Dukungan FX Rudy kepada Jokowi Cerminan Suara Akar Rumput PDI-P
FX Hadi Rudyatmo mendukung jika nanti Jokowi dicalonkan sebagai Ketua Umum PDI-P. Pernyataan dukungan itu menyimbolkan suara akar rumput partai berlambang banteng tersebut.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·5 menit baca
Ketua Dewan Pimpinan Cabang Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Kota Surakarta FX Hadi Rudyatmo menyatakan dukungannya apabila kelak Presiden Joko Widodo dijadikan ketua umum dari partai berlambang banteng tersebut. Ungkapan politisi senior PDI-P itu bisa dimaknai sebagai cerminan suara akar rumput. Adapun urusan kepengurusan baru partai akan dibahas seusai Pemilu 2024.
FX Hadi Rudyatmo, atau yang akrab disapa FX Rudy, menyampaikan dukungannya seusai mengunjungi Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka di Balai Kota Surakarta, Jawa Tengah, Senin (2/10/2023) sore. Pertemuan FX Rudy dan Gibran berlangsung selama lebih kurang 30 menit. Dalam pertemuan itu, keduanya membahas lagi perihal rekomendasi-rekomendasi yang dihasilkan pada Rapat Kerja Nasional PDI-P, Sabtu (30/9/2023) lalu.
”Setuju. Pokoknya kalau kader PDI-P diusulkan oleh siapa pun berarti punya potensi. Misalnya, Pak Jokowi diusulkan jadi Ketum (Ketua Umum) PDI-Perjuangan, kan? Ya, tidak masalah. Berarti, ya mohon maaf, aku ikut tersinggung-singgung karena dulu bareng Rudy,” kata FX Rudy, merespons pertanyaan wartawan.
Tulisan putra sulung Presiden pertama Soekarno, yaitu Guntur Soekarno Putra, berjudul “Indonesia, Jokowi, dan Megawati Pasca-2024” yang dimuat Kompas pada 30 September 2023 termasuk ikut memantik diskursus tersebut. Dalam tulisan itu, Guntur menyebut, politik hilirisasi ala Jokowi mengingatkannya pada kebijakan politik Bung Karno yang ingin negeri ini berdiri di atas kakinya sendiri.
Lalu, Guntur juga mempertanyakan apakah Megawati masih akan menduduki jabatan yang sama selepas Pemilu 2024. Sebab, adik kandungnya itu tidak lagi muda. Di satu sisi, ia merasa pemikiran Jokowi dengan beragam capaiannya selama menjadi Presiden masih dibutuhkan untuk bangsa ini. Oleh karena itu, ia menawarkan wacana agar Jokowi dilirik menjadi penerus kepemimpinan PDI-P mengingat sosok itu juga bisa dibilang anak ideologis dari Bung Karno.
Jokowi adalah salah satu kader paling sukses di partainya.
Sementara itu, alasan FX Rudy memberikan dukungannya ialah kesuksesan Jokowi selama menjabat sebagai presiden. Menurut dia, Jokowi mampu memimpin secara baik rakyat Indonesia yang jumlahnya lebih dari 270 juta orang. Ia meyakini hal serupa bisa dilakukan Jokowi apabila diberi kepercayaan memimpin PDI-P yang jumlah kadernya lebih kecil dibandingkan seluruh warga Indonesia.
”Mohon maaf, me-manage 270 juta jiwa lebih itu saja merdeka dan nyaman, kok. Kalau PDI-P hanya 140 juta orang, kan, lebih nyaman toh?” kata Rudy.
Hanya, lanjutnya, kepastian soal pemilihan pemimpin partainya bakal ditentukan melalui kongres yang baru akan diselenggarakan pada 2025. Lebih-lebih, jabatan Megawati juga baru berakhir pada tahun tersebut. Segenap kader PDI-P kini sedang fokus memburu kemenangan baik dalam pemilihan legislatif maupun pemilihan presiden pada Pemilu 2024 nanti.
”Itu (ketua umum) kongres yang menentukan. Bukan saya. Bukan Mas Guntur saja. Jadi, semua keputusan itu di kongres. Tetapi, kita belum bicara kongres. Kita bicara menang pileg dan pilpres dulu satu putaran,” kata Rudy.
Gibran, yang juga putra sulung Jokowi, enggan menanggapi berkembangnya isu pengusungan Jokowi sebagai Ketua Umum PDI-P. Pembahasan soal itu merupakan wewenang para senior dan pimpinan partai tempatnya bernaung.
”Saya hanya kader biasa. Soal itu hanya beliau-beliau yang bisa jawab. Pak Rudy dan ketua-ketua. Saya tidak bisa jawab,” ujar Gibran.
Kader terbaik
Dihubungi terpisah, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Wawan Mas’udi menyampaikan, pemantik munculnya wacana itu berangkat dari kedekatan Jokowi dan partainya dalam rakernas yang baru saja diadakan. Kebersamaan Jokowi dengan Megawati dan Ganjar Pranowo, yang ditunjuk sebagai bakal calon presiden dari partainya, menunjukkan keterkaitan erat antara kedua belah pihak. Penegasan itu penting mengingat belakangan Jokowi diisukan memberikan dukungan bagi kandidat lain.
”Harus dipahami pula karier politik Pak Jokowi itu sepenuhnya terkait dengan PDI-P. Di Solo, dia dicalonkan dan didukung oleh PDI-P. Di Jakarta (gubernur), dia juga didukung dan dicalonkan PDI-P. Itu berlaku sampai menjadi presiden,” kata Wawan.
Beredarnya wacana untuk mengusung Jokowi menjadi ketua umum dinilai Wawan sebagai hal wajar. Jokowi adalah salah satu kader paling sukses di partainya. Sosok tersebut memenangi setiap pemilu. Apalagi, sosok itu mampu menjabat presiden selama dua periode berturut-turut dengan tingkat kepuasan masyarakat yang terhitung tinggi.
Di sisi lain, ia melihat PDI-P membutuhkan regenerasi kepemimpinan. Adapun sosok pemimpin itu mesti mampu menjadi pengikat solidaritas sebagaimana yang dilakukan Megawati selama ini. Kemampuan semacam itu juga dimiliki Jokowi. Hal itu bisa dilihat dari bagaimana sikap warga kepada Jokowi dalam dua periode kepemimpinannya.
Menariknya, salah seorang sosok yang mengungkapkan dukungan ialah FX Rudy. Boleh jadi ucapan itu berangkat dari kedekatan FX Rudy dan Jokowi. Karier politik Jokowi dimulai lewat jabatan Wali Kota Surakarta berdampingan dengan FX Rudy sebagai wakilnya. Hal itu menunjukkan adanya kedekatan personal dan politik antara kedua belah pihak.
FX Rudy juga sosok politisi senior yang tidak silau terhadap jabatan. Seusai jabatannya sebagai wali kota rampung, pria berkumis tebal itu kembali menjadi rakyat jelata. Bahkan, ia tetap menjaga kekhasannya, yakni hidup dekat dengan kalangan akar rumput. Bukannya memburu peningkatan karier politik untuk menduduki jabatan-jabatan penting di Ibu Kota.
”Tidak banyak kader partai yang mempunyai peranan begitu penting dan punya kesetiaan tinggi seperti Pak Rudy. Tidak pergi ke mana-mana dan tetap di Solo. Jadi, suara beliau lebih mewakili aspirasi akar rumput. Bukan elite partai,” kata Wawan.
Hanya, lanjut Wawan, pengusungan Jokowi sebagai ketua umum membutuhkan momentum yang tepat. Momentum paling tepat bagi Jokowi ialah setelah masa kepemimpinannya sebagai presiden selesai. Ia menyarankan agar Jokowi fokus menjalankan kerja-kerja eksekutif selama masih menjabat sebagai pemimpin tertinggi di negara ini.
”Kalau sekarang, nanti tidak cukup bagus untuk proses konsolidasi pemerintah, demokrasi, dan lain sebagainya. Biarkan Pak Jokowi sepenuhnya mengurus dan menjalankan fungsinya sebagai presiden dulu. Nanti kalau sudah tidak (menjabat), silakan saja. Ini soal momentum,” pungkasnya.