Ratusan Kebakaran Terjadi di Jateng Sepanjang Kemarau Tahun ini
Kemarau yang melanda memicu terjadinya kebakara di hampir seluruh wilayah di Jateng. Hingga kini, ratusan kebakaran telah terjadi. Peningkatan kasus kebaran mencapai puncaknya pada September 2023.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Sepanjang kemarau tahun ini, setidaknya 343 kasus kebakaran hutan dan lahan terjadi di 32 kabupaten/kota di Jawa Tengah. Berbagai upaya dilakukan untuk menekan dampak kebakaran, yakni menetapkan status siaga darurat kebakaran hutan serta membentuk satuan tugas penanganan kebakaran hutan dan lahan.
Berdasarkan catatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jateng, setidaknya 963.331 hektar hutan dan lahan di wilayahnya masuk kategori bahaya kebakaran saat kemarau. Lahan-lahan itu tersebar di 32 kabupaten/kota atau hampir seluruh wilayah Jateng.
Kebakaran hutan dan lahan di Jateng mulai terjadi pada Mei 2023 dengan total dua kejadian. Sejak saat itu, jumlah kejadian kebakaran terus meningkat hingga mencapai puncaknya pada September.
Pada September, ada 178 kebakaran. Angka ini hampir separuh dari total semua kasus kebakaran yang terjadi sepanjang 1 Januari-8 Oktober 2023, yakni 343 kebakaran.
Kepala Bidang Penanganan Darurat BPBD Jateng Muhamad Chomsul mengatakan, dari total 343 kebakaran yang terjadi sepanjang 2023, sebanyak 36 kasus merupakan kebakaran hutan, sebanyak 299 kasus merupakan kebakaran lahan, dan sebanyak 8 kasus merupakan kebakaran tempat pembuangan akhir sampah atau TPA.
Menurut Chomsul, upaya pencegahan telah dilakukan dengan mengedukasi masyarakat di sekitar hutan dan lahan yang rawan terbakar, menerbitkan surat edaran terkait dengan antisipasi kebakaran hutan dan lahan, menetapkan status siaga darurat kebakaran hutan dan lahan, serta membentuk satuan tugas penanganan kebakaran hutan dan lahan.
Sementara itu, penanganan kebakaran hutan dan lahan dilakukan menggunakan mobil pemadam kebakaran dan helikopter water bombing.
”Dari beberapa kasus kebakaran yang terjadi, sebagian memerlukan penanganan yang memakan waktu lebih dari satu pekan. Sejauh ini, yang memerlukan penanganan lebih dari satu pekan, antara lain, kebakaran di TPA Penujah di Kabupaten Tegal, TPA Pesalakan di Pemalang, TPA Putri Cempo di Kota Surakarta, TPA Jatibarang di Kota Semarang, serta kebakaran hutan di Gunung Lawu, Karanganyar,” kata Chomsul di Semarang, Rabu (11/10/2023).
Chomsul menambahkan, penanganan kebakaran di Jateng terkendala sejumlah faktor, yakni terbatasnya tenaga serta sarana dan prasarana pengendalian kebakaran. Selain itu, peran masyarakat di sekitar hutan dan lahan dalam pengendalian kebakaran juga dinilai belum optimal.
Dari beberapa kasus kebakaran yang terjadi, sebagian memerlukan penanganan yang memakan waktu lebih dari satu pekan.
Chomsul berharap pemerintah di kabupaten/kota terus meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi kebakaran hutan lahan di wilayahnya masing-masing. Hal itu bisa dilakukan dengan memantau titik-titik rawan kebakaran serta memetakan dan menyiapkan sumber daya penanganan kebakaran.
TPA Jatibarang
Hingga Rabu pagi, penanganan kebakaran di TPA Jatibarang di Kecamatan Mijen, Kota Semarang, masih terus dilakukan. Kendati titik-titik api di permukaan sudah padam, masih ada bara api di bawah yang tetap diwaspadai bisa memicu api baru. Untuk itu, Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu menginstruksikan agar petugas pemadam tetap melakukan water injection atau menginjeksi air ke arah bara api yang masih menyala.
”Penanganan kebakaran ini dikombinasikan antara pemadaman menggunakan helikopter water bombing dan water injection. Jadi, (pemadaman) dari atas ada, (pemadaman) di bawah juga ada,” ucap Hevearita.
Pemadaman menggunakan helikoter water bombing mulai dilakukan, Selasa (10/10/2023) pagi. Ada tujuh kali pemadaman dari udara yang dilakukan dari Selasa pagi hingga siang. Upaya itu, disebut Hevearita, membuahkan hasil yang cukup optimal. Menurut Rencananya, helikopter water bombing akan membantu proses pemadaman hingga Jumat (13/10/2023). Namun, Hevearita berharap, sebelum Jumat, kebakaran di TPA Jatibarang sudah bisa teratasi.
Pada Rabu, Hevearita bersama sejumlah tokoh agama Islam di Kecamatan Mijen melakukan shalat istiska atau shalat meminta hujan. Jika hujan turun, proses pemadaman diharapkan bisa lebih cepat.
Sebelumnya, sebagian warga dan masyarakat yang tinggal atau melintas di sekitar TPA Jatibarang mengeluhkan asap tebal dari kebakaran mengganggu aktivitas mereka. Pada Rabu pagi, asap yang menyelimuti kawasan TPA Jatibarang dilaporkan sudah menipis.
”Sejak kemarin siang asapnya sudah banyak berkurang. Tadi pagi sempat ada (asap), tapi tipis. Semoga bisa secepatnya hilang,” kata Eko (42), warga Kelurahan Bambankerep atau sekitar 1 kilometer dari TPA Jatibarang.