Usai Pandemi, Kampung Inggris Kediri Siap ”Berlari”
Setelah pandemi berlalu, kegiatan di Kampung Inggris Pare, Kediri, terus berdenyut. Anak muda dari berbagai daerah di Tanah Air datang untuk memperlancar kemampuan mereka berbahasa asing.
Jelang tengah hari yang terik, Andi M Alif Abadi (24) menghentikan kayuhan sepedanya, persis di depan salah satu lembaga kursus bahasa Inggris di Dusun Tegalsari, Desa Tulungrejo, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Sabtu (21/10/2023).
Matanya mengamati sejenak pada sekelompok siswa yang tengah belajar bahasa Inggris bersama melalui piranti audio sembari lesehan di sebuah tempat semiterbuka, yang hanya berjarak sekitar 10 meter dari posisinya berhenti.
Namun, baru sesaat mengamati, perhatian Alif pecah ketika seorang teman perempuan—mengendarai sepeda agak kencang—menyapanya dari belakang. ”Come on, Alif,” ujar sang teman sedikit berteriak, sambil berlalu meninggalkannya.
”Okay,” jawab Alif singkat.
Mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional Universitas Fajar Makassar, Sulawesi Selatan, itu sudah satu bulan berada Tulungrejo atau yang akrab dikenal dengan sebutan ”Kampung Inggris Pare”. Bersama dua orang teman lainnya, Alif masih punya waktu satu bulan lagi untuk mengasah keterampilannya berbahasa asing.
Selama di Pare, dia mengaku sudah ada peningkatan dalam berbicara cas-cis-cus. ”Soal pendidikan bahasa Inggris di sini bagus banget. Mendukung skill bahasa Inggris yang dibutuhkan kuliah saya,” ucapnya.
Alif mengaku mendengar kabar soal Kampung Inggris dari kawan. Awalnya, ketika baru tiba di Pare dia ngekos, tetapi sekarang pindah menempati camp (asrama yang disiapkan lembaga pendidikan). Kawan satu camp berasal dari berbagai daerah, seperti Sumatera, Kalimantan, dan daerah lain. ”Paling dekat dari Ngawi dan Nganjuk,” katanya.
Begitulah, aktivitas belajar bahasa asing ataupun siswa yang sedang lalu lalang di jalan menggunakan sepeda ontel sewaan menjadi pemandangan sehari-hari di Kampung Inggris. Meski tidak sedang musim libur sekolah, mereka masih berdatangan ke tempat itu.
Jumlah peserta kursus bakal berlipat ganda saat libur sekolah tiba, seperti pada Juli dan Desember. Saat liburan sekolah, kondisi desa yang berjarak sekitar 17 kilometer di sisi timur laut Kota Kediri itu bakal ramai. Warung-warung makan, laundry, kafe, rental sepeda, dan tempat potong rambut pun meneguk rezeki.
Kampung Inggis ini berada di Desa Tulungrejo dan Pelem. Sejauh ini ada sekitar 150 lembaga kursus, baik yang membuka kelas luring maupun daring. Adapun jumlah siswa yang kursus diperkirakan 10.000 orang dalam setahun. Itu belum termasuk mereka yang mengikuti program kelas online.
Tak hanya bahasa Inggris, Kampung Inggris Pare juga menyediakan bahasa lain, seperti Arab dan Mandarin. Bahasa Mandarin baru muncul dua tahun terakhir.
Baca juga: Kampung Inggris Pare Kediri Masih Lakukan Pembelajaran Daring
Saking kentalnya atmosfer bahasa asing, seolah ada batasan tersendiri mana wilayah yang menjadi lokasi pembelajaran bahasa Inggris (Kampung Inggris) dan bahasa Arab (Kampung Arab).
Jika lembaga bahasa Inggris banyak terdapat di sepanjang jalan, seperti Asparaga, Flamboyan, Glagah, Seruni, dan Brawijaya, bahasa Arab hanya terkonsentradi di Jalan Cempaka. Di situ ada beberapa lembaga penyedia pendidikan bahasa Arab.
Masyarakat awam pun cukup mudah membedakan dengan melihat papan-papan nama yang tertera di depan lembaga pendidikan, apakah itu menggunakan bahasa Inggris atau Arab.
Kepala Raudlatul Athfal (SD) Kusuma Mulia X Tegalsari Siti Muntofiah menuturkan, kursus bahasa Arab sudah ada sejak lama dan terus berkembang. Seperti bahasa Inggris, sistem pendidikan bahasa Arab juga sama. Siswa dibiasakan berkomunikasi dalam bahasa Arab, baik di dalam kelas maupun saat beraktivitas keseharian di luar ruang.
”Bahasa Arab makin lama makin ramai. Pesertanya banyak dari luar daerah. Memang bahasa Inggris hadir lebih dulu, setelah itu bahasa Arab. Namun, yang lebih terkenal kemudian bahasa Inggrisnya,” katanya.
Siti Muntofiah—yang ditemui seusai kegiatan lomba peragaan busana berbahan daur ulang sampah dengan peserta siswa dan wali murid dalam rangka Hari Santri 2023—menambahkan, lembaga yang dia pimpin juga bekerja sama dengan lembaga pendidikan di Kampung Inggris dan Kampung Arab.
