Titik Api Masih Ada, Pemkot Palangkaraya Turunkan Status Tanggap ke Pemulihan
Meski titik api masih ada, Pemerintah Kota Palangkaraya turunkan status tanggap darurat bencana ke pemulihan bencana. Beberapa aktivitas masyarakat dinormalkan kembali.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Pemerintah Kota Palangkaraya menurunkan status tanggap darurat bencana kebakaran hutan dan lahan menjadi pemulihan bencana, meski titik api masih ada. Sekolah kembali normal, begitu juga aktivitas aparatur sipil negara dan aktivitas masyarakat lainnya.
Penjabat Wali Kota Palangkaraya Hera Nugrahayu mengungkapkan, penurunan status ke pemulihan bencana itu dimulai pada Jumat (20/10/2023) sampai 2 November 2023 mendatang. Status bisa diubah sewaktu-waktu sesuai dengan perkembangan situasi bencana kebakaran hutan dan lahan. Penurunan status itu sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana.
Penurunan status itu, lanjut Hera, dilakukan lantaran saat ini Kota Palangkaraya mulai memasuki masa peralihan ke musim hujan sehingga hujan mulai turun. Selain itu, kualitas udara sudah mulai membaik. Dilihat dari Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU), kualitas udara di Kota Palangkaraya sudah memasuki kategori baik dengan PM di bawah 100.
”Memang, di lapangan masih ada 14 titik api yang lama, tetapi itu sudah proses pendinginan. Dengan hujan kemarin juga cukup signifikan membasahi lahan-lahan di Palangkaraya,” kata Hera di Palangkaraya, Jumat (20/10/2023).
Sebulan lalu, pemerintah sempat mengeluarkan kebijakan memotong jam pelajaran di sekolah, lalu dua minggu lalu sekolah sempat dilaksanakan secara daring. Dengan adanya kebijakan penurunan status ini, lanjut Hera, semua akan kembali normal.
Selain itu, jam kerja ASN yang sempat dipotong juga kembali normal. Posko kesehatan kembali ke fasilitas kesehatan dan posko karhutla dikembalikan ke instansi masing-masing.
”Posko oksigen itu tetap ada karena dampak asap, kan, masih ada, terutama yang terdampak ISPA,” kata Hera.
Hal itu ditegaskan kembali oleh Pelaksana Tugas Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Palangkaraya Berlianto. Ia menegaskan, meski diturunkan statusnya, tim di lapangan masih terus melakukan pembasahan di titik-titik kebakaran yang lama.
”Memang, 14 titik api yang lama itu sudah padam, tetapi masih ada asapnya, jadi terus dilakukan pembasahan,” ucap Berlianto.
Selain itu, lanjut Berlianto, tim pemadam yang sudah dibentuk akan tetap melakukan pengawasan di lokasi-lokasi yang rawan terbakar yang sampai saat ini belum terbakar. ”Patroli jalan terus,” katanya.
Untuk anggaran, Berlianto menjelaskan, penurunan status juga berpengaruh pada anggaran sehingga pihaknya akan menyesuaikan kebutuhan di lapangan. Dengan penurunan status dan beberapa hal kembali ke normal, anggaran yang diperlukan tidak sebanyak saat Kota Palangkaraya dikepung titik api.
Memang, 14 titik api yang lama itu sudah padam, tetapi masih ada asapnya, jadi terus dilakukan pembasahan.
Dari pantauan Kompas, pada Jumat pagi, kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan masih menyelimuti Kota Palangkaraya, seperti di wilayah Bukit Tunggal, Kecamatan Jekan Raya, Jalan Tingang, dan Jalan Rajawali. Bau asap akibat kebakaran masih menyengat. Beberapa sekolah di wilayah itu bahkan melakukan aktivitas olahraga di dalam kelas masih mengenakan masker.
Sementara pada Jumat sore, udara mulai bersih seiring dengan angin cukup kencang dan mendung yang menyelimuti. ”Jika memang kebakaran kembali marak, status bisa disesuaikan. Tapi, kami berharap gak naik (status) lagi,” ucap Berlianto.
Fahrizal (47), warga Jekan Raya, mengatakan, tidak memahami persoalan status tanggap ataupun pemulihan bencana. Ia hanya berharap dengan adanya penurunan status itu tidak mengurangi upaya pemadaman kebakaran hutan dan lahan.
”Kalau diperhatikan, sih, masih ada saja asap dari bawah tanah di beberapa lokasi, seperti di Kameloh Baru, dan itu kalau pagi kan kerasa bau asap, bahkan kelihatan kok,” kata Fahrizal.
Hal serupa dikatakan Nur Fitria (49), pedagang ayam potong di wilayah Jekan Raya. Ia masih tetap mengenakan masker karena asap masih cukup menyengat.
”Kami yang jualan dari pagi ini mau gak mau kena asap terus, tapi untung aja sampai sekarang enggak pernah sampai ke rumah sakit atau puskesmas. Paling minum obat kalau batuk,” kata Nur.