Kucing Kuwuk Palangkaraya Dilepasliarkan ke Habitat Baru
Kucing hutan yang masuk ke permukiman warga Palangkaraya pulang ke rumah barunya di hutan. Predator puncak Kalimantan itu diduga keluar dari "rumah" lantaran terdampak kebakaran hutan dan lahan.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS – Kucing kuwuk yang ditemukan warga Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah, diberikan ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam Provinsi Kalteng. Predator puncak Kalimantan itu bakal dilepasliarkan ke habitatnya yang baru.
Kucing kuwuk berusia kurang dari satu tahun itu ditemukan warga masuk ke pemukiman lalu diselamatkan sukarelawan dari Rumah Singgah Agung Testy (RSAT), sebuah wadah sukarelawan hewan di Palangkaraya. Sukarelawan kemudian membawanya ke salah satu klinik hewan di Palangkaraya agar mendapatkan perlindungan.
Pada Senin (23/10/2023), tim dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalteng tiba di klinik PAWS Health Palangkaraya untuk membawa kucing kuwuk (Prionailurus bengalensis) tersebut. Tim yang dipimpin oleh salah satu anggota staf BKSDA, Etiek, terdiri dari empat petugas. Mereka menerima kucing tersebut lalu membawanya ke kantor BKSDA.
Etiek dalam perbincangan dengan wartawan menjelaskan jika kucing hutan tersebut masih memiliki sifat liarnya sehingga akan segera dilepasliarkan ke habitatnya yang baru. Walakin, sampai saat ini ia belum tahu di mana lokasi pelepasliaran tersebut.
Drh Dinda Rahma Hadiputri, dokter hewan dan pengelola klinik tersebut mengatakan, kucing hutan itu saat masuk ke klinik masih dalam kondisi sehat. Kucing tersebut bahkan terlihat begitu agresif saat melihat makhluk hidup lainnya dan menganggap ancaman.
”Kami mau periksa berat badan dan suhu tubuh itu belum bisa karena dia masih sangat agresif sekali,” ungkap Dinda.
Dinda menjelaskan, kucing itu bisa keluar dari habitatnya diduga lantaran dampak kebakaran hutan dan lahan yang mungkin menghanguskan sarangnya. ”Asap juga bisa jadi alasan dia keluar dari habitatnya di hutan, makanya perlu segera dipindah,” katanya.
Dihubungi terpisah, Kepala Subbagian Tata Usaha BKSDA Kalteng Nizar Ardha menjelaskan, pihaknya berencana melepasliarkan kucing hutan itu di Tahawa, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah. Lokasi itu dinilai cukup baik untuk menjadi rumah baru kucing kuwuk.
Kucing hutan tersebut masih memiliki sifat liarnya sehingga akan segera dilepasliarkan ke habitatnya yang baru.
”Lokasinya di Tahawa wilayah Pulang Pisau, ke arah Kabupaten Gunung Mas,” jawab Nizar singkat.
Kucing kuwuk, berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.106 tentang Perubahan Kedua Peraturan Menteri LHK Nomor P.20 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar Dilindungi, merupakan jenis kucing hutan yang hidup di habitat hutan Kalimantan dan Sumatera.
Kucing ini merupakan predator puncak di Kalimantan Tengah. Tidak seperti Sumatera yang masih memiliki harimau, di Kalimantan tidak ada predator di atas kucing hutan.
Orang Dayak menyebutnya sebagai pusa kambe atau kucing hantu. Para pemburu ulung di hutan-hutan Kalimantan hanya beberapa kali saja melihat kucing ini, ia bergerak sangat cepat dan memangsa hewan lainnya. Kucing ini disebut kucing hantu lantaran hanya dilihat di malam hari. Itu pun di dalam hutan.
Pada 2002, Badan Konservasi Dunia (IUCN) mengklasifikasikan kucing merah ke dalam status terancam punah. Populasinya kurang dari 2.500 ekor di dunia. Indonesia, khususnya Pulau Kalimantan, menjadi tempat populasi terbanyak. Dalam berbagai referensi literasi kucing merah, kucing kuwuk, dan macan dahan diprediksi hidup sejak 4 juta tahun lalu saat Kalimantan masih bergabung dengan daratan Asia.
Di Kalteng, dalam catatan Kompas, terakhir kali kucing merah terlihat pada kamera jebak terjadi pada tahun 2017. Saat itu, peneliti dari Borneo Nature Foundation (BNF) memasang 54 kamera jebak di 28 lokasi selama 28 hari. Terdapat beberapa gambar aktivitas kucing merah di malam hari (Kompas, 18 Mei 2022).
Dikutip dari Science Daily, 15 Maret 2007, sebanyak 5.000-11.000 ekor macan dahan diperkirakan hidup di Kalimantan. Adapun jumlahnya di Sumatera bisa berkisar 3.000 hingga 7.000 ekor.
Akan tetapi, perkembangan populasinya tidak pasti. Data yang diberitakan Kompas edisi 29 Maret 2010 menyebutkan, para peneliti dari Universitas Mulawarman, Samarinda, Kalimantan Timur, mencatat populasi macan dahan diperkirakan 5.000-11.000 ekor, masih sama dengan perkiraan tahun 2007.
”Wilayah tempat pelepasliaran itu merupakan kawasan hutan desa (perhutanan sosial), itu habitatnya,” kata Nizar.