober 2023 sebesar +1,71 atau El Nino moderat,” katanya.
Ihsan menjelaskan, baik Badan Meteorologi, Klimatologi, Geofisika maupun beberapa Lembaga Pusat Iklim Dunia memprediksi El-Nino bakal bertahan di level moderat hingga periode Desember 2023 sampai Februari 2024.
Fenomena El Nino membuat suhu permukaan laut menjadi jauh lebih panas dari waktu normal. Hal itu berdampak pada cuaca dan iklim di Indonesia, termasuk di Kalimantan Tengah. Tanah menjadi jauh lebih kering sehingga kebakaran jauh lebih rentan dibandingkan waktu normal.
Meski suhu permukaan laut memanas, turunnya hujan di sejumlah daerah menurunkan jumlah titik panas dan kejadian kebakaran. Dari data Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan Pemadam Kebakaran (BPBDPK) Provinsi Kalimantan Tengah, seminggu lalu titik panas mencapai 16 titik lalu turun pada 24 jam terakhir menjadi 12 titik panas. Kejadian kebakaran seminggu lalu mencapai 23 titik kebakaran, pada 24 jam terakhir hanya 14 titik kebakaran. Bahkan, pada Selasa 24 Oktober 2023, tidak ditemukan titik api di seluruh wilayah Kalteng.
Apalagi kan masih masa tanggap darurat sampai 29 Oktober 2023.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBDPK Provinsi Kalteng Alpius Patanan mengungkapkan, hujan mulai merata hampir di seluruh wilayah Kalimantan Tengah. Hal itu memengaruhi turunnya titik api dan titik panas.
”Titik panas dan kejadian kebakaran turun drastis sekali semoga sampai nihil,” kata Alpius.
Alpius menjelaskan, meskipun turun drastis, pihaknya tetap melakukan patroli dan pembasahan di sejumlah tempat. Masih ada beberapa wilayah yang perlu dilakukan pembasahan. ”Apalagi kan masih masa tanggap darurat sampai 29 Oktober 2023,” ujarnya.