Infrastruktur dibangun
Begitulah, pascapandemi, kondisi Kampung Inggris memang kembali marak. Bahkan, kini sejumlah infrastruktur, seperti trotoar, sedang dibangun pemerintah daerah setempat. Sebelumnya, selama pandemi, aktivitas di kampung itu cukup sepi dan proses belajar mengajar lebih banyak dilakukan secara daring.
Baca juga: Makin Banyak Perguruan Tinggi Akui Rekognisi Belajar Lampau dari Lembaga Kursus
Ketua Forum Kampung Bahasa Adi Mahesa mengatakan, saat ini Kampung Inggris bukan lagi tengah bergeliat pascapandemi, tetapi sudah proses siap berlari. Hal ini bisa dilihat pada musim libur sekolah pada Juli lalu yang aktivitas pembelajarannya telah ramai kembali.
”Begitu masker sudah boleh dilepas, saat itu orang mulai banyak lagi yang datang ke sini. Belajar secara daring berbeda dengan datang langsung karena berkaitan dengan aktivitas praktik komunikasi,” ucapnya.
Bahkan, pada November 2022, Kampung Inggris memecahkan dua rekor Museum Dunia Rekor Indonesia (Muri). Pertama, Muri mencatat M Kalend Osen sebagai perintis kampung Inggris Pertama di Indonesia. Kedua, Desa Tulungrejo sebagai desa dengan jumlah lembaga kursus dan pelatihan bahasa asing terbanyak di Indonesia.
Selain kian marak, program yang disediakan lembaga kursus di kampung bahasa itu juga semakin variasi. Sebut saja daily conversation, public speaking, grammar, job interview, hingga TOEFL.
Begitu masker sudah boleh dilepas, saat itu orang mulai banyak lagi yang datang ke sini.
Adi yang menjadi Direktur Mahesa Insitute menceritakan, saat ini sejumlah lembaga kursus yang punya kelas jauh berupa pengiriman guru-guru ke pesantren. Mahesa Institute sendiri tengah menjalankan program itu ke salah satu pesantren di Bogor, salah satu SMA di Mojokerto, dan pesantren di Kediri sendiri.
Programnya bergantung permintaan klien. Untuk pesantren, biasanya lebih fokus ke speaking hingga TOEFL junior. ”Mahesa sebenarnya memulai program itu sejak 2012, tetapi saat ini lembaga lain yang terlibat makin banyak,” ucapnya.
Dua tahun terakhir juga ada program Kampung Inggris Mengajar. Ini merupakan sebuah program yang diinisiasi Forum Kampung Bahasa sebagai wujud rebranding pascapandemi.
Program ini dibuat untuk menjembatani bagaimana warga setempat bisa berbicara fasih dalam bahasa Inggris dengan peserta kursus sehingga pada akhirnya bisa mendukung pembelajaran di kawasan itu sendiri. Mengingat, peserta kursus tidak hanya praktik di dalam kelas, tetapi juga di luar kelas.
Baca juga: Kecakapan Bahasa Inggris Masyarakat Indonesia Lebih Terbangun di Dunia Kerja
”Jadi kami dari Forum Kampung Bahasa memberikan pendidikan belajar gratis bagi warga, pemilik warung, kos-kosan, rental sepeda, laundry, agar bisa belajar bahasa asing. Tahun 2023 ini ada 800 orang yang ikut mulai 2-26 Oktober. Tahun 2022 lalu hampir 1.000 orang yang ikut,” tutur Adi.
Selain bahasa Inggris dan Arab, Adi menyebut, yang kini yang sedang naik daun adalah bahasa Mandarin. Sejauh ini sudah ada empat lembaga yang mengetengahkan kursus bahasa itu. ”Mandarin sedang seksi karena sekarang banyak perusahaan di Sulawesi mewajibkan karyawannya bahasa Mandarin. Lagi hit ini. Banyak anak dari Sulawesi datang ke sini,” ucapnya.
Sejarah kampung Inggris
Kampung Inggris muncul sejak tahun 1976. Perintisnya adalah M Kalend Osen yang mendirikan Basic English Course. Setelah itu, Kampung Inggris makin berkembang. Jika tahun 1977-2000-an durasi kursus sampai enam bulan, sejak 2000 muncul program belajar yang lebih singkat, mulai tiga bulan, satu bulan, hingga dua pekan dan satu minggu untuk libur anak sekolah.
Yang menjadi keunikan dari Kampung Inggris, setiap lembaga punya kurikulum sendiri dan tim pengajar sendiri. ”Setiap lembaga punya spesifikasi dan ciri khas sendiri-sendiri. Tidak bisa diduplikasi ke tempat lain,” ucap Adi.
Begitulah, magnet Kampung Inggris pun telah mengubah wajah Tulungrejo dan Pelem yang tadinya agraris saat ini berubah menjadi penyedia jasa. Setelah pandemi berlalu, kini Kampung Inggris yang semakin marak itu bersiap kembali berlari menjadi sentra pendidikan bahasa di Tanah Air.