Lintasan Lari di ”Bumi Pahlawan” Surabaya
Di Surabaya, Jawa Timur, tahun ini, diadakan 19 ”event” lari. Lari telah menjadi kebutuhan penting warga metropolitan.
Lari yang telah menjadi kebutuhan penting warga metropolitan, termasuk di Surabaya, Jawa Timur, berkonsekuensi banyak ruang publik dijadikan tempat pelaksanaan event olahraga tersebut. Lari bisa diadakan di jalan raya keliling taman, kampus, kampung, perumahan, pusat kota, bahkan di dalam pusat belanja, gelanggang, dan stadion dengan syarat ada lintasan khusus.
Spektrum kegiatan juga amat luas. Bisa diadakan lari ria (fun) minimal 2K atau 2.000 meter untuk anak dan meningkat ke 5K atau 5.000 meter untuk keluarga. Kemudian, 6K, 7K, 8K, 9K, 10K, semimaraton (21K), maraton (42K), ultra, trail, dan ekstrem. Di Indonesia, event lari terjauh sementara ini ialah Kompas Tambora Challenge-Lintas Sumbawa 320K yang terakhir kali diadakan pada 1-4 Mei 2019.
Di Surabaya, tahun ini, mengutip laman lariku.info, diadakan 19 event lari. Yang perdana ialah Green Force Run pada 19 Februari 2023 dengan kategori 2K khusus anak (kids), 5K, dan 10K. Acara diadakan di Citra Tirta Made, Citraland, Sambikerep, Surabaya Barat. Peserta berlari bersama pemain Persebaya Surabaya dengan jersei eksklusif dan medali bagi penyelesai (finisher).
Event terakhir ialah Woman Warrior Run pada 19 November 2023 khusus perempuan dengan kategori 5K dan 10K. Lari ini bertujuan penghimpunan dana untuk pengobatan anak-anak dengan kelainan jantung bawaan. Event diadakan di kawasan Citraland, Sambikerep. Selain lari, juga diadakan tantangan dan permainan bagi peserta.
Kompas juga mengelola dua event lari tahun ini di Surabaya. Masing-masing ialah Friendship Run kategori 5K pada 23 Juli 2023 dan RunHub kategori lomba 5K dan 10K pada 8 Oktober 2023. Friendship Run dimulai dan berakhir di Balai Pemuda (Alun-Alun Surabaya) sedangkan RunHub di Balai Kota Surabaya.
Rutenya sebagian beririsan, yakni melintasi jalan-jalan utama antara lain Panglima Sudirman, Basuki Rahmat, Embong Malang, Blauran, Tunjungan, Gubernur Suryo, dan Yos Sudarso yang merupakan jantung aktivitas metropolitan berpopulasi 3 juta jiwa ini.
Baca juga: Menyambut Bangkitnya Wisata Olahraga Lari
Ada juga event lari yang diadakan di kawasan Pakuwon City, Mulyorejo, Surabaya Timur. Selain itu, di lintasan khusus misalnya Lapangan THOR-Gelanggang Olahraga Pancasila, Stadion Jala Krida Mandala, kompleks Stadion Gelora Bung Tomo, dan Kampus Lidah Wetan Universitas Negeri Surabaya.
Kepala Dinas Perhubungan Surabaya Tundjung Iswandaru mengatakan, event lari di lintasan khusus di arena atau di dalam pusat belanja paling mudah diadakan karena terisolasi. Pelaksanaan kian sulit ketika diadakan di ruang publik, misalnya keliling taman, danau, atau kompleks perumahan. Yang tersulit tentu ketika diadakan di jalan-jalan utama.
”Di jalan-jalan utama memerlukan petugas atau marshal. Semakin banyak pesertanya, panitia juga harus ditambah,” kata Tundjung. Mengapa demikian? Jalan-jalan terhubung dengan koridor atau persimpangan. Yang utama, jalan dipakai oleh masyarakat umum yang berjalan, berlari, bersepeda, dan mengemudikan kendaraan bermotor.
Untuk keselamatan dan keamanan pelari, lintasan yang memerlukan sebagian atau seluruh badan jalan harus steril dari gangguan. Di setiap persimpangan harus ada minimal seorang petugas. Persimpangan besar memerlukan tambahan petugas atau panitia untuk memastikan jalur pelari steril dari gangguan.
Captain Indorunners Surabaya, Jefri Mahardika, mengatakan, event lari yang disukai ialah lomba dengan sambutan dari masyarakat yang meriah. Nilai tambah lainnya misalnya melewati kawasan heritage atau bersejarah, disapa masyarakat lain, dan tentunya aman dan tertib.
Menurut Captain RIOT Chapter Surabaya, Budi Setiawan, lari adalah olahraga yang mudah, murah, dan menyehatkan. Komunitas ini menjadikan lari sebagai terapi untuk mengatasi kejenuhan atau kepenatan dari aktivitas rutin terutama bekerja. ”Kalau sudah enggak enak, wis lari saja biar kembali segar,” ujarnya.
Baca juga: Momentum Menggaungkan Kembali "Sport Tourism" Indonesia
Budi melanjutkan, komunitasnya kerap berlari memanfaatkan lingkar tengah timur (MERR) atau Jalan Dr Ir Soekarno di Surabaya Timur. Kebetulan kalangan anggota komunitas bertempat tinggal di sekitar MERR. Namun, tempat lari terasyik memang di pusat kota karena jalan yang datar dan nuansa tinggalan bersejarah.
Ady Setyawan, inisiator Roode Brug Soerabaia dan penulis buku-buku Pertempuran Surabaya, kerap berolahraga bersama komunitasnya baik jalan, lari, atau sepeda sambil menelusuri dan menimba narasi tinggalan bersejarah. ”Selain berolahraga, ada informasi bermanfaat yang bisa digali dan dibagi untuk pelestarian nilai-nilai sejarah dan budaya Surabaya,” katanya.
Kalau sudah enggak enak, wis lari saja biar kembali segar.
Ketika suatu komunitas berkegiatan, cakupannya tidak massal. Mereka berlari untuk silaturahmi, berlatih, dan memelihara ikhtiar berolahraga demi paling sederhana ialah kebugaran dan kesehatan. Kegiatan mereka tak akan ”mengganggu” lalu lintas apalagi jika diadakan di taman atau tempat publik berkumpul.
Inilah mengapa event lari bisa diadakan kapan saja, di mana saja, dari oleh untuk siapa saja. Spektrum yang luas, kegiatan yang luwes dan mudah, serta modal sederhana terutama kemauan untuk berolahraga.
Ayo rek, wani mlayu! Ayo sobat, berani berlari!