Terjerat Kawat Pemburu, Harimau Sumatera Berhasil Diselamatkan
BBKSDA Sumut berhasil menyelamatkan seekor harimau sumatera yang terjebak jerat kawat di desa penyangga hutan di Kabupaten Simalungun.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
SIMALUNGUN, KOMPAS — Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Utara berhasil menyelamatkan satu individu harimau sumatera yang terjebak jerat kawat di desa penyangga hutan, Kecamatan Dolok Panribuan, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Kondisi harimau sudah lemas dan kakinya terluka akibat jerat sehingga harus mendapatkan perawatan medis.
”Melihat kondisi si ’Raja Hutan’ yang lemas dan terluka, kami memutuskan membawanya ke Suaka Satwa (Sanctuary) Harimau Sumatera Barumun untuk mendapatkan perawatan medis sebelum nantinya dilepasliarkan ke habitatnya,” kata Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumut Rudianto Saragih Napitu, Selasa (24/10/2023).
BBKSDA Sumut mendapat informasi dari masyarakat yang melihat ada harimau terjerat kawat pada Minggu (22/10/2023) pukul 15.00 WIB. Harimau diduga sudah beberapa hari terjebak jerat kawat yang dipasang untuk memburu babi hutan.
Mendapat informasi itu, BBKSDA Sumut langsung turun ke lokasi. Dari jarak cukup jauh, petugas melihat langsung harimau dalam keadaan terjerat di pinggir lembah di dekat perkebunan sawit. Namun, evakuasi harimau tidak bisa langsung dilakukan karena hari sudah menjelang malam. Tim memutuskan mengevakuasi besoknya.
Tim Balai Besar KSDA Sumut yang dipimpin Kepala Seksi Konservasi Wilayah III Kisaran Alfianto L Siregar bersama tim medis dari Forum Konservasi Leuser yang dipimpin drh Anhar Lubis turun kembali ke lokasi pada Senin. Setelah menjalankan berbagai prosedur, termasuk pembiusan, tim berhasil mengevakuasi harimau.
Mereka membuka kawat yang menjerat kaki harimau dan memindahkannya ke kandang besi. Melihat kondisi harimau yang sudah lemas dan mengalami luka di kaki, tim memutuskan langsung membawanya ke Suaka Satwa Harimau Sumatera Barumun untuk menjalani perawatan.
Peristiwa terjeratnya harimau sumatera di Dolok Panribuan merupakan yang kedua kalinya. Pada Mei 2017, seekor harimau jantan berusia 9 tahun yang diberi nama Monang juga ditemukan di Desa Dolok Parmonangan, Dolok Panribuan. Kaki Monang sudah berhari-hari terjerat kawat dan mulai membusuk.
Rudianto mengatakan, mereka akan melakukan studi untuk melihat apakah Dolok Panribuan yang berada di sisi timur Danau Toba itu merupakan habitat atau hanya lintasan harimau sumatera. Hal itu penting untuk melindungi harimau sumatera yang populasinya terus tertekan, antara lain, karena kerusakan habitat, perburuan, dan konflik dengan manusia. Di seluruh hutan Sumatera, populasi harimau sumatera diperkirakan 600 ekor.
Rudianto menyebut, pertemuan antara warga dan harimau di Dolok Panribuan sudah cukup sering. Pernah selama dua minggu terdengar auman harimau di kawasan itu. Kepada tim BBKSDA Sumut, drh Anhar menyebut kemungkinan besar harimau mengaum karena hendak kawin. ”Ada kemungkinan Dolok Panribuan adalah habitat harimau sumatera,” kata Rudianto.
Rudianto menyebut, jerat kawat yang dipasang warga untuk berburu babi hutan merupakan salah satu ancaman terbesar bagi harimau sumatera. Patroli untuk memberantas jerat kawat, khususnya di habitat harimau sumatera, sudah beberapa kali dilakukan. ”Kami juga melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk menghentikan pemasangan jerat,” kata Rudianto.
Kepala Bidang Konservasi Sumber Daya Alam Wilayah II Pematang Siantar Buana Darmansyah menyebut, petugas berhasil mengevakuasi harimau dengan perjuangan luar biasa. Mereka harus menyiapkan tim medis untuk harimau dan menjalankan prosedur untuk keselamatan petugas evakuasi.