17 Politeknik Unggulan Mengadu Ketangkasan di Kupang
Sebanyak 17 politeknik pertanian dan kelautan dari 34 provinsi hadir mendemonstrasikan ketangkasan mereka dalam bidang pertanian dengan sistem teknologi di tengah era 4.0.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·4 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Sebanyak 16 politeknik pertanian, satu politeknik kelautan dan perikanan dari 34 provinsi, dan satu politani dari luar negeri, mengadu ketangkasan melalui progam kompetisi teknologi bidang pertanian ke-5. Lomba ini melibatkan 171 mahasiswa yang telah lolos final, 26 Oktober 2023, di Kupang. AITeC 5 ini sebagai proses pertukaran pengalaman antarmahasiswa politani. Belum semua lulusan politani sukses di masyarakat.
Kompetisi inovasi teknologi bidang pertanian mengedepankan internet of things (IoT) Indonesia. Sistem pertaniandikendalikan perangkat sebagai media komunikasi berbasis internet. Dengan IoT, seorang pengguna dapat saling berhubung dan berkomunikasi untuk aktivitas tertentu. Mencari, mengolah, menggerakkan, dan mengirimkan informasi secara otomatis.
Ketua panitia lomba kompetisi teknologi bidang pertanian ke-5 antar-politeknik se-Indonesia, Lasarus Lehar, di Kupang, Rabu (25/10/2023), mengatakan,kegiatan ini merupakan tukar pengalaman bidang teknologi pertanian antarmahasiswa dari setiap kampus di era IoT. Semua politeknik pertanian, termasuk satu politeknik kelautan dan perikanan di Kupang, dan salah satu politeknik pertanian di Dili, Timor Leste.
Menurut dia, baru kali ini ada peserta dari luar negeri. Keseluruhan ada 17 politeknik.Lomba babak penyisihan secara daring diikuti sekitar 500 mahasiswa, termasuk dari IPB University, tetapi gugur, tidak masuk final.”Lomba final 26 Oktober 2023, secara luring di Politani Kupang, diikuti 171 mahasiswa yang lulus secara daring. Termasuk dosen pembimbing dan tamu undangan sehingga sekitar 200 orang akan hadir,” ujarnya.
Ada dua jenis lomba, yakni kompetisi inovasipertanian dan kontes vokasi bidang pertanian. Terdapat 14 mata lomba, antara lain teknik okulasi tanaman, teknik karkas ayam, teknik proses filet ikan, penyuluhan pertanian, formulasi pakan ternak. Juga teknik pembuatan bakso ikan, survei dan pemetaan, teknik pengambilan sampel darah ayam, sortasi biji kopi, handling ternak, dan packing benih ikan.
Keterampilan dan pengalaman dari setiap kampus akan dilombakan. Mereka mengadu ketangkasan serta saling berbagi ilmu dan belajar satu sama lain.Kegiatan ini memberi gambaran secara keseluruhan bagaimana perkembangan politeknik di Indonesia dalam menerapkan sistem IoT di sektor pertanian dan peternakan.
Semisal, bagaimana panen pisang, menangkap ikan, memantau gerombolan ikan, bercocok tanam, menanam padi, memantau tanaman, memanen buah, menyiram pohon, kapan air dialirkan ke sawah, kapan ditutup, dan seterusnya. ”Semua menggunakan aplikasi teknologi sebagai dari merdeka belajar juga. Tidak pakai konvensional seperti para petani dan nelayan zaman dulu,” kata Laurensius.
Yang lain itu mungkin salah pilih perguruan tinggi atau jurusan. (Yohanes Lalang)
Tema-tema yang dibawakan peserta dalam lomba jika menyentuh poin 4.0,pasti diamasuk final. Namun, dia keluar dari tema umum akan gugur. Jadi, mereka telah buat proposal, kemudian divideokan, ditampilkan pada final esok, 26 Oktober 2023. Tim juri dari berbagai kalangan, termasuk praktisi, akan hadir dan memberi penilaian.
Mengenai pemanfaatan teknologi pertanian di NTT saat ini, Laurensius mengatakan, sudah cukup banyak lulusan memberi kontribusi bagi kemajuan bidang pertanian dan peternakan. Sejumlah lulusan sudah menjadi wirausaha dibandingkan PNS. Adayang sudah budidayakan hortikultura dengan sistem IoT, seperti di Sikka dan Ende. Mereka juga magang soal pertanian lahan kering dengan sistem irigasi tetes sampai ke Israel.
Memiliki pekerjaan
”Data yang disebarkan alumni Politani Kupang, mereka sudah punya pekerjaan masing-masing dan sebagai pemilik, terutama di bidang pertanian dan peternakan. Lulusan Politani Kupang setiap tahun sekitar 1.000 orang. Informasi untuk lulusan politeknik perikanan dan kelautan pun sebagian besar langsung bekerja,” kata Laurensius.
Frans Pao Kuma, mahasiswa Politani Kupang yang sedang magang di lahan pertanian warga, mengatakan, tidak semua mahasiswa yang masuk ke politani benar-benar mau menjadi petani atau peternak sukses. Mereka masuk ke sana karena tidak lulus di perguruan tinggi negeri lain, seperti Universitas Nusa Cendana. Biaya di perguruan tinggi swasta dinilai terlalu mahal. Orangtua tidak mampu bayar.
”Ada juga lulusan yang sudah belasan tahun belum kerja. Mereka ingin bekerja di kantor pemerintah atau swasta. Tidak mau tangan kotor.Tetapi ada pula yang berani terjun sebagai petani atau peternak dan cukup sukses. Belum semua sukses menerapkan pengetahuan di bidang pertanian dan peternakan di masyarakat,” katanya.
Mahasiswa semester tujuh ini ingin menjadi petani sukses. Tidak mudah, tetapi semua orang sudah membuktikan itu. Bahkan, mereka yang tidak sekolah saja bisa sukses sebagai petani, apalagi lulusan sarjana pertanian dan peternakan. Harus lebih sukses lagi.
Dihubungi secara terpisah, Ketua Kelompok Tani Abdilaboratus di Desa Mata Air, Kabupaten Kupang, Yohanes Lalang, mengatakan, hampir setiap pekan selalu ada mahasiswa Politani Kupang dan SMK Pertanian magang di lahan pertanian miliknya. Mungkin secara teori mereka mendalami materi pertanian dan peternakan, tetapi secara praktik mereka harus banyak belajar.
Juri dari kalangan praktisi dalam ajang AITeC5 Kupang ini mengatakan, para mahasiswa harus terus diberi motivasi menjadi petani sukses. Ia sering menceritakan bagaimana dirinya mencapai sukses sebagai seorang petani lahan kering bidang hortikultura. Juga sejumlah petani sukses yang bisa memiliki pesawat dan hotel mewah. Sampai mengekspor produk-produk pertanian mereka ke sejumlah negara.
Ia mengatakan, yang datang magang 30 mahasiswa, tetapi 5-7 orang yang dinilai serius menekuni bidang pertanian atau peternakan. ”Yang lain itu mungkin salah pilih perguruan tinggi atau jurusan. Pelihara kuku panjang dan merias wajah secara berlebihan sehingga enggan turun ke lapangan,” kata Yohanes.