Kebakaran Hutan dan Lahan di Gunung Lawu Capai 2.000 Hektar
Luas kawasan hutan dan lahan di Gunung Lawu yang terbakar selama musim kemarau ini hampir 2.000 hektar. Kebakaran itu tidak hanya terjadi di Ngawi, Jawa Timur, tetapi meluas ke Magetan dan Karanganyar.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Luas kawasan hutan dan lahan di Gunung Lawu yang terbakar selama musim kemarau ini hampir 2.000 hektar. Kebakaran itu tidak hanya terjadi di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, tetapi meluas ke Magetan dan Karanganyar, Jawa Tengah. Percepatan penanganan kebakaran diperlukan guna mengendalikan pergerakan api dan meminimalkan dampak bencana terhadap kerusakan lingkungan.
Upaya memadamkan kebakaran hutan yang melanda kawasan di lereng Gunung Lawu telah memasuki hari ketujuh pada Rabu (4/10/2023). Namun, titik api masih berkobar besar di sejumlah lokasi, terutama petak 28 dan 41 kawasan hutan Ngawi. Kobaran api tersebut tertiup angin kencang sehingga bergerak ke arah Magetan dan Karanganyar.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jatim Gatot Soebroto mengatakan, berdasarkan informasi dari Perum Perhutani, total luas lahan yang terdampak kebakaran selama musim kemarau tahun ini di wilayah Ngawi mencapai 1.250 hektar. Adapun total luas lahan yang terbakar di wilayah Magetan mencapai 700 hektar dan Karanganyar seluas 40 hektar.
Wilayah yang terdampak kebakaran hutan tersebut berpotensi meluas karena api belum dapat dipadamkan secara keseluruhan. Kobaran api tersebut terus bergerak ke titik-titik baru karena tiupan angin yang sangat kencang.
”(Karena itu) dengan kerja-kerja dari tim darat dan pemadaman melalui udara (water bombing), diharapkan bisa mempercepat upaya meminimalkan pergerakan kobaran api agar tidak semakin meluas,” ujar Gatot saat dihubungi dari Surabaya.
Gatot menambahkan, BPBD Jatim telah menggelar rapat koordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan para pemangku kebijakan lainnya, termasuk pemerintah daerah di tiga kabupaten yang terdampak bencana karhutla Gunung Lawu. Salah satu rekomendasinya adalah membentuk posko bersama penanggulangan bencana yang melibatkan Pemprov Jatim dan Pemprov Jateng untuk memudahkan koordinasi lintas instansi.
Wilayah yang terdampak kebakaran hutan tersebut berpotensi meluas karena api belum dapat dipadamkan secara keseluruhan. Kobaran api tersebut terus bergerak ke titik-titik baru karena tiupan angin yang sangat kencang.
Pada saat bersamaan, upaya pemadaman api yang dilakukan melalui darat dan udara terus dioptimalkan. Upaya pemadaman api melalui udara ditempuh dengan teknik water bombing menggunakan satu unit helikopter milik BNPB. Selain itu, satu unit helikopter lainnya diterjunkan untuk melakukan survei dan memberikan gambaran visual mengenai situasi terkini di lapangan.
Pemadaman api melalui udara ini dimulai pada Rabu pagi dari kawasan hutan di wilayah Ngawi. Hingga Rabu sore, tercatat sedikitnya 17 kali pergerakan helikopter untuk menyiram titik api di wilayah Ngawi dan Karanganyar. Upaya pemadaman melalui udara itu akan dilanjutkan Kamis (5/10/2023) pagi di wilayah Magetan dan Karanganyar.
Water bombing di wilayah Magetan dan Karanganyar bertujuan mencegah pergerakan api semakin meluas. Petugas mengupayakan agar kobaran api bisa dilokalisasi di wilayah Ngawi dan tidak sampai merembet ke Magetan dan Karanganyar karena dapat mengancam permukiman penduduk.
Gatot mengatakan, upaya pemadaman api melalui udara itu dibarengi dengan upaya pemadaman melalui darat. Tim darat ini bergerak di Ngawi, Karanganyar, dan Magetan. Tim darat di Karanganyar bertugas mengarahkan helikopter menuju lokasi pengambilan air atau sumber air dan memberikan informasi mengenai perkembangan kondisi cuaca.
Sementara itu, tim darat di Magetan bertugas melokalisasi pergerakan api dengan cara membuat sekat bakar atau ilaran selebar 5 meter. Ilaran itu diharapkan cukup efektif untuk mencegah kobaran api melompat ke wilayah baru, terutama kawasan permukiman penduduk.
”Kendala yang dihadapi dalam upaya pemadaman kebakaran hutan di Gunung Lawu adalah kabut yang kerap menyelimuti sehingga menghalangi pandangan pilot yang mengoperasikan helikopter untuk menemukan lokasi titik api,” kata Gatot.
Adapun kendala lainnya adalah angin yang bertiup sangat kencang sehingga mempercepat pergerakan api dan menyulitkan petugas untuk memprediksi arah pergerakannya. Tim darat juga terkendala jarak yang sangat jauh menuju hutan serta medan terjal yang harus mereka lalui.
Kencangnya tiupan angin, lokasi yang jauh, dan terjalnya medan merupakan kombinasi tantangan yang sangat berat karena menghambat pergerakan tim darat dan membahayakan jiwa para sukarelawan yang terlibat dalam upaya pemadaman.
Kebakaran di kawasan Gunung Lawu berlangsung sejak Jumat (29/9/2023) sekitar pukul 18.00 WIB. Titik api pertama muncul di petak 40, Resor Pemangkuan Hutan Manyul, Badan Kesatuan Pemangkuan Hutan Lawu Utara, Desa Giri Mulyo, Kecamatan Jogorogo, Ngawi, Jatim. Titik api tersebut berjarak cukup jauh dari permukiman warga, yakni sekitar 5 kilometer (km).
Terkait bencana kebakaran tersebut, Bupati Ngawi Ony Anwar Harsono telah menetapkan status tanggap darurat kejadian bencana karhutla Gunung Lawu nomor 188/246/404.101.2/B/2023. Status tanggap darurat diberlakukan selama 14 hari, terhitung sejak 30 September hingga 13 Oktober 2023.
Kepala Polres Ngawi Ajun Komisaris Besar Argowiyono mengatakan, hingga saat ini pihaknya belum mengetahui secara pasti penyebab kebakaran hutan di Gunung Lawu. Namun, Polres Ngawi telah mengerahkan penyidik untuk menyelidiki penyebab kejadian tersebut.
”Titik api di wilayah Ngawi sudah terpantau beberapa kali dan dapat dipadamkan. Akan tetapi, titik api tersebut kembali menyala,” ucap Argowiyono.
Dia menambahkan, penyelidikan dimaksudkan untuk mengetahui apakah ada faktor kesengajaan dalam kasus kebakaran hutan tersebut. Dalam upaya mengumpulkan bahan dan keterangan untuk kepentingan penyidikan, Polres Ngawi telah memeriksa sejumlah saksi.