Klaim Stok Aman, Presiden: Kita Masih Butuh Tambahan Beras
Presiden Joko Widodo mengeklaim cadangan beras pemerintah masih aman di tengah fenomena El Nino. Namun, Indonesia masih membutuhkan pasokan beras impor untuk menstabilkan harga komoditas itu.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI, MAWAR KUSUMA WULAN
·4 menit baca
INDRAMAYU, KOMPAS — Presiden Joko Widodo mengeklaim cadangan beras pemerintah masih aman di tengah fenomena El Nino. Namun, Indonesia masih membutuhkan pasokan beras impor untuk menstabilkan harga komoditas itu yang meningkat di pasaran beberapa bulan ini.
”Saya melihat ke bawah (lapangan) itu untuk memastikan produksi itu masih baik,” ujar Presiden Jokowi saat mengecek panen raya di Desa Karanglayu, Kecamatan Sukra, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Jumat (13/10/2023). Presiden juga berbincang dengan sejumlah petani yang tengah panen.
Di Karanglayu, Presiden mengatakan, hasil panennya rata-rata 8,6 ton gabah kering panen (GKP) per hektar. Bahkan, produksinya bisa mencapai 9 ton GKP.
Padahal, di daerah lain, produktivitas sawah berkisar 7 ton GKP. Peningkatan hasil panen itu, kata Presiden, karena didukung pasokan air irigasi teknis.
Sebelumnya, pada Minggu (8/10/2023), Presiden juga memantau panen raya di Desa Ciasem Girang, Kecamatan Ciasem, Kabupaten Subang, Jabar. Di sana, kata Presiden, petani bisa memanen hingga 9 ton GKP per hektar. Kondisi itu menunjukkan panen petani di musim tanam gadu atau kedua ini bagus.
”Jadi, jangan nanti kita terkondisikan wah kelihatan ngeri sekali (jumlah hasil panen). Produksi masih baik, tetapi memang terganggu sedikit oleh super-El Nino,” ujar Presiden yang didampingi Pelaksana Tugas Menteri Pertanian Arief Prasetyo Adi dan Bupati Indramayu Nina Agustina Bachtiar.
Presiden tidak menyebutkan jumlah penurunan produksi padi akibat fenomena El Nino yang ditandai dengan kekeringan seperti saat ini. Namun, Kementerian Pertanian memperkirakan El Nino sangat kuat berdampak pada kehilangan beras hingga 1,2 juta ton (Kompas.id, 2/10/2023).
Presiden menyebutkan, cadangan beras pemerintah di Perum Bulog saat ini berkisar 1,7 juta ton. ”Dan, akan datang lagi 500.000-600.000 ton (beras impor). Artinya, cadangan pangan kita kondisinya aman. Namun, kita tetap butuh beras ini juga untuk masuk ke pasar,” ungkapnya.
Dengan begitu, stok beras pemerintah masih aman hingga panen raya tahun yang dimulai pada Maret 2024. Terlebih lagi, pemerintah juga akan menyalurkan 890.590 ton beras untuk bantuan pangan kepada keluarga penerima manfaat sekaligus menstabilkan harga beras di pasaran yang masih tinggi.
Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok Kementerian Perdagangan mencatat, harga beras medium di secara nasional mencapai Rp 13.600 per kilogram. Harga itu lebih besar dibandingkan harga eceran tertinggi yang ditetapkan pemerintah untuk wilayah Jawa dan sekitarnya, yakni Rp 10.900 per kilogram.
Kenaikan harga beras yang terjadi sejak Juli ini berbanding lurus dengan peningkatan harga gabah petani. Di Sukra, Indramayu, misalnya, harga gabah kering panen berkisar Rp 7.000-Rp 7.400 per kilogram. Angka ini lebih tinggi dibandingkan harga pembelian pemerintah, Rp 5.000 per kilogram.
”Semua petani senang. Namun, ada yang enggak senang (konsumennya),” ujar Presiden.
Sebelumnya, dalam rapat terkait produksi beras, Senin (9/10/2023), Presiden juga meminta agar stok beras di Bulog segera digelontorkan ke pasaran untuk mengendalikan harga komoditas tersebut.
Bupati Indramayu Nina Agustina mengatakan, panen raya di lumbung padi nasional itu berlanjut hingga beberapa minggu ke depan. Saat ini, produksi gabah kering giling (GKG) di Indramayu berkisar 1,2 juta ton. ”Kami harapkan (produksi) sampai 1,5 juta-1,6 juta ton (GKG) akhir tahun,” ujarnya.
Target produksi itu sesuai dengan instruksi Presiden. Namun, Nina mengakui, sejumlah daerah di Indramayu sempat terdampak El Nino sehingga tidak maksimal menghasilkan padi.
”Yang kekeringan hanya 5 persen dari 125.000 hektar (atau 6.250 hektar). Jadi, sedikit sekali,” ujarnya.
Abbas Kartam, Ketua Kelompok Tani Asri Wijaya, mengatakan, petani tengah menikmati tingginya harga gabah saat panen. ”Namun, kami khawatir kalau harganya anjlok. Padahal, petani sudah susah payah menanam. Yang penting harga jangan kurang dari Rp 6.000 per kilogram untuk GKP,” ujarnya.
Terlebih lagi, harga gabah saat musim rendeng pada awal tahun nanti kerap lebih rendah dibandingkan musim tanam kedua. Harganya, katanya, bisa kurang dari Rp 6.000 per kg untuk GKP.
”Kami juga berharap pupuk (subsidi) lancar. Petani kadang kekurangan jadi beli nonsubsidi,” katanya.
Di Desa Mekarsari, Kecamatan Patrol, sekitar 5 kilometer dari lokasi panen yang ditinjau Presiden, petani mengeluhkan penurunan produksi padi. Taryani (60), misalnya, hanya meraup sekitar 50 karung atau 5 kuintal GKP saat panen dari lahan garapannya sekitar 5.600 meter persegi.
”Padahal, kalau bagus bisa 3 ton (GKP). Hasil panen anjlok karena enggak kebagian air dan banyak hama tikus. Setelah panen bulan Agustus, lahannya belum diapa-apain sempai sekarang. Nanti, tunggu hujan dulu. Petani lainnya di Mekarsari juga begitu,” ungkapnya.