NTT Butuh SDM Terampil Mengelola 1.852 Titik Destinasi Wisata
Provinsi Nusa Tenggara Timur membutuhkan sumber daya manusia yang andal untuk sektor pariwisata.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·4 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Provinsi Nusa Tenggara Timur membutuhkan sumber daya manusia yang terampil untuk mengelola 1.852 titik destinasi wisata. Sektor pariwisata bisa membawa masyarakat keluar dari status provinsi termiskin ketiga nasional jika dikelola dengan baik.
Guru Besar Ilmu Administrasi Brawijaya, Malang, Jawa Timur, Bambang Supriyono dalam seminar nasional ”Praksis HAM dan jender dalam pembangunan pariwisata di era otonomi daerah”, di Kupang, Rabu (18/10/2023), mengatakan, kesuksesan pembangunan suatu wilayah, antara lain, ditentukan sumber daya manusia setempat.
”Provinsi ini memiliki sektor pariwisata yang luar biasa. Tetapi, kekayaan sektor ini menjadi lebih bermanfaat kalau dikelola secara tepat. Butuh pengembangan sumber daya yang andal di bidang ini,” kata Bambang.
Seminar yang diselenggarakan Universitas Nusa Cendana Kupang itu dibuka oleh Rektor Undana Maxs Sanam. Para pembicara yang hadir adalah tenaga ahli utama Kantor Staf Kepresidenan Theofransus Litaay, dosen ilmu administrasi publik Undana Laurensius Sayrani dan Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif NTT Zeth Sony Libing. Selain itu, acara juga dihadiri Wakil Rektor Undana Jefri S Bale dan nggota DPD RI, Abraham Paul Liyanto.
Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif NTT Zeth Sony Libing mengatakan, di era digitalisasi, pariwisata menjadi salah satu sektor yang harus diperhatikan. Peluang NTT sangat besar untuk menyediakan destinasi wisata yang menggoda dan menarik pengunjung dalam jumlah besar. Perkembangan sektor pariwisata juga akan mendongkrak kemajuan sektor lainnya serta berdampak pada pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Di NTT, destinasi pariwisata yang sudah terdeteksi sebanyak 1.852 titik. Dari jumlah itu, sebanyak 720 titik merupakan destinasi wisata alam, di antaranya kampung adat Waerebo, alam Fatumnasi, Labuan Bajo, Kelaba Maja, Sumba, Lamalera, dan Pantai Liman Semau.
Jumlah penduduk miskin di NTT 1,2 juta jiwa, menempati urutan tiga nasional sebagai provinsi termiskin. Jumlah 1,2 juta ini di antaranya 6,6 persen kategori miskin ekstrem. Tidak bisa memenuhi kebutuhan dasar, yakni makanan, air bersih, sanitasi layak, kesehatan, tempat tinggal, pendidikan, dan akses informasi. Pendapatan dan layanan informasi pun sulit didapat.
Selain itu, ada juga wisata budaya sebanyak 751 kegiatan setiap tahun. Beberapa wisata budaya yang sudah dikenal masyarakat, seperti pasola, reba, etu, tuno manuk, pati ka, hedung, sole oha, dan caci. Destinasi wisata juga ada wisata minat khusus sebanyak 110 kegiatan, seperti mendaki gunung, snorkeling, diving, dan kuliner.
Destinasi budaya di 22 kabupaten/kota belum semuanya terdata. Terutama gelaran ritual adat tertentu, yang dinilai sakral, hanya ditetapkan hari, tanggal, dan bulan oleh para tetua adat setiap tahun. Kegiatan ritual itu ditentukan sesuai posisi bulan, yang terpantau melalui celah atap rumah adat oleh ketua adat. Juga melalui penglihatan ketua adat dalam mimpi.
”Satu destinasi super prioritas, Labuan Bajo. Kami sedang menjaga destinasi jenis ini agar penduduk asli Labuan Bajo, Manggarai Barat, benar-benar merasakan dampaknya. Pariwisata juga bisa menggerakkan penduduk Manggarai Raya dengan cara menyuplai daging ayam, daging sapi, sayur, buah-buahan, dan bumbu dapur guna memenuhi kebutuhan hotel, restoran, dan warung makan di sana. Jangan sampai hal ini saja harus datang dari luar NTT,” katanya.
Saat ini, jumlah pelaku usaha kreatif di NTT sebanyak 86.928 orang. Mereka bergerak dalam berbagai bidang, seperti kuliner, kriya, dan mode. Untuk kerajinan tangan, NTT memiliki 726 motif tenun ikat. Kekayaan motif tenun inilahir dari mama-mama kampung, yang sebagian besar tidak duduk di bangku pendidikan dasar dan menengah. Keterampilan menenun itu sebagai warisan turun-temurun leluhur.
Dengan kekayaan alam dan budaya yang unik, banyak wisatawan yang berkunjung ke NTT. Jumlah wisatawan mencapai 1,8 juta dari target 2 juta. Sayangnya, masih banyak fasilitas bidang pariwisata yang kurang. Pelayanan hotel yang belum memadai. Masalah lingkungan di tempat wisata yang masih perlu dibenahi. Misalnya, sampah yang berserakan, terumbu karang yang rusak, serta kebakaran hutan. Selain itu, kapasitas sumber daya manusia di bidang pariwisata juga belum memadai.
Kita orang NTT sangat sulit memberi senyum yang ramah dan sopan kepada tamu. Mestinya tamu wajib disambut dengan ramah. Jika mereka membutuhkan penjelasan mengenai sesuatu, jelaskan secara lengkap dan detail. Jangan sepenggal-sepenggal diselingi nada emosi,
Koordinator Pusat Studi Kebudayaan dan Pariwisata Undana, Kupang, Lasarus Jehamat, mengatakan, penataan kawasan Labuan Bajo sebagai destinasi super prioritas jangan ada kesan diskriminatif. Penduduk lokal Labuan Bajo yang tinggal di pesisir pun harus mendapat perhatian dari kebijakan itu.
Lasarus menambahkan, Labuan Bajo tidak hanya puncak Waringin, dermaga, kuliner Kampung Ujung, dan Bandara Komodo, tetapi juga masih banyak potensi wisata lainnya yang bisa digali. Masyarakat di Labuan Bajo juga harus merasakan kemajuan pembangunan daerahnya. ”Kesenjangan kesejahteraan antarwarga sebagai dampak pembangunan pariwisata Labuan Bajo mulai tampak di sana. Perlu segera dibenahi sehingga tidak melahirkan masalah yang lebih buruk di masa depan. Dampak dari pariwisata itu harus dinikmati penduduk lokal secara merata,” katanya.