Kebakaran di Gunung Lawu Mulai Terkendali, ”Water Bombing” Tetap Dilakukan
Meski kebakaran di kawasan Gunung Lawu mulai terkendali, pembuatan sekat bakar tetap dilakukan guna mencegah api menjalar. Upaya ”water bombing” juga tetap dilakukan.
Oleh
SIWI YUNITA CAHYANINGRUM
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Kebakaran hutan dan lahan di kawasan Gunung Lawu di perbatasan Jawa Tengah dan Timur mulai terkendali, Selasa (3/10/2023). Meski begitu, tim pemadam api tetap membuat sekat bakar guna mencegah api menjalar lagi. Upaya water bombing atau pemadaman dari udara menggunakan helikopter juga dilakukan untuk menjangkau titik api di daerah dengan medan sulit.
Pembuatan sekat bakar difokuskan di area Rencana Pengelolaan Hutan (RPH) Campurejo, Desa Karanggupito, Kecamatan Kendal; RPH Ngetrep di Randukuning, Desa Kletekan, Kecamatan Jogorogo; dan Dusun Banjaran, Desa Sumber Lanang, Kecamatan Sine. Semuanya masuk wilayah Ngawi, Jawa Timur.
Kepala Kepolisian Sektor Jogorogo, Kabupaten Ngawi, Ajun Komisaris Polisi Nur Hidayat mengatakan, pembuatan sekat bakar efektif mencegah api merembet ke area lain. ”Beberapa kali api berhenti di sekat bakar sehingga kebakaran tak meluas. Ditambah lagi hari ini angin tak terlalu kecang bertiup sehingga memudahkan kami memadamkan api,” katanya.
Pada Selasa ini, helikopter untuk melakukan water bombing juga mulai dikerahkan. Helikopter itu didatangkan dari Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta, dan mendarat di lapangan Desa Sidorejo, Kecamatan Kendal, Ngawi, pada Selasa pukul 10.00.
Setelah mendarat, helikopter tersebut mengambil air di kolam renang Sengon Hill, Desa Girimulyo, Jogorogo, Ngawi, lalu melakukan water bombing di titik-titik api yang tak terjangkau.
Beberapa kali api berhenti di sekat bakar sehingga kebakaran tak meluas.
Hingga saat ini, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim masih mendata luas area di kawasan Gunung Lawu yang terbakar. Pada Senin lalu, jumlah area yang terbakar mencapai 120 hektar, meliputi kawasan Ngawi dan Magetan, Jatim.
Sebanyak 310 personel gabungan dari TNI/Polri, BPBD Jatim, BPBD Ngawi, BPBD Magetan, Tagana, dan organisasi pencinta alam turut bergabung memadamkan api.
Kebakaran di kawasan Gunung Lawu mulai terjadi pada Jumat (29/10/2023) sekitar pukul 18.00 di Petak 40 wilayah Manyul, Bagian Kesatuan Pengelolaan Hutan (BKPH) Lawu Utara, di Jogorogo, Ngawi. Hingga kini, penyebab kebakaran masih dalam penyelidikan.
Bupati Ngawi Ony Anwar Harsono telah menetapkan status tanggap darurat terkait kebakaran di Gunung Lawu. Status yang ditetapkan dengan surat bernomor 188/246/404.101.2/B/2023 itu berlaku selama 14 hari, yakni sejak 30 September hingga 13 Oktober 2023.
Dampak kemarau
Kepala Stasiun Klimatologi Malang, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Anung Suprayitno mengatakan, kebakaran lahan dan kekeringan di wilayah Jatim dipicu oleh kondisi kekeringan yang merupakan efek dari puncak musim kemarau.
Anung menambahkan, fenomena El Nino juga memberi dampak terhadap mundurnya musim hujan. Pada kondisi normal, musim hujan diperkirakan terjadi pada Oktober, tetapi kini diprediksi mundur hingga pertengahan November.
Sejak September lalu, Stasiun Klimatologi Malang telah mengeluarkan peringatan dini potensi kekeringan di Jatim. Berdasarkan peta kekeringan meteorologis dasarian III September 2023, hampir seluruh kawasan Jatim berada di zona merah kekeringan atau berstatus awas.
Hanya kawasan tertentu yang masuk zona oranye atau berstatus siaga, di antaranya wilayah Batu, wilayah pegunungan Ijen, serta pegunungan Bromo, Semeru, dan Tengger. Selain itu, hanya daerah Kecamatan Tirtoyudo, Kabupaten Malang, yang masuk zona kuning atau berstatus waspada.
”Karena itu, kami mengimbau warga agar berhati-hati dalam beraktivitas agar tak memicu kebakaran dan menggunakan air secara bijaksana,” kata Anung.