Warga Seruyan Tewas Saat Bentrok dengan Polisi di Kebun Sawit
Kerusuhan di Desa Bangkal, Kabupaten Seruyan, berujung pada tewasnya seorang warga Desa Bangkal. Korban merupakan salah satu peserta aksi yang diduga tewas tertembak.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Satu orang tewas dan seorang lainnya luka berat ketika bentrok antara warga dan polisi pecah di Desa Bangkal, Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah, Sabtu (7/10/2023). Korban tewas diduga terkena tembakan saat warga kembali menuntut PT Hamparan Masawit Bangun Persada (HMBP) I segera menyediakan kebun plasma.
Korban tewas bernama Gijik (35), sedangkan korban luka adalah Taufikurahman (23). Mereka adalah warga Bangkal. Keduanya datang ke lokasi kejadian bersama ratusan orang lainnya. Aksi terkait tuntutan warga agar perusahaan menyediakan lahan plasma itu kini sudah memasuki hari ke-23.
”Mereka sedang duduk-duduk saat aksi. Namun, Taufikurahman lalu tertembak. Gijik yang hendak menolong malah kena tembak,” kata Fery, pengemudi ambulans Desa Bangkal. Dia yang menjemput korban tewas dan terluka dan membawanya ke RSUD dr Murjani Sampit.
Saat dihubungi dari Palangkaraya pada Sabtu (7/10) sore, Fery mengatakan, Gijik sedang menjalani visum. Sementara Taufikurahman dirawat dan tidak sadarkan diri.
Puluhan keluarga dan warga menjaga RSUD dr Murjani Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur. Mereka sempat menolak polisi yang ingin datang melihat kondisi keduanya.
Kutut Wibowo, bagian Legal PT HMBP, saat dihubungi enggan berkomentar tentang kejadian ini. Dia meminta wartawan mengonfirmasi pada polisi. ”Silakan menghubungi Humas Polda Kalteng,” katanya.
Kepala Bidang Humas Polda Kalteng Komisaris Besar Erlan Munaji membenarkan kejadian itu. Ia menjelaskan, peristiwanya terjadi saat peserta aksi mencoba melawan petugas. Namun, dia menegaskan polisi tidak dibekali peluru tajam saat bertugas di lokasi kejadian.
Sejauh ini, Erlan mengatakan, polisi setidaknya menangkap 10 orang dan membawanya ke Batalion Brimob di Sampit, Kotawaringin Timur. Polisi juga menyita beberapa senjata tajam dan senjata PCP atau senapan angin.
”Kami bukan mau bermanuver. Namun, kami lihat dulu apakah senjata itu (menembak korban) atau bagaimana. Kami pastikan dulu apakah itu senjata api atau tidak. Jangan sampai ada orang-orang yang menyusupi kejadian ini,” kata Erlan.
Selain itu, pihaknya juga akan menginvestigasi penyebab kematian warga. Dia akan memastikan penyebab kematian hingga peluru yang digunakan. ”Apakah karena peluru tajam? Nanti kami pastikan. Peluru tajam dari mana, nanti kami investigasi,” ungkapnya.
Belum sepakat
Kerusuhan di Desa Bangkal ini sudah berlangsung sejak 16 September 2023. Warga menuntut PT HMBP I menjalankan kewajiban memberikan kebun plasma sebanyak 20 persen. Namun, selama puluhan tahun, kebun plasma itu tidak kunjung terealisasi.
Sebelumnya, Erlan menjelaskan, sudah memediasi perusahaan dan warga. Namun, sejauh ini belum ada kesepakatan antara keduanya. Perusahaan hanya ingin memberikan lahan seluas 235 hektar untuk masyarakat. Sementara warga meminta setidaknya 443 ha dikelola masyarakat (Kompas, 22 September 2023).
”Kami berupaya mengomunikasikan hal ini ke perusahaan. Kami berupaya supaya masalah ini bisa selesai dengan solusi terbaik,” kata Erlan.