Lebih Rawan dari Pemilu, Pemilihan Kepala Desa di Cirebon Dijaga 3.600 Aparat
Pemilihan kuwu atau kepala desa di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, lebih rawan dibandingkan pemilihan umum. Ribuan aparat disiagakan.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Pemilihan kuwu atau kepala desa di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, lebih rawan dibandingkan dengan pemilihan umum. Sebab, hubungan emosional kandidat dan pendukung di desa lebih kuat. Ribuan aparat pun bersiaga untuk mencegah konflik antarwarga. Aparat gabungan itu terdiri dari TNI, Satuan Polisi Pamong Praja, dan petugas pelindung masyarakat sebanyak 3.600 orang.
”Antara pilwu (pemilihan kuwu) dan pemilu, lebih rawan pilwu karena calon dengan calon lainnya dan pendukungnya masih tetangga. Kalau pemilu, calon dan pendukung bisa tidak saling kenal,” ujar Bupati Cirebon Imron Rosyadi saat rapat persiapan pilwu, Rabu (11/10/2023).
Pemungutan suara dalam pilwu di Cirebon bakal berlangsung serentak di 100 desa pada Minggu (22/10/2023). Terdapat 933 tempat pemungutan suara (TPS) dengan setiap TPS mampu menampung maksimal 500 hak suara. Adapun calon kuwu yang akan bersaing tercatat sebanyak 334 orang.
Indikasi kerawanan konflik dalam pilwu, lanjut Imron, tampak saat pengambilan nomor urut calon kuwu di Desa Kapetakan, Kecamatan Kapetakan, Senin (18/9/2023). Saat itu, simpatisan dari dua kandidat saling lempar batu di jalan raya yang menghubungkan Cirebon dan Indramayu.
Selain sempat menghambat arus lalu lintas, perseteruan antarpendukung calon kuwu itu juga menyebabkan empat warga terluka akibat terkena lemparan. Seorang polisi mengalami luka di bagian kepala. Sejumlah korban pun sempat menjalani perawatan di Puskesmas Kedaton.
Imron mengatakan, ada beberapa kriteria rawan konflik saat pilwu. Pertama, jika calon yang pernah berkontestasi kembali bertarung. Kedua, apabila, hanya terdapat dua kandidat. Ketiga, rumah calon kuwu yang berdekatan. Keempat, jika jumlah pendapatan asli desa setempat besar.
Spanduk calon kuwu atau kepala desa terpajang di tempat pemungutan suara di Desa Karangreja, Kecamatan Suranenggala, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Minggu (21/11/2021). Pemilihan kuwu digelar di 135 desa di Cirebon.
”Di pilwu, ada juga pemodal yang bikin ramai (rawan konflik). Pemodal ini yang biasanya saling serang,” ungkap Imron. Ia juga menilai, kerawanan di beberapa desa karena pandangan jabatan kuwu sebagai gengsi atau kehormatan. Calon dan pendukung pun mengerahkan berbagai upaya.
”Ada daerah yang tidak rasional antara pengeluaran (modal menjadi kuwu) dan gaji (kuwu). Sampai enam tahun (menjabat kuwu) pun tidak mencukupi (untuk mengembalikan modal). Itu karena ada gengsi. Pemilih kuwu juga kebanyakan masih emosional, belum rasional,” ujarnya.
Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Cirebon Nanan Abdul Manan menambahkan, pemda dan polisi tengah memetakan wilayah rawan konflik saat pilwu. Namun, informasi itu belum bisa dibagikan kepada publik dengan alasan menjaga kondusivitas daerah.
Sejumlah bendera berwarna merah, hitam, dan kuning berkibar di sepanjang jalan raya wilayah Kecamatan Kapetakan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Senin (18/9/2023). Bendera itu menjadi penanda pendukung calon kuwu atau kepala desa setempat.
Pihaknya pun terus berkoordinasi dengan polisi untuk memastikan pilwu berjalan aman. Pemda dan polisi juga telah menggelar deklarasi damai pilwu yang dihadiri oleh para kandidat. Bahkan, pada Rabu, aparat telah melakukan simulasi pengamanan pilwu dalam kondisi ekstrem.
Kepala Kepolisian Resor Kota Cirebon Komisaris Besar Arif Budiman mengatakan, akan menerjunkan 1.278 personel untuk mengamankan pilwu. Adapun jumlah total aparat gabungan dari TNI, Satuan Polisi Pamong Praja, dan petugas pelindung masyarakat sebanyak 3.600 orang.
”Pada prinsipnya, Polresta Cirebon didukung TNI, pemerintah daerah, dan seluruh komponen masyarakat siap mengamankan sekaligus menjaga kondusivitas di Cirebon selama kontestasi demokrasi di pilwu,” ungkap Arif. Pihaknya akan memantau 90 desa yang menggelar pilwu.
Pemungutan suara dalam pilwu di Cirebon bakal berlangsung serentak di 100 desa pada Minggu (22/10/2023).
Kepala Polres Cirebon Kota Ajun Komisaris Besar Rano Hadiyanto memastikan, sekitar 500 polisi siap mengamankan pilwu di 10 desa di wilayah hukumnya. ”Kami telah membuat langkah pencegahan (konflik), seperti mengumpulkan calon kuwu dan menyiapkan pasukan,” ujarnya